tag:blogger.com,1999:blog-84517921144150715192024-03-13T08:33:27.873-07:00CERITA ISLAMI UNTUK ANAKKUdr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.comBlogger133125tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-47815999296820918382010-10-25T16:53:00.000-07:002010-10-25T17:00:12.038-07:00cerita motivasi 1A. Mereka yang tidak pernah menyerah<br />1. NANCY MATTHEWS EDISON<br />suatu hari, seorang bocah berusia 4 tahun, agak tuli dan bodoh di sekolah, pulang ke rumahnya membawa secarik<br />kertas dari gurunya. ibunya membaca kertas tersebut, " Tommy, anak ibu, sangat bodoh. kami minta ibu untuk<br />mengeluarkannya dari sekolah."<br />sang ibu terhenyak membaca surat ini, namun ia segera membuat tekad yang teguh, " anak saya Tommy, bukan<br />anak bodoh. saya sendiri yang akan mendidik dan mengajar dia."<br />Tommy bertumbuh menjadi Thomas Alva Edison, salah satu penemu terbesar di dunia. dia hanya bersekolah<br />sekitar 3 bulan, dan secara fisik agak tuli, namun itu semua ternyata bukan penghalang untuk terus maju.<br />tak banyak orang mengenal siapa Nancy Mattews, namun bila kita mendengar nama Edison, kita langsung tahu<br />bahwa dialah penemu paling berpengaruh dalam sejarah. Thomas Alva Edison menjadi seorang penemu dengan<br />1.093 paten penemuan atas namanya. siapa yang sebelumnya menyangka bahwa bocah tuli yang bodoh sampaisampai<br />diminta keluar dari sekolah, akhirnya bisa menjadi seorang genius? jawabannya adalah ibunya!<br />ya, Nancy Edison, ibu dari Thomas Alva Edison, tidak menyerah begitu saja dengan pendapat pihak sekolah<br />terhadap anaknya. Nancy yang memutuskan untuk menjadi guru pribadi bagi pendidikan Edison dirumah, telah<br />menjadikan puteranya menjadi orang yang percaya bahwa dirinya berarti. Nancy yang memulihkan kepercayaan<br />diri Edison, dan hal itu mungkin sangat berat baginya. namun ia tidak sekalipun membiarkan keterbatasan<br />membuatnya berhenti...<br />2. JOANNE KATHLEEN ROWLING<br />sejak kecil, Rowling memang sudah memiliki kegemaran menulis. bahkan di usia 6 tahun, ia sudah mengarang<br />sebuah cerita berjudul Rabbit. ia juga memiliki kegemaran tanpa malu-malu menunjukan karyanya kepada temanteman<br />dan orangtuanya. kebiasaan ini terus dipelihara hingga ia dewasa. daya imajinasi yang tinggi itu pula yang<br />kemudian melambungkan namanya di dunia.<br />akan tetapi, dalam kehidupan nyata, Rowling seperti tak henti disera masalah. keadaan yang miskin, yang bahkan<br />membuat ia masuk dalam kategori pihak yang berhak memperoleh santunan orang miskin dari pemerintah Inggris,<br />itu masih ia alami ketika Rowling menulis seri Harry Potter yang pertama. ditambah dengan perceraian yang ia<br />alami, kondisi yang serba sulit itu justru semakin memacu dirinya untuk segera menulis dan menuntaskan kisah<br />penyihir cilik bernama Harry Potter yang idenya ia dapat saat sedang berada dalam sebuah kereta api. tahun 1995,<br />dengan susah payah, karena tak memiliki uang untuk memfotocopy naskahnya, Rowling terpaksa menyalin<br />naskahnya itu dengan mengetik ulang menggunakan sebuah mesin ketik manual.<br />naskah yang akhirnya selesai dengan perjuangan susah payah itu tidak lantas langsung diterima dan meledak di<br />pasaran. berbagai penolakan dari pihak penerbit harus ia alami terlebih dahulu. diantaranya, adalah karena semula<br />ia mengirim naskah dengan memakai nama aslinya, Joanne Rowling. pandangan meremehkan penulis wanita yang<br />masih kuat membelenggu para penerbit dan kalangan perbukuan menyebabkan ia menyiasati dengan menyamarkan<br />namanya menjadi JK Rowling. memakai dua huruf konsonan dengan harapan ia akan sama sukses dengan penulis<br />cerita anak favoritnya CS Lewis.<br />akhirnya keberhasilan pun tiba. Harry Potter luar biasa meledak dipasaran. semua itu tentu saja adalah hasil dari<br />sikap pantang menyerah dan kerja keras yang luar biasa. tak ada kesukdedan yang dibayar dengan harga murah.<br />3. STEVE JOBS<br />tahun 1976, bersama rekannya Steve Wozniak, Jobs yang baru berusia 21 tahun mulai mendirikan Apple<br />Computer.Co di garasi milik keluarganya. dengan susah payah mengumpulkan modal yang diperoleh dengan<br />menjual barang" mereka yang paling berharga, usaha itu pun dimulai. komputer pertama mereka, Apple 1 berhasil<br />mereka jual sebanyak 50 unit kepada sebuah toko lokal. dalam beberapa tahun, usaha mereka cukup berkembang<br />pesat sehingga tahun 1983, Jobs menggaet John Sculley dari Pepsi Cola untuk memimpin perusahaan itu. sampai<br />sejauh itu, Apple Computer menuai kesuksesan dan makin menancapkan pengaruhnya dalam industri komputer<br />terlebih dengan diluncurkannya Macintosh. namun, pada tahun 1985, setelah konflik dengan Sculley, perusahaan<br />memutuskan memberhentikan pendiri mereka, yaitu Steve Jobs sendiri.<br />setelah menjual sahamnya, Jobs yang mengalami kesedihan luar biasa banyak menghabiskan waktu dengan<br />bersepeda dan berpergian ke Eropa. namun, tak lama setelah itu, pemecatan tersebut rupanya justru membawa<br />semangat baru bagi dirinya. ia pun memulai usaha baru yaitu perusahaan komputer NeXT dan perusahaan animasi<br />Pixar. NeXT yang sebenarnya sangat maju dalam hal teknologinya ternyata tidak membawa hasil yang baik secara<br />komersil. akan tetapi, Pixar adalah sebuah kisah sukses lain berkat tangan dinginnya. melalui Pixar, Jobs membawa<br />trend baru dalam dunia film animasi seiring dengan diluncurkannya film produksinya Toy Story dan selanjutnya<br />Finding Nemo dan The Incredibles.<br />sepeninggal Jobs dan semakin kuatnya dominasi IBM dan micr*soft membuat Apple kalah bersaing dan nyaris<br />terpuruk. maka, tahun 1997, Jobs dipanggil kembali untuk mengisi posisi pimpinan sementara. dengan<br />mengaplikasi teknoligi yang dirancang di NeXT, kali ini Apple kembali bangkit dengan berbagai produk<br />berteknologi maju macam MacOS X, IMac dan salah satu yang fenomenal yaitu iPod.<br />kisah sukses Steve Jobs mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada kesuksesan yang instan. penolakan dan<br />kegagalan seringkali mewarnai perjalanan hidup kita, tapi jangan biarkan semua itu membuat kita berhenti.<br />4. OPRAH WINFREY<br />Bermodal keberanian Menjadi Diri Sendiri, Oprah menjadi presenter paling populer di Amerika dan menjadi<br />wanita selebritis terkaya versi majalah Forbes, dengan kekayaan lebih dari US $ 1 Milyar. Copy acara The Oprah<br />Winfrey Show telah diputar di hampir seluruh penjuru bumi ini.<br />TAHUKAH ANDA?<br />Lahir di Mississisipi dari pasangan Afro-Amerika dengan nama Oprah Gail Winfrey. Ayahnya mantan serdadu<br />yang kemudian menjadi tukang cukur, sedang ibunya seorang pembantu rumah tangga. Karena keduanya berpisah<br />maka Oprah kecil pun diasuh oleh neneknya di dilingkungan yang kumuh dan sangat miskin. Luarbiasanya, di usia<br />3 tahun Oprah telah dapat membaca Injil dengan keras.<br />Membaca adalah gerai untuk mengenal dunia katanya dalam suatu wawancaranya.<br />Pada usia 9 tahun, Oprah mengalami pelecehan sexual, dia diperkosa oleh saudara sepupu ibunya beserta temantemannya<br />dan terjadi berulang kali. Di usia 13 tahun Oprah harus menerima kenyataan hamil dan melahirkan,<br />namun bayinya meninggal dua minggu setelah dilahirkan.<br />Setelah kejadian itu, Oprah lari ke rumah ayahnya di Nashville. Ayahnya mendidik dengan sangat keras dan<br />disiplin tinggi. Dia diwajibkan membaca buku dan membuat ringkasannya setiap pekan. Walaupun tertekan berat,<br />namun kelak disadari bahwa didikan keras inilah yang menjadikannya sebagai wanita yang tegar, percaya diri dan<br />berdisiplin tinggi.<br />Prestasinya sebagai siswi teladan di SMA membawanya terpilih menjadi wakil siswi yang diundang ke Gedung<br />Putih. Beasiswa pun di dapat saat memasuki jenjang perguruan tinggi. Oprah pernah memenangkan kontes<br />kecantikan, dan saat itulah pertama kali dia menjadi sorotan publik..<br />Karirnya dimulai sebagai penyiar radio lokal saat di bangku SMA. Karir di dunia TV di bangun diusia 19 tahun.<br />Dia menjadi wanita negro pertama dan termuda sebagai pembaca berita stasiun TV lokal tersebut. Oprah memulai<br />debut talkshow TVnya dalam acara People Are Talking. Dan keputusannya untuk pindah ke Chicago lah yang<br />akhirnya membawa Oprah ke puncak karirnya. The Oprah Winfrey Show menjadi acara talkshow dengan rating<br />tertinggi berskala nasional yang pernah ada dalam sejarah pertelevisian di Amerika. Sungguh luar biasa!<br />Latar belakang kehidupannya yang miskin, rawan kejahatan dan diskriminatif mengusik hatinya untuk berupaya<br />membantu sesama. Tayangan acaranya di telivisi selalu sarat dengan nilai kemanusiaan, moralitas dan pendidikan.<br />Oprah sadar, bila dia bisa mengajak seluruh pemirsa telivisi, maka bersama, akan mudah mewujudkan segala<br />impiannya demi membantu mereka yang tertindas.<br />Oprah juga dikenal dengan kedermawanannya. Berbagai yayasan telah disantuni, antara lain, rumah sakit dan<br />lembaga riset penderita AIDs, berbagai sekolah, penderita ketergantungan, penderita cacat dan banyak lagi.<br />Dan yang terakhir, pada 2 januari 2007 lalu, Oprah menghadiri peresmian sekolah khusus anak-anak perempuan di<br />kota Henley-on-Klip, di luar Johannesburg, Afrika selatan, yang didirikannya bersama dengan pemirsa acara<br />televisinya. Oprah menyisihkan 20 juta pounsterling ( 1 pons kira2 rp. 17.000,- )atau 340 milyiar rupiah dari<br />kekayaannya. Dengan memberi pendidikan yang baik bagi anak2 perempuan ini, kita akan memulai mengubah<br />bangsa ini ujarnya berharap.<br />Kisah Oprah Winfrey ialah kisah seorang anak manusia yang tidak mau meratapi nasib. Dia berjuang keras untuk<br />keberhasilan hidupnya, dan dia berhasil. Dia punya mental baja dan mampu mengubah nasib, dari kehidupan<br />nestapa menjadi manusia sukses yang punya karakter. Semangat perjuangannya pantas kita teladani!<br />5. 7-UP<br />tentu kamu mengenal 7up. merk softdrink rasa jeruk nipis ini terbilang cukup populer di penjuru dunia. dibalik<br />ketenaran merk 7up rupanya ada kisah yang sangat menarik untuk kita pelajari tentang arti "pantang menyerah".<br />awal mulanya perusahaan ini mengambil nama 3up sebagai merek sodanya. namun sayangnya, usaha ini gagal.<br />kemudian si pendiri kembali memperjuangkan bisnisnya dan mengganti namanya dengan 4up. malangnya, produk<br />ini pun bernasib sama dengan sebelumnnya. selanjutnya dia berusaha bangkit lagi dan mengganti lagi namanya<br />menjadi 5up. gagal lagi. kecintaanya pada soda membuatnya tak menyerah dan berusaha lagi dengan nama baru<br />6up. produk ini pun gagal dan dia pun menyerah.<br />beberapa tahun kemudian, orang lain muncul dan membuat soda dengan nama 7up dan mendapat sukses besar!<br />mungkin kita tidak tahu kapan usaha kita akan membuahkan hasil, tapi suatu saat nanti pastilah waktu itu akan tiba.<br />justru karena kita ga tahu kapan waktu keberhasilan kita, maka jangan pernah kita menghentikan usaha kita dan<br />memutuskan untuk menyerah. 3up gagal, buatlah 4up! 4up gagal, dirikan 5up! bahkan meski harus muncul 6up,<br />7up, 8up, atau 100up sekalipun, jangan pernah berhenti sampai jerih payah kita membuahkan hasil.<br />percayalah bahwa Tuhan menghargai usaha kita. keberhasilan ga datang pada orang yang malas berjuang dan<br />gampang menyerah. tunjukan kualitas iman kita melalui ketekunan kita dalam berjuang! tetap semangat!<br />6. MARK ZUCKERBERG (FACEBOOK)<br />Pernah mendengar situs jaringan pertemanan Friendster? Konon, melalui situs tersebut, banyak orang-orang yang<br />lama tak bersua, bisa kembali bersatu, reunian, dan bahkan berjodoh. Karena itulah, situs pertemanan itu beberapa<br />waktu lalu sempat sangat popular. Karena itu, tak heran jika setelah era suksesnya Friendster, berbagai situs<br />jaringan pertemanan bermunculan. Salah satunya adalah Facebook.<br />Facebook ini sebenarnya dibuat sebagai situs jaringan pertemanan terbatas pada kalangan kampus pembuatnya,<br />yakni Mark Zuckerberg. Mahasiswa Harvard University tersebut-kala itu-mencoba membuat satu program yang<br />bisa menghubungkan teman-teman satu kampusnya. Karena itulah, nama situs yang digagas oleh Mark adalah<br />Facebook. Nama ini ia ambil dari buku Facebook, yaitu buku yang biasanya berisi daftar anggota komunitas dalam<br />satu kampus. Pada sejumlah college dan sekolah preparatory di Amerika Serikat, buku ini diberikan kepada<br />mahasiswa atau staf fakultas yang baru agar bisa lebih mengenal orang lain di kampus bersangkutan.<br />Pada sekitar tahun 2004, Mark yang memang hobi mengotak-atik program pembuatan website berhasil menulis<br />kode orisinal Facebook dari kamar asramanya. Untuk membuat situs ini, ia hanya butuh waktu sekitar dua<br />mingguan. Pria kelahiran Mei 1984 itu lantas mengumumkan situsnya dan menarik rekan-rekannya untuk<br />bergabung. Hanya dalam jangka waktu relatif singkat-sekitar dua minggu-Facebook telah mampu menjaring dua<br />per tiga lebih mahasiswa Harvard sebagai anggota tetap.<br />Mendapati Facebook mampu menjadi magnet yang kuat untuk menarik banyak orang bergabung, ia memutuskan<br />mengikuti jejak seniornya-Bill Gates-memilih drop out untuk menyeriusi situsnya itu. Bersama tiga rekannyaandre<br />McCollum, Dustin Moskovitz, dan Chris Hughes-Mark kemudian membuka keanggotaan Facebook untuk<br />umum.<br />Mark ternyata tak sekadar nekad. Ia punya banyak alasan untuk lebih memilih menyeriusi Facebook. Mark dan<br />rekannya berhasil membuat Facebook jadi situs jaringan pertemanan yang segera melambung namanya, mengikuti<br />tren Friendster yang juga berkembang kala itu. Namun, agar punya nilai lebih, Mark pun mengolah Facebook<br />dengan berbagai fitur tambahan. Dan, sepertinya kelebihan fitur inilah yang membuat Facebook makin digemari.<br />Bayangkan, Ada 9.373 aplikasi yang terbagi dalam 22 kategori yang bisa dipakai untuk menyemarakkan halaman<br />Facebook, mulai chat, game, pesan instan, sampai urusan politik dan berbagai hal lainnya. Hebatnya lagi, sifat<br />keanggotaan situs ini sangat terbuka. Jadi, data yang dibuat tiap orang lebih jelas dibandingkan situs pertemanan<br />lainnya. Hal ini yang membuat orang makin nyaman dengan Facebook untuk mencari teman, baik yang sudah<br />dikenal ataupun mencari kenalan baru di berbagai belahan dunia.<br />Sejak kemunculan Facebook tahun 2004 silam, anggota terus berkembang pesat. Prosentase kenaikannya melebihi<br />seniornya, Friendster. Situs itu tercatat sudah dikunjungi 60 juta orang dan bahkan Mark Zuckerberg berani<br />menargetkan pada tahun 2008 ini, angka tersebut akan mencapai 200 juta anggota.<br />Dengan berbagai keunggulan dan jumlah peminat yang luar biasa, Facebook menjadi barang dagangan' yang<br />sangat laku. Tak heran, raksasa software micr*soft pun tertarik meminangnya. Dan, konon, untuk memiliki saham<br />hanya 1,6 persen saja, micr*soft harus mengeluarkan dana tak kurang dari US$ 240 juta. Ini berarti nilai<br />kapitalisasi saham Facebook bisa mencapai US$15 miliar! Tak heran, Mark kemudian dinobatkan sebagai<br />miliarder termuda dalam sejarah yang memulai dari keringatnya sendiri.<br />Niat Mark Zuckerberg untuk sekadarmenyatukan' komunitas kampusnya dalam sebuah jaringan ternyata<br />berdampak besar. Hal ini telah mengantar pria yang baru berusia 23 tahun ini menjadi miliarder termuda dalam<br />sejarah. Sungguh, kejelian melihat peluang dan niatan baiknya ternyata mampu digabungkan menjadi sebuah nilai<br />tambah yang luar biasa. Ini menjadi contoh bagi kita, bahwa niat baik ditambah perjuangan dan ketekunan dalam<br />menggarap peluang akan melahirkan kesempatan yang dapat mengubah hidup makin bermakna.<br />TIADA KETEKUNAN YANG TIDAK MEMBAWA HASIL...<br />7. BILL GATES & PAUL ALLEN<br />William Henry Gates III atau lebih terkenal dengan sebutan Bill Gates, lahir di Seatle, Washington pada tanggal 28<br />Oktober 1955. Ayah Bill, Bill Gates Jr., bekerja di sebuah firma hukum sebagai seorang pengacara dan ibunya,<br />Mary, adalah seorang mantan guru. Bill adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Sejak kecil Bill mempunyai hobi<br />hiking,bahkan hingga kini pun kegiatan ini masih sering dilakukannya bila ia sedang berpikir.<br />Bill kecil mampu dengan mudah melewati masa sekolah dasar dengan nilai sangat memuaskan, terutama dalam<br />pelajaran IPA dan Matematika. Mengetahui hal ini orang tua Bill, kemudian menyekolahkannya di sebuah sekolah<br />swasta yang terkenal dengan pembinaan akademik yang baik, bernama LAKESIDE. Pada saat itu , Lakeside<br />baru saja membeli sebuah komputer, dan dalam waktu seminggu, Bill Gates, Paul Allen dan beberapa siswa<br />lainnya (sebagian besar nantinya menjadi programmer pertama micr*soft) sudah menghabiskan semua jam<br />pelajaran komputer untuk satu tahun.<br />Kemampuan komputer Bill Gates sudah diakui sejak dia masih bersekolah di Lakeside. Dimulai dengan<br />menghack komputer sekolah, mengubah jadwal, dan penempatan siswa. Tahun 1968, Bill Gates, Paul Allen, dan<br />dua hackers lainnya disewa oleh Computer Center Corp. untuk menjadi tester sistem keamanan perusahaan<br />tersebut. Sebagai balasan, mereka diberikan kebebasan untuk menggunakan komputer perusahaan. Menurut Bill<br />saat itu lah mereka benar- benar dapat memasuki komputer. Dan disinilah mereka mulai mengembangkan<br />kemampuan menuju pembentukan micr*soft, 7 tahun kemudian.<br />Selanjutnya kemampuan Bill Gates semakin terasah. Pembuatan program sistem pembayaran untuk Information<br />Science Inc, merupakan bisnis pertamanya. Kemudian bersama Paul Ellen mendirikan perusahaan pertama mereka<br />yang disebut Traf-O-Data. Mereka membuat sebuah komputer kecil yang mampu mengukur aliran lalu lintas.<br />Bekerja sebagai debugger di perusahaan kontrkator pertahanan TRW, dan sebagai penanggungjawab komputerisasi<br />jadwal sekolah, melengkapi pengalaman Bill Gates.<br />Musim gugur 1973, Bill Gates berangkat menuju Harvard University dan terdaftar sebagai siswa fakultas hukum.<br />Bill mampu dengan baik mengikuti kuliah, namun sama seperti ketika di SMA, perhatiannya segera beralih ke<br />komputer. Selama di Harvard, hubungannya dengan Allen tetap dekat. Bill dikenal sebagai seorang jenius di<br />Harvard. Bahkan salah seorang guru Bill mengatakan bahwa Bill adalah programmer yang luar biasa jenius, namun<br />seorang manusia yang menyebalkan.<br />Desember 1974, saat hendak mengunjungi Bill Gates, Paul Allen membaca artikel majalah Popular Electronics<br />dengan judul World`s First Microcomputer Kit to Rival Commercial Models. Artikel ini memuat tentang<br />komputer mikro pertama Altair 9090. Allen kemudian berdiskusi dengan Bill Gates. Mereka menyadari bahwa era<br />komputer rumah akan segera hadir dan meledak, membuat keberadaan software untuk komputer - komputer<br />tersebut sangat dibutuhkan. Dan ini merupakan kesempatan besar bagi mereka.<br />Kemudian dalam beberapa hari, Gates menghubungi perusahaan pembuat Altair, MITS (Micro Instrumentation and<br />Telemetry Systems). Dia mengatakan bahwa dia dan Allen, telah membuat BASIC yang dapat digunakan pada<br />Altair. Tentu saja ini adalah bohong. Bahkan mereka sama sekali belum menulis satu baris kode pun. MITS, yang<br />tidak mengetahui hal ini, sangat tertarik pada BASIC. Dalam waktu 8 minggu BASIC telah siap. Allen menuju<br />MITS untuk mempresentasikan BASIC. Dan walaupun, ini adalah kali pertama bagi Allen dalam mengoperasikan<br />Altair, ternyata BASIC dapat bekerja dengan sempurna. Setahun kemudian Bill Gates meninggalkan Harvard dan<br />mendirikan micr*soft.<br />Kisah Bill Gates Meninggalkan Harvard Demi Mengejar Impian<br />Ketika ia bosan dengan Harvard, Gates melamar pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan komputer di<br />daerah Boston. Gates mendorong Paul Allen untuk mencoba melamar sebagai pembuat program di Honey-well<br />agar keduanya dapat melanjutkan impian mereka untuk mendirikan sebuah perusahaan perangkat lunak.<br />Pada suatu hari di bulan Desember yang beku, Paul Allen melihat sampul depan majalah Popular Mechanics,<br />terbitan Januari 1975, yaitu gambar komputer mikro rakitan baru yang revolusioner MITS Altair 8080 (Komputer<br />kecil ini menjadi cikal bakal PC di kemudian hari). Kemudian Allen menemui Gates dan membujuknya bahwa<br />mereka harus mengembangkan sebuah bahasa untuk mesin kecil sederhana itu. Allen terus mengatakan, Yuk kita<br />dirikan sebuah perusahaan. Yuk kita lakukan.<br />Kami sadar bahwa revolusi itu bisa terjadi tanpa kami. Setelah kami membaca artikel itu, tak diragukan lagi imana<br />kami akan memfokuskan hidup kami. Kedua sahabat itu bergegas ke sebuah komputer Harvard untuk menulis<br />sebuah adaptasi dari program bahasa BASIC. Gates dan Allen percaya bahwa komputer kecil itu dapat melakukan<br />keajaiban. Dari sana pula mereka mempunyai mimpi, tersedianya sebuah komputer di setiap meja tulis dan di<br />setiap rumah tangga.<br />Semangat Allen dan Gates tidak percuma. Berawal dari komputer kecil itulah yang menjadi mode dari segala<br />macam komputansi. Dan sekarang bisa Anda lihat bahwa PC telah benar-benar menjadi alat jaman informasi. Dan<br />hampir setiap orang mengenal Bill Gates sebagai orang terkaya di dunia saat ini.<br />"Orang yang sukses adalah orang yang memiliki mimpi dan keyakinan bahwa mimpi itu akan dapat terjadi<br />berapapun harga yang harus ia bayar..."<br />Alkisah si ibu bermata satu yang mempunyai seorang anak laki-laki.<br />Ketika anak laki-lakinya pergi sekolah SD, si ibu datang ke sekolah untuk melihat2 anaknya. Tapi apa yang terjadi,<br />si anak laki-lakinya jadi malu karena diolok-olok oleh teman-teman, karena dia mempunya ibu bermata satu.<br />Sesampai di rumah si ibu dimarahin oleh si anak. Sejak itu si ibu tidak dibolehkan ketemu orang-orang lain agar si<br />anak tidak malu.<br />Setelah anaknya dewasa, si anak telah bekerja dan sukses, dan sudah berkeluarga dan mempunyai istri yang cantik<br />dan anak2 yang lucu.... si ibu rindu ingin ketemu dengan anak dan cucunya. Sesampai di depan pintu rumah anak<br />laki-lakinya, dia diusir oleh anaknya sendiri, seraya berkata: untuk apa kamu datang kesini orang tua bermata satu,<br />kamu telah menakutkan anak-anakku, kata si anak. Akhirnya, si ibu pulang dengan bersedih hati. Dia akhirnya<br />hanya melihat cucu2nya di depan pagar, lalu perlu.<br />Sekian lama waktu berlalu, si ibu akhirnya sakit dan sepertinya tidak akan lama lagi umurnya. Dia memberi<br />tahukan berita ini kepada anak laki-lakinya itu, bahwasanya dia sedang sakit parah. Tapi, si anak laki2 tetap tidak<br />mau ketemu ibunya. Ajalnya pun menjemputnya.<br />Selang beberapa waktu, si istri dari si anak laki2 bertanya ke suaminya: mengapa kamu tidak datang ke rumah<br />ibumu?<br />Dia menjawab: saya sedang sibuk. Tapi akhirnya, dia dibujuk oleh istrinya, agar pergi ke rumah ibunya tersebut<br />sekali saja karena ibunya sudah tiada.<br />Akhirnya si anak laki2 pergilah ke rumah almarhum ibunya, dia masuk ke rumah yang telah lama dia<br />tinggalkannya, dan ada secarik kertas yang ditinggalkan oleh ibunya berisi: "anakku, aku sangat bahagia<br />melihatmu dari kecil, sampai dewasa dan mlenjadi sukses sekarang ini. ketahuilah nak, bahwasanya kamu kecil<br />hanya mempunyai mata satu, aku telah merelakan mata yang satu lagi diberikan kepadamu, agar kamu bisa hidup<br />bahagia nantinya".<br />Si anak akhirnya, menanggis sijadi-jadinya: oh..ibudr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-3045360937487543482010-05-22T06:27:00.000-07:002010-05-22T06:30:43.589-07:00Kisah Islamnya Syeikh Yusuf Estes mantan penginjilKisah Islamnya Syeikh Yusuf Estes mantan penginjil<br /><br />Monday, 24 March 2008 08:46<br />Awalnya ia bekerja sebagai musisi di gereja sekaligus penginjil. Namun kini, ia berkeliling dunia dan telah banyak mengislamkan orang. Di bawah ini adalah penuturannya.<br /><br />Yusuf Estes lahir tahun 1944 di Ohio, AS. Tahun 1962 hingga 1990 ia bekerja sebagai musisi di gereja, penginjil sekaligus mengelola bisnis alat musik piano dan organ. Awal 1991 ia terlibat bisnis dengan seorang pengusaha Muslim asal Mesir bernama Muhammad Abd Rahim. Awalnya ia bermaksud meng-Kristenkan pria Mesir itu. Namun akhirnya ia justru memeluk Islam diikuti oleh istri, anak-anak, ayah serta mertuanya. Ia menguasai bahasa Arab secara aktif, demikian juga ilmu Al-Quran selepas belajar di Mesir, Maroko dan Turki. Sejak 2006, Yusuf Estes secara regular tampil di PeaceTV, Huda TV, demikian pula IslamChannel yang bermarkas di Inggris. Ia juga muncul dalam serial televisi Islam untuk anak-anak bertajuk “Qasas Ul Anbiya” yang bercerita tentang kisah-kisah para Nabi.<br /><br />Yusuf terlibat aktif di berbagai aktifitas dakwah. Misalnya, ia menjadi imam tetap di markas militer AS di Texas, dai di penjara sejak tahun1994, dan pernah menjadi delegasi PBB untuk perdamaian dunia. Syekh Yusuf telah meng-Islam-kan banyak kalangan, dari birokrat, guru, hingga pelajar. Berikut kisah Syekh Yusuf sebagaimana dituturkannya di situs www.islamtomorrow.com.<br /><br />Nama saya Yusuf Estes. Saat ini dipercaya memimpin sebuah organisasi bagi Muslim asli Amerika. Kini sepanjang hidup saya berikan untuk Islam. Saya berkeliling dunia untuk memberikan ceramah dan berbagi pengalaman bagaimana Islam hadir dalam diri saya. Organisasi kami terbuka untuk berdialog dengan berbagai kalangan. Misalnya para pemuka agama seperti pendeta, rabi (ulama kaum Yahudi-red) dan lainnya dimanapun mereka berada.<br /><br />Kebanyakan medan kerja kami adalah kawasan institusional seperti pusat militer, universitas, hingga penjara. Tujuan utama adalah untuk menunjukkan Islam yang sebenarnya dan memperkenalkan bagaimana hidup sebagai seorang Muslim. Meskipun Islam saat ini berkembang sebagai salah satu agama terbesar kedua setelah Kristen, namun masih banyak saja terjadi misinformasi tentang Islam. Misalnya Islam selalu diidentikkan dengan hal berbau Arab.<br /><br />Banyak orang bertanya pada saya bagaimana mungkin seorang pendeta atau pastur Kristen bisa masuk Islam. Padahal tiap hari kami menyampaikan kebenaran Kristen. Belum lagi dengan berita-berita negatif tentang perilaku buruk Islam di media. Pasti tidak ada orang yang tertarik dengan Islam. Pernah seorang pria Kristen bertanya pada saya melalui e-mail kenapa dan bagaimana saya meninggalkan Kristen dan masuk Islam. Saya berterima kasih pada semua yang bersedia mendengar kisah saya berikut ini. Semoga Allah ridha.<br /><br />Keluarga Kristen taat<br /><br />Saya lahir di Ohio, besar dan bersekolah di Texas. Dalam tubuh saya mengalir darah Amerika, Irlandia dan Jerman hingga sering disebut WASP (white anglo saxon protestant). Keluarga kami adalah penganut Kristen yang sangat taat. Tahun 1949, ketika masih di bangku SD kami pindah ke Houston, Texas. Saya dan keluarga sering hadir secara rutin ke gereja. Malah saya dibaptis pada usia 12 tahun di Pasadena, masih Texas.<br /><br />Sebagai seorang remaja, saya punya keinginan untuk bisa berkunjung ke banyak gereja di berbagai tempat guna menambah pengalaman dan pengetahuan Kristen. Kala itu saya benar-benar haus untuk mempelajari ajaran Kristen. Tidak hanya ajaran Kristen, bahkan ajaran Hindu, Budha, Yahudi,hingga Metafisika juga saya pelajari. Hanya satu ajaran yang saya tidak begitu serius dan bahkan tidak menaruh perhatian sama sekali, yakni Islam.<br /><br />Saya suka musik terutama klasik. Hingga saya sering dapat undangan menyanyi di berbagai gereja. Di kisaran tahun 1960-an saya mengajar musik dan tahun 1963 punya studio sendiri di Laurel, Maryland yang saya beri nama “Estes Music Studios.” Hingga tahun 1990 atau hampir 30 tahun lamanya saya bersama dengan ayah mengelola bisnis entertainment. Kami juga punya toko alat musik piano dan organ di Texas, Oklahoma hingga Florida.<br /><br />Ayah dulu pernah aktif dalam aneka kegiatan gereja. Dari sekolah minggu hingga aktifitas penggalangan dana bagi pengembangan sekolah Kristen. Dia sangat menguasai Bibel dan juga terjemahannya. Melalui ayah pula saya belajar Bibel dalam berbagai versi dan terjemahan.<br /><br />Ayah saya, seperti kebanyakan pendeta lainnya, selalu mendapat pertanyaan:”Apakah Tuhan yang menulis Bibel?” Biasanya jawabannya adalah: “Bibel adalah rangkaian kata inspirasi seorang lelaki yang berasal dari Tuhan.” Itu bermakna, menurut saya, manusialah yang menulis Bibel. Tentu saja, selama bertahun-tahun, jawaban itu menimbulkan banyak tanggapan bahkan penolakan. Namun ayah selalu menambahkan,”Akan tetapi (Bibel) itu tetap kata dari Tuhan yang diilhamkan kepada manusia.” Begitulah.<br /><br />Mencari Tuhan<br /><br />Beranjak dewasa dan memiliki usaha sendiri, akhirnya saya “menyerah”. Saya tidak mungkin jadi seorang pendeta. Saya takut bermental hipokrit. Saya belum bisa menerima tentang konsep Tuhan itu satu namun pada saat yang sama Dia menjadi “Tiga” atau Trinitas. Saya selalu bertanya-tanya, jika Dia “Tuhan Bapa” bagaimana mungkin pada saat yang sama juga menjadi “Anak Tuhan?”<br /><br />Selama bertahun-tahun saya mencoba mencari Tuhan dengan berbagai cara. Saya pelajari dan cek dalam agama Budha, Hindu Metafisika, Taoisme, Yahudi dan banyak lagi. Bertahun-tahun saya pelajari hingga mendekati usia ke-50 saya belum menemukan siapa Tuhan yang sebenarnya. Lalu saya mencoba bergaul dengan banyak kalangan, termasuk dengan para evangelis dan penginjil yang punya pengalaman di berbagai tempat dan negara. Kami sering melakukan perjalanan jauh. Namun tidak ada jawaban yang memuaskan. Tidak ada yang mau menjawab siapa yang menulis Bibel sebenarnya, kenapa Bibel banyak versi padahal bukunya sama, kenapa banyak sekali terdapat kesalahan versi terkini dengan versi terdahulu. Dan, bahkan, dalam berbagai versi Bibel, saya tidak menemukan satupun kata “Trinitas.”<br /><br />Kolega saya akhirnya tidak mampu meyakinkan saya. Mereka lelah mencari jawaban yang tepat atas pertanyaan-pertanyaan “nyeleneh” tersebut. Sampai akhirnya datanglah satu kejadian yang merupakan awal perjumpaan saya dengan Islam. Kejadian yang akhirnya meruntuhkan semua konsep-konsep dan keyakinan-keyakinan yang telah membebani saya selama bertahun-tahun. Solusi dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya datang justru dengan cara, yang menurut saya, aneh dan ganjil.<br /><br />Jumpa pria Mesir<br /><br />Ceritanya, awal 1991 ayah mencoba menjalin bisnis dengan seorang pengusaha dari Mesir. Ia meminta saya untuk bertemu dengan pria Mesir itu. Bagi saya inilah kali pertama mengadakan kontak bisnis internasional. Yang saya tahu tentang Mesir adalah piramid, patung Sphinx, dan sungai Nil. Hanya itu. Lalu ayah menyebut bahwa pria itu seorang Muslim.<br /><br />Apa? Islam? Saya tidak percaya dengan apa yang saya dengar. Menjalin hubungan dengan orang Islam? Spontan batin saya menolak. Tidak, no way! Saya mengingatkan ayah agar membatalkan kontak dengan pria itu dengan menyebut hal-hal negatif tentang orang Islam. Orang Islam teroris, pembajak, penculik, pengebom, dan entah apa lagi. Saya sebut juga mereka (orang Islam) tidak percaya dengan Tuhan, tiap hari kerjanya mencium tanah lima kali sehari, dan menyembah kotak hitam di tengah padang pasir (maksudnya Ka’bah-red.). Tidak! Saya tidak mau jumpa orang itu.<br /><br />Ayah tetap mendesak. Ia menyebut orang itu sangat ramah dan baik hati. Akhirnya saya menyerah dan bersedia bertemu dengan pengusaha Islam tersebut. Tapi untuk pertemuan tersebut saya buat semacam “aturan” khusus. Antara lain; saya mau bertemu dengannya pada hari Minggu setelah kegiatan di gereja, sehingga punya “kekuatan” kala bertemu nanti. Saya musti bawa Bibel, pakai baju jubah dan peci ala gereja bertuliskan “Yesus Tuhan Kami.” Istri dan kedua anak perempuan saya juga harus datang di saat pertemuan pertamakali dengan orang Islam itu.<br /><br />Tibalah hari H. Ketika saya masuk toko, langsung saya tanya pada ayah mana orang Islam itu. Ayah menunjuk seorang laki-laki di dekatnya. Mendadak saya dilanda kebingungan. Ah sepertinya pria itu bukan si Islam yang dimaksud. Hati saya membatin. Penampilannya tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Laki-laki asal Mesir itu tidak berjanggut, bahkan tidak punya rambut sama sekali alias botak. Ia tidak bersorban dan tidak pula berjubah. Malah pakai jas.<br /><br />Spontan saya mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Mengamati orang-orang yang hadir. Saya mencari-cari orang yang pakai jubah dengan surban melilit di kepalanya, berjenggot lebat serta alis mata tebal. Khas orang Arab. Namun tidak ada seorangpun yang memenuhi kriteria saya. Yang lebih mengejutkan, pria itu malah menegur saya dengan sangat ramah. Ia menyambut dan menjabat tangan saya dengan hangat. Namun saya tidak terkesan dengan tingkahnya itu. Hanya ada satu pikiran, yakni bagaimana meng-Kristenkan pria Mesir itu.<br /><br />Interogasi<br /><br />Selepas perkenalan singkat, saya pun mulai “menginterogasi” pria Mesir tersebut. Anda percaya dengan Tuhan? tanya saya mengawali. Pria itu menjawab ya. Saya mencocornya lagi dengan rentetan pertanyaan lain seperti keyakinan Islam kepada Nabi Adam, Ibrahim. Musa, Daud, Sulaiman hingga Isa Al-Masih. Saya dibuat terpana kala mendengar jawabannya. Ia menjelaskan Islam percaya dengan Nabi-Nabi yang saya sebut tadi. Bahkan makin ternganga kala diberitahu Islam juga beriman dengan salah satu Kitab Allah yakni Injil dan Nabi Isa adalah salah satu utusan-Nya. Fantastik!<br /><br />Yang bikin saya syok adalah tatkala mengetahui ternyata Islam juga percaya dengan Almasih (baca: Nabi Isa). Dalam Islam ternyata Isa diimani; sebagai utusan Tuhan dan bukan Tuhan, lahir tanpa seorang ayah, ibunya adalah Maryam. Ini sudah lebih dari cukup bagi saya untuk mempelajari Islam lebih lanjut. Ah padahal sebelumnya saya sangat benci dengan Islam. Kini saya harus mempelajarinya? Bagaimana mungkin?<br /><br />Akhirnya kami jadi sering bertemu dan berdiskusi terutama tentang keimanan. Pria ini sangat lain. Ramah, kalem, dan terkesan pemalu. Ia mendengar dengan serius setiap kata-kata saya dan tidak menyela sedikitpun. Lama kelamaan saya jadi menyukai pria itu. Namun waktu itu yang masih terpikir oleh saya adalah mencari cara untuk mengajaknya masuk Kristen. Orang ini sangat potensial menurut saya.<br /><br />Menjadi mitra bisnis<br /><br />Saya akhirnya setuju untuk menjalin bisnis dengan pengusaha Mesir itu. Kami sering mengadakan perjalanan bisnis di sepanjang kawasan Utara Texas. Sepanjang hari kami justru banyak berdiskusi hal keyakinan Islam dan Kristen ketimbang masalah bisnis. Kami bicara tentang konsep Tuhan, arti hidup, maksud penciptaan manusia dan alam serta isinya, tentang Nabi, dan banyak lainnya lagi.<br /><br />Satu ketika saya dapat kabar Muhammad bermaksud pindah rumah. Selama ini ia tinggal bersama dengan seorang temannya. Ia berencana untuk tinggal di mesjid selama beberapa waktu. Saya dan ayah mengajaknya tinggal di rumah kami saja. Ia pun setuju.<br /><br />Satu ketika salah seorang teman saya –seorang pendeta- mengalami serangan jantung. Kami membawanya ke rumah sakit terdekat dan tinggal beberapa saat disana. Saya pun musti menjenguknya beberapa kali dalam seminggu. Muhammad sering saya ajak serta. Rupanya teman saya itu tidak begitu suka. Bahkan ia dengan nyata menolak berdiskusi apapun tentang Islam. Hingga satu hari datang pasien baru. Seorang pria yang kemudian tinggal satu kamar di rumah sakit dengan teman saya. Ia menggunakan kursi roda. Saya berkenalan dengan pria itu. Sekilas tampaknya pria itu seperti sedang depresi berat.<br /><br />Pria di kursi roda mencari Tuhan<br /><br />Akhirnya saya tahu pria itu kesepian dan depresi berat serta butuh teman dalam hidupnya. Jadilah saya mencoba mengingatkan dia tentang Tuhan. Saya kisahkan tentang Nabi Yunus yang hidup dalam perut ikan. Sendirian dalam gelap namun masih ada Tuhan bersamanya.<br /><br />Selepas mendengar kisah itu, pria berkursi roda itu mendongakkan kepalanya seraya meminta maaf. Ia menceritakan bahwa ada sedikit masalah yang melandanya. Selanjutnya ia ia ingin mengakuinya kesalahannya itu di hadapan saya. Saya berujar bahwa saya bukan seorang pendeta. Pria itu justru menjawab; “Sebenarnya saya dulu seorang pendeta.”<br /><br />“Apa? Saya barusan menceramahi seorang pendeta ? Saya benar-benar syok kala itu. Kenapa jadi begini? Apa yang terjadi dengan dunia ini sebenarnya?<br /><br />Rupanya pendeta itu –namanya Peter Jacobs- adalah mantan misionaris yang telah berkeliling Amerika Latin dan Meksiko selama 12 tahun. Kini ia malah depresi dan butuh istirahat. Saya menawarkannya untuk tinggal di rumah kami. Dalam perjalanan ke rumah, saya berdiskusi dengan Peter tentang Islam. Saya sungguh terkejut kala diberitahu para pendeta Kristen juga belajar tentang Islam dan bahkan sebagiannya ada yang doktor di bidang itu. Ini hal baru bagi saya tentunya.<br /><br />Sejak itu, Muhammad, Peter dan saya sering terlibat diskusi hingga larut malam. Satu ketika masuk ke masalah kitab-kitab suci. Saya takjub kala Muhammad menceritakan bahwa dari pertama diturunkan hingga saat ini atau selama 1400 tahun Al-Quran hanya ada satu versi. Al-Quran dihafal oleh jutaan Muslim di seluruh dunia dengan satu bahasa yaitu Arab. Sungguh mustahil. Bagaimana mungkin kitab suci kami bisa berubah-ubah dengan berbagai versi sementara Al-Quran tetap terpelihara?<br /><br />Sang pendeta masuk Islam!<br /><br />Satu hari pendeta Peter Jacobs ingin melihat apa yang dilakukan orang Islam di Mesjid. Ia pun ikut Muhammad. Sepulang dari sana saya bertanya pada Peter ada kegiatan apa di sana. Peter menyebut tidak ada acara apa-apa di mesjid. Mereka (orang Islam) cuma datang dan shalat saja. Tidak ada acara seremoni apapun. Apa? tidak ada ceramah atau nyanyian apapun?<br /><br />Beberapa hari kemudian Peter minta ikut lagi ke mesjid. Namun kali ini lain. Mereka tidak pulang-pulang hingga larut malam. Saya khawatir sesuatu terjadi terhadap mereka. Akhirnya Muhammad kembali dengan seorang pria berjubah. Saya sungguh terkejut dengan laki-laki yang datang bersama Muhammad itu. Ia mengenakan jubah dan topi putih. Ah rupanya si Peter. Ada apa dengan kamu tanya saya. Jawaban Peter bak petir di siang bolong. Ia menyebut sudah bersyahadah. Oh Tuhan! Apa yang terjadi? Pendeta masuk Islam?<br /><br />Saya benar-benar syok dan semalaman tidak bisa tidur memikirkan hal itu. Saya ceritakan kejadian tersebut kepada istri. Istri saya justru menyatakan ia juga ingin masuk Islam, karena itulah yang benar. Oh Tuhan! Saya benar-benar tidak percaya.<br /><br />Saya turun ke bawah dan membangunkan Muhammad seraya minta waktu diskusi dengannya. Sepanjang malam hingga subuh kami bertukar pendapat. Muhammad minta izin shalat Subuh. Ketika itu saya mendapat firasat, kebenaran telah datang. Saya harus membuat pilihan. Lalu saya keluar rumah. Persis di belakang rumah, saya memungut sepotong papan. Lalu saya letakkan papan itu menghadap ke arah orang Islam shalat. Saya pun bersujud menghadap kiblat dan meminta petunjuk-Nya.<br /><br />Sekeluarga masuk Islam<br /><br />Pagi itu, pukul 11, saya bersyahadah di hadapan dua orang saksi, mantan pendeta Peter Jacobs dan Muhammad Abd. Rahman. Alhamdulillah, di usia ke-47 saya jadi seorang Muslim. Beberapa menit kemudian istri saya juga ikut bersyahadah. Ayah baru memeluk Islam beberapa bulan kemudian. Sejak itu saya dan ayah sering ke mesjid terdekat di kota kami. Ayah mertua saya akhirnya juga mengikuti kami. Di usianya yang ke-86 ia memeluk Islam. Mertua saya meninggal persis beberapa bulan selepas bersyahadah. Semoga Allah ampuni dia. Amiin.<br /><br />Adapun anak-anak saya pindahkan dari sekolah Kristen ke sekolah Islam. Setelah sepuluh tahun bersyahadah, mereka telah mampu menghafal beberapa juz Al-Quran.<br /><br />Sejak itu saya habiskan waktu hanya untuk Islam. Saya berdakwah ke mana-mana, hingga ke luar Amerika. Banyak sudah yang memeluk Islam. Baik dari kalangan birokrat, guru, dan pelajar dari berbagai agama. Dari Hindu, Katolik, Protestan, Yahudi, Rusia Orthodok, hingga Atheis. Saat ini saya juga mengelola sebuah website yakni Islamalways.com yang punya motto terkenal, " where we're always open 24 hours a day and always plenty of free parking." (kami buka 24 jam sehari dan banyak tempat parkir gratis).<br /><br />Islam telah mengubah cara saya melihat kehidupan ini dengan lebih bermakna. Semoga Allah pelihara hidayah yang sudah ada pada kita dan sebarkan hidayah itu ke seluruh alam. Amin. [Zulkarnain Jalil]<br />http://mualaf.com/kisah-a-pengalaman/muallaf-rohaniawan/533--kisah-islamnya-syeikh-yusuf-estes-mantan-penginjildr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-85078321823327601552010-05-22T06:04:00.000-07:002010-05-22T06:05:11.234-07:00KISAH MUALAF Idris Tawfiq, Mantan Pastor yang Memilih IslamIdris Tawfiq, Mantan Pastor yang Memilih Islam<br /><br /><br />Sunday, 29 November 2009 10:42<br /><br />''Allah menyeru manusia ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).'' (QS Yunus: 25) Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa Allah SWT akan memberikan hidayah (jalan kebaikan) kepada siapa saja yang dikehendakinya untuk memilih Islam. Tak peduli siapa pun. Baik dia budak, majikan, pejabat, bahkan tokoh agama non-Islam sekalipun.<br />Ayat tersebut, layak disematkan pada Idris Tawfiq, seorang pastor di Inggris yang akhirnya menerima Islam. Ia menjadi mualaf setelah mempelajari Islam dan melihat sikap kelemahlembutan serta kesederhanaan pemeluknya.<br /><br />Sebelumnya, Idris Tawfiq adalah seorang pastor gereja Katholik Roma di Inggris. Mulanya, ia memiliki pandangan negatif terhadap Islam. Baginya saat itu, Islam hanya identik dengan terorisme, potong tangan, diskriminatif terhadap perempuan, dan lain sebagainya.<br /><br />Namun, pandangan itu mulai berubah, ketika ia melakukan kunjungan ke Mesir. Di negeri Piramida itu, Idris Tawfiq menyaksikan ketulusan dan kesederhanaan kaum Muslimin dalam melaksanakan ibadah dan serta keramahan sikap mereka.<br /><br />Ia melihat, sikap umat Islam ternyata sangat jauh bertolak belakang dengan pandangan yang ia dapatkan selama ini di negerinya. Menurutnya, Islam justru sangat lembut, toleran, sederhanan, ramah, dan memiliki sifat keteladanan yang bisa dijadikan contoh bagi agama lainnya.<br /><br />Di Mesir inilah, Tawfiq merasa mendapatkan kedamaian yang sesungguhnya. Awalnya hanya sebagai pengisi liburan, menyaksikan Pirmadia, unta, pasir, dan pohon palem. Namun, hal itu malah membawanya pada Islam dan membuat perubahan besar dalam hidupnya.<br /><br />''Awalnya mau berlibur. Saya mengambil penerbangan carter ke Hurghada. Dari Eropa saya mengunjungi beberapa pantai. Lalu, saya naik bis pertama ke Kairo, dan saya menghabiskan waktu yang paling indah dalam hidup saya.''<br /><br />''Ini adalah kali pertama saya pengenalan ke umat Islam dan Islam. Saya melihat bagaimana Mesir yang lemah lembut seperti itu, orang-orang manis, tapi juga sangat kuat,'' terangnya.<br /><br />''Saya menyaksikan mereka tenang, lembut, dan tertib dalam beribadah. Begitu ada suara panggilan shalat (azan--Red), mereka yang sebagian pedagang, segera berkemas dan menuju Masjid. Indah sekali saya melihatnya,'' terangnya.<br /><br />Dari sinilah, pandangan Tawfiq berubah tentang Islam. ''Waktu itu, seperti warga Inggris lainnya, pengetahuan saya tentang Islam tak lebih seperti yang saya lihat di TV, memberikan teror dan melakukan pengeboman. Ternyata, itu bukanlah ajaran Islam. Hanya oknumnya yang salah dalam memahami Islam,'' tegasnya.<br /><br />Ia pun mempelajari Alquran. Pelajaran yang didapatkannya adalah keterangan dalam Alquran yang menyatakan: ' Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang Yahudi dan Musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang beriman adalah orang yang berkata, ''Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.'' Yang demikian itu disebabkan di antara mereka itu terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena seungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.'' (Al-Maidah ayat 82).<br /><br />Ayat ini membuatnya berpikir keras. Baginya, Islam sangat baik, toleran. Justru, pihak lain yang memusuhinya. Inilah yang menjadi awal keislaman mantan pastor Inggris dan akhirnya menerima Islam.<br /><br />Sepulang dari Mesir, Tawfiq masih menjadi penganut agama Katholik. Bahkan, ketika dia aktif mengajarkan pelajaran agama kepada para siswa di sebuah sekolah umum di Inggris, ia diminta mengajarkan pendidikan Studi agama.<br /><br />''Saya mengajar tentang agama Kristen, Islam, Yudaisme, Buddha dan lain-lain. Jadi, setiap hari saya harus membaca tentang agama Islam untuk bisa saya ajarkan pada para siswa. Dan, di sana banyak terdapat siswa Muslim keturunan Arab. Mereka memberikan contoh pesahabatan yang baik, bersikap santun dengan teman lainnya. Dari sini, saya makin intens berhubungan dengan siswa Muslim,'' ujarnya.<br /><br />Dan selama bulan Ramadhan, kata dia, dia menyaksikan umat Islam, termasuk para siswanya, berpuasa serta melaksanakan shalat tarawih bersama-sama. ''Hal itu saya saksikan hampir sebulan penuh. Dan, lama kelamaan saya belajar dengan mereka, kendati waktu itu saya belum menjadi Muslim,'' papar Tawfiq.<br /><br />Dari sini kemudian Tawfiq mempelajari Alquran. Ia membaca ayat-ayat Alquran dari terjemahannya. Dan ketika membaca ayat 83 surah Al-Maidah, ia pun tertegun.<br /><br />''Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Alquran).'' (Al-Maidah ayat 83).<br /><br />Secara tiba-tiba, kata Tawfiq, ia pun merasakan apa yang disampaikan Alquran. Ia menangis. Namun, hal itu ia sembunyikan dari pandangan para siswanya. Ia merasa ada sesuatu di balik ayat tersebut.<br /><br />Dari sini, Tawfiq makin intensif mempelajari Islam. Bahkan, ketika terjadi peristiwa 11 September 2001, dengan dibomnya dua menara kembar World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat, dan ketika banyak orang menyematkan pelakunya kalangan Islam. Ia menjadi heran. Kendati masih memeluk Kristen Katholik, ia yakin, Islam tidak seperti itu.<br /><br />''Awalnya saya sempat takut juga. Saya khawatir peristiwa serupa terulang di Inggris. Apalagi, orang barat telah mencap pelakunya adalah orang Islam. Mereka pun mengecamnya dengan sebutan teroris,'' kata Tawfiq.<br /><br />Namun, Tawfiq yakin, Islam tidak seperti yang dituduhkan. Apalagi, pengalamannya sewaktu di Mesir, Islam sangat baik, dan penuh dengan toleransi. Ia pun bertanya-tanya. ''Mengapa Islam? Mengapa kita menyalahkan Islam sebagai agama teroris. Bagaimana bila kejadian itu dilakukan oleh orang Kristen? Apakah kemudian Kristen akan dicap sebagai pihak teroris pula?'' Karena itu, ia menilai hal tersebut hanyalah dilakukan oknum tertentu, bukan ajaran Islam.<br /><br />Masuk Islam<br />Dari situ, ia pun mencari jawabannya. Ia berkunjung ke Masjid terbesar di London. Di sana berbicara dengan Yusuf Islam tentang Islam. Ia pun kemudian memberanikan diri bertanya pada Yusuf Islam. ''Apa yang akan kamu lakukan bila menjadi Muslim?''<br /><br />Yusuf Islam menjawab. ''Seorang Muslim harus percaya pada satu Tuhan, shalat lima kali sehari, dan berpuasa selama bulan Ramadhan,'' ujar Yusuf.<br /><br />Tawfiq berkata, ''Semua itu sudah pernah saya lakukan.''<br />Yusuf berkata, ''Lalu apa yang Anda tunggu?''<br />Saya katakan, ''Saya masih seorang pemeluk Kristiani.''<br /><br />Pembicaraan terputus ketika akan dilaksanakan Shalat Zhuhur. Para jamaah bersiap-siap melaksanakan shalat. Dan, saat shalat mulai dilaksanakan, saya mundur ke belakang, dan menunggu hingga selesai shalat.<br /><br />Namun, di situlah ia mendengar sebuah suara yang mempertanyakan sikapnya. ''Saya lalu berteriak, kendati dalam hati. ''Siapa yang mencoba bermain-main dengan saya.''<br /><br />Namun, suara itu tak saya temukan. Namun, suara itu mengajak saya untuk berislam. Akhirnya, setelah shalat selesai dilaksanakan, Tawfiq segera mendatangi Yusuf Islam. Dan, ia menyatakan ingin masuk Islam di hadapan umum. Ia meminta Yusuf Islam mengajarkan cara mengucap dua kalimat syahadat.<br /><br />''Ayshadu an Laa Ilaha Illallah. Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah.'' Saya bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah.<br /><br />Jamaah pun menyambut dengan gembira. Ia kembali meneteskan air mata, bukan sedih, tapi bahagia.<br /><br />Ia mantap memilih agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW ini. Dan, ia tidak menyesali telah menjadi pengikutnya. Berbagai gelar dan penghargaan yang diterimanya dari gereja, ia tanggalkan.<br /><br />Seperti diketahui, Idris Tawfiq memperoleh gelar kesarjanaan dari University of Manchester dalam bidang sastra, dan gelar uskup dari University of Saint Thomas Aquinas di Roma. Dengan gelar tersebut, ia mengajarkan pandangan Katholik pada jemaatnya. Namun, akhirnya ia beralih mengajarkan Islam kepada masyarakatnya. Selama bertahun-tahun, Tawfiq mengepalai pusat Studi keagamaan di berbagai sekolah di Inggris dan Wales, sebelum dia masuk agama Islam.<br /><br />''Dulu saya senang menjadi imam (pastor--Red) untuk membantu masyarakat selama beberapa tahun lalu. Namun, saya merasa ada sesuatu yang tidak nyaman dan kurang tepat. Saya beruntung, Allah SWT memberikan hidayah pada saya, sehingga saya semakin mantap dalam memilih Islam. Saya tidak menyesal meninggalkan tugas saya di gereja. Saya percaya, kejadian (Islamnya--Red) ini, lebih baik dibandingkan masa lalu saya,'' terangnya. sya/osa/berbagai sumber<br /><br /><br />Berdakwah Lewat Lisan dan Tulisan<br /><br />Ketika ditanyakan pada Idris Tawfiq tentang perbedaan besar antara Kristen Katholik dan Islam, ia berkata: ''Dasar dari agama Islam adalah Allah. Semua perkara disaksikan Allah, tak ada yang luput dari perhatian-Nya. Ini berbeda dengan yang saya dapatkan dari agama sebelumnya. Islam merupakan agama yang komprehensif.''<br /><br />Ia menambahkan, Islam mengajarkan pemeluknya untuk senantiasa beribadah kepada Allah setiap saat. Tak terbatas hanya pada hari Minggu. Selain itu, kata dia, Islam mengajarkan umatnya cara menyapa orang lain dengan lembut, bersikap ramah, mengajarkan adab makan dan minum, memasuki kamar orang lain, cara bersilaturahim yang baik. ''Tak hanya itu, semua persoalan dibahas dan diajarkan oleh Islam,'' terangnya.<br /><br />Penceramah dan penulis<br />Caranya bertutur kata, sikapnya yang sopan dan santun banyak disukai masyarakat. Gaya berbicaranya yang baik sangat sederhana dan lemah lembut, menyentuh hati, serta menyebabkan orang untuk berpikir. Ia pun kini giat berceramah dan menulis buku tentang keislaman.<br /><br />Ia memberikan ceramah ke berbagai tempat dengan satu tujuan, menyebarkan dakwah Islam. Idris Tawfiq mengatakan, dia bukan sarjana. Namun, ia memiliki cara menjelaskan tentang Islam dalam hal-hal yang sangat sederhana. Dia memiliki banyak pengalaman dalam berceramah dan mengenali karakter masyarakat.<br /><br />Ia juga banyak memberikan bimbingan dan pelatihan menulis serta berpidato bagi siswa maupun orang dewasa. Kesempatan ini digunakannya untuk mengajarkan pada orang lain. Termasuk, menjelaskan Islam pada dunia Barat yang banyak menganut agama non-Muslim.<br /><br />Idris juga dikenal sebagai penulis. Tulisannya tersebar di berbagai surat kabar, majalah, jurnal, dan website di Inggris Raya. Ia juga menjadi kontributor regional dan Konsultan untuk website www.islamonline.net dan ww.readingislam.com.<br /><br />Dia menulis artikel mingguan di Mesir Mail, koran tertua Mesir berbahasa Inggris, dan Sawt Al-Azhar, surat kabar Al-Azhar University. Dia adalah pengarang sejumlah buku. Antara lain, Dari surga yang penuh kenikmatan: sederhana, pengenalan Islam; Berbicara ke Pemuda Muslim; Berbicara ke Mualaf. Selain itu, ia juga menjadi juru bicara umat Islam di Barat. Ia juga banyak berceramah melalui radio dan televisi. osa/sya/berbagai sumberdr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-10140207636920265602010-05-22T05:57:00.000-07:002010-05-22T05:58:24.176-07:00KISAH MUALAF Hj Vera Pangka, Ibunya Para MuallafHj Vera Pangka, Ibunya Para Muallaf <br /><br />Monday, 24 November 2008 18:53 <br />Sejatinya, anak Hj Vera Pangka hasil pernikahannya dengan HM Syarif Tanudjaja SH, Ketua DPW Persatuan Iman tauhid Indonesia (atau Persatuan Islam Tionghoa Indonesia/PITI) DKI Jakarta, hanyalah tiga orang: Adrian Amar (31), Kelvin Ikhwan (29) dan Andrew Irfan (16). Itu pun sang sulung, Adrian Amar, tahun lalu meninggal dunia dalam usia 31 tahun karena penyakit kanker. Namun, di mata wanita kelahiran 18 Juni 1950 ini, anaknya tak terhitung jumlahnya.<br /><br />''Alhamdulillah, mereka dekat sama saya,” ujarnya. “Mereka” yang dimaksud Vera adalah para muallafah, alias para perempuan yang memutuskan masuk Islam atas kesadaran sendiri. “Saya sudah seperti orang tua mereka.”<br /><br />Menurut Vera, perjuangan anak-anaknya itu untuk masuk Islam bukanlah hal yang gampang. Umumnya, setelah bersyahadat, mereka dijauhi keluarganya, bahkan “dibuang”. “Jadilah, saya penggantinya,'' ungkap Vera kepada Republika di sela-sela pengukuhan pengurus DPW PITI DKI Jakarta di Jakarta Ahad (9/11).<br /><br />Sebagai orang tua, tentu saja, wanita yang memiliki nama asli Goey Kiok Lan ini tak sekadar menjadi pendamping rohani bagi para muallafah yang baru memasuki agama Islam. Vera juga sering menjadi tempat curhat bahkan "mak comblang" bagi putri-putrinya tersebut. "Desember 2008 mendatang, jadwal saya sudah padat untuk mendampingi mereka menikah," katanya, tersenyum.<br /><br />Perjalanan keimanan Vera tidaklah mulus. Ia bersyahadat tahun 1986. Ia enggan menceritakan detilnya, namun intinya, banyak tantangan ketika seseorang, apalagi Tionghoa, memutuskan untuk menjadi mualaf. “Saya sembunyi-sembunyi dari keluarga ketika memutuskan menjadi seorang Muslim,” kenang Vera.<br /><br />Berdasar pengalaman pribadinya itu, ia lebih gampang memahami perasaan anak-anak asuhnya. “Sangat berat ketika kita harus berhadapan dengan keluarga, berhadapan dengan lingkungan kita. Ada pertarungan batin,” ujarnya.<br /><br />Karenanya, sebagai orang yang pernah mengalami, tugasnya adalah menjadi pendamping. “ Muallaf-muallaf yang sudah lama mem-backing-i mereka yang baru. Minimal, menjadi teman curhat,” ujarnya.<br /><br />Ia sendiri banyak mendapatkan pengalaman karena mendampingi sang suami. Kalau dia perempuan, katanya, masalahnya lebih kompleks lagi, lebih berat lagi. ''Karena yang perempuan ini berat untuk berbenturan dengan keluarga, sehingga dia 'bergerilya' masuk Islamnya,” jelas perempuan yang kini aktif di Kelompok Pengajian Mustika ini.<br /><br />Salah satu nasihat yang sering diberikan pada anak-anaknya adalah: perbanyaklah berdzikir. Nasihat itu dulu sering diucapkan suaminya ketika hatinya tengah gulana memikirkan penolakan keluarganya. Meski orang tuanya tinggal di luar negeri yang berpandangan liberal, namun kabar sang anak yang membelot masuk Islam tetap saja membuat kalang kabut keluarganya.<br /><br />Ketika masuk Islam, Vera sudah punya anak. Bahkan anak sulungnya, almarhum Adrian Amar yang selalu mendorongnya untuk segera memeluk Islam. ''Mama, masuklah Islam. Nanti mama sendirian,” ia menirukan omongan almarhum anaknya.<br /><br />Sang suami memang sudah berislam. Sang anak mengikuti agama papanya. ''Terus terang, ini cita-cita anak saya, agar saya bisa aktif berjuang bersama papanya membela Islam. Kata dia suatu hari, Islam harus berjaya di Indonesia,” tambahnya.<br /><br />Yang paling shock mendengar kabar ia berpindah agama adalah sang mama. Tak puas berdialog melalui telepon, mamanya memutuskan untuk datang ke Jakarta menemuinya. "Saya deg-degan. ''Apa ini? Saya harus bagaimana ini? Saya tahu ibu saya sifatnya keras," ia kembali mengenang.<br /><br />Hari-hari menjelang kedatangan sang mama, ia lebih kencang berdzikir. Ketika akhirnya bertemu, Vera mengaku pertolongan Allah SWT datang. ''Sepanjang pertemuan saya zikir. Ibu saya lembut sekali ngomong-nya. Juga ketika saya bilang, 'Mami boleh minta apa saja sama saya. Cuma satu permintaan saya, jangan suruh saya pindah ke agama lama'.''<br /><br />Ia sangat lega hati ketika suatu hari sang mama mengomentari agama barunya. "Pilihan kamu tidak salah," ia menirukan ungkapan wanita yang melahirkannya itu.<br /><br />Ketika pertama kali dia ber-Ramadhan bersama keluarga, sang mama hadir menyaksikan. “Anak saya bilang, 'Oma sama Opa lihat kami Tarawih', lalu saya meminta maaf atas nama keluarga. Dia bilang, 'Oma maafin mama saya, ikhlaskan anak Oma masuk Islam'.''<br /><br />Lalu, inilah hal yang tak diduganya. Pertama kalinya Vera menyaksikan sang mama menangis. “Oma ikhlas mama kamu masuk Islam,” ujar wanita itu kemudian. Kini giliran Vera bersimbah air mata. dam<br /><br />Vera Panka<br />Nama Asli: Goey Kiok Lan<br />Tanggal lahir : 8 Juni 1950<br />Suami : HM Syarif Tanudjaja SH<br />Anak : Adrian Amar Tanudjaja (31) almarhum<br />Kelvin Ikhwan Tanudjaja (29)<br />Andrew Irfan Tanudjaja (16)<br />Nama Ibu : Caroline Djuanda<br />Nama Ayah : John Siemon Pangka<br /> <br />Rumah <br />Bp. HM. Syarif S. Tanudjaja<br />Jl. Tegalan III No. 15, Tegalan, Matraman (Depan Toko Buku Gramedia)<br />Jakarta Timurdr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-2368996484104174352010-05-22T05:56:00.000-07:002010-05-22T05:57:12.546-07:00KISAH MUALAF Yohanes Paulus (Bambang Sukamto)Yohanes Paulus (Bambang Sukamto) : Ibu Mengancam Bunuh Diri <br /> <br />Kisah Mualaf - Kisah Tokoh <br />Sunday, 31 August 2008 08:57 <br />NAMA saya Yohanes Paulus. Saya lahir di Yogyakarta. Tepatnya pada 26 September 1944. Saya berasal dari keluarga yang beragama Kristen Katolik. Keluarga saya sangat dikenal sebagai penganut Kristen yang taat dan fanatik. Ayah saya, Laksamana Pertama (Purn.) R.M.B. Suparto dan ibu saya, Maria Agustine Kamtinah. (Red : Dr. H. Bambang Sukamto, saat ini aktif di kegiatan sosial Harian Republika / Dompet Dhuafa Republika dan Ketua Yayasan Masjid Namira (Al Manthiq) Jl Tebet Barat Dalam V Jakarta Selatan, yang secara khusus melakukan pembinaan kepada para mualaf)<br />Latar belakang pendidikan saya adalah pendidikan yang berbasis agama Kristen Katolik, baik itu pendidikan formal maupun pendidikan di lingkungan keluarga. Sejak kecil saya sudah dididik menjadi penganut agama yang fanatik. Oleh orang tua, saya disekolahkan di sekolah Kristen. Mereka memasukkan saya ke Taman Kanak-kanak Santa Maria Yogya. Kemudian dilanjutkan pada Sekolah Dasar Kanisius Yogya. Lalu dimasukkan ke sekolah menengah pertama hingga menengah atas di sekolah Kanisius Jakarta.<br /><br />Untuk lebih memantapkan agama dalam diri saya, pada umur 12 tahun saya dipermandikan atau dibaptis. Oleh gereja, saya diberi nama Yohanes. Pada umur 17 tahun, saya pun mendapat nama tambahan lagi yakni Paulus. Nama itu d iberikan setelah saya mengikuti upacara sakramen penguatan yang dilakukan oleh pihak gereja. Jadi, sekarang nama Kristen saya adalah Yohanes Paulus. Nama ini menggantikan nama pemberian orang tua saya, yaitu Bambang Sukamto.<br /><br />Anti Islam<br /><br />Karena latar belakang pendidikan dan pergaulan selalu dalam lingkaran agama Kristen Katolik, maka sejak kecil saya selalu diberi pandangan bahwa agama Islam itu agama yang sesat. Orang-orang Islam itu adalah domba-domba yang perlu diselamatkan. Setiap kali mendengar suara mereka mengaji, selalu saya anggap mereka sedang memanggil setan.<br /><br />Begitu pun setiap saya melihat mereka shalat, saya beranggapan mereka sedang menyembah iblis. Perasaan anti Islam terasa begitu kuatdalam diri saya, sehingga saya berniat untuk menyerang teman-teman yang beragama Islam. Kepada mereka, saya selalu mempromosikan bahwa agama sayalah yang paling benar.<br /><br />Setelah lulus sekolah lanjutan atas, saya melanjutkan studi ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Di lingkungan kampus ini saya kembali bergabung dalam kelompok aktivis gereja. Dalam kelompok ini saya juga bergabung dalam sebuah kelompok yang sangat militan. Dalam kelompok militan ini saya berjuang sebagai prajurit Perang Salib yang bertujuan menghadapi syiar agama Islam di Indonesia.<br /><br />Setelah bergabung dalam kelompok ini, saya semakin yakin bahwa umat Islam yang mayoritas ini merupakan domba-domba yang harus diselamatkan. Saya akan menyelamatkan dan mengajak mereka untuk ikut dalam ajaran Yesus Kristus, khususnya masuk dalam agama Kristen Katolik.<br /><br />Dalam studi kedokteran ini, saya juga bergabung dalam sebuah kelompok studi. Kelompok ini beranggotakan empat orang mahasiswa. Tiga orang teman saya beragama Islam, sedangkan yang Kristen cuma saya. Kami selalu belajar bersama di rumah saya. Bila tiba waktu shalat, mereka pamit sebentar untuk shalat berjamaah. Usai shalat, mereka saya ajak untuk berdiskusi mengenai masalah agama.<br /><br />Dalam diskusi itu, saya mulai menyerang mereka. Saya selalu mendiskreditkan agama mereka. Misalnya, mengapa shalat itu harus menghadap kiblat dan harus berbahasa Arab dalam membacanya. Saya katakan pada mereka, kalau begitu Tuhan kalian tidak sempurna, karena hanya ada di Arab. <br /><br />Setelah itu, saya membandingkan dengan Tuhan agama saya yang ada di mana-mana. Mendapat serangan itu, teman-teman saya tenang saja. Mereka menjawab bahwa di mana pun berada, orang Islam dapat shalat berjamaah dan selalu sama bahasanya dalam beribadah. Ini menunjukkan bahwa agama Islam itu agama yang benar dan universal (untuk semua manusia). Mereka malah balik bertanya, mengapa orang Kristen itu kalau bangun gereja tidak satu arah? Malah terkesan berantakan ke segala arah? Itu, kata mereka, menunjukkan bahwa Tuhan saya akan bingung ke mana harus berpaling.<br /><br />Mereka juga mengatakan, bahasa agama saya itu tidak sama, bergantung wilayah. Jadi, kesimpulannya, mereka mengatakan bahwa agama saya itu hanya agama lokal. Saya kaget dan tersentak mendengar jawaban itu. Ternyata mereka pandai-pandai, tidak seperti dugaan saya selama ini.<br /><br />Masuk Islam<br /><br />Saat duduk di tingkat IV FKUI, saya menjalin hubungan dengan gadis muslimah. Gadis itu ingin serius kalau saya sudah beragama Islam. Tawaran ini tidak saya penuhi, karena sikap anti-Islam saya kala itu sangat kuat. Akhirnya kami putus. Sikap keras gadis ini membuat saya penasaran. Mengapa gadis itu tidak goyah keyakinannya? Rasa penasaran ini mendorong saya untuk banyak membaca dan mempelajari Islam.<br /><br />Saya coba melahap buku-buku Islam, seperti Akidah dan Tauhid Islam, Api Islam, Soal Jawab tentang Islam, dan Islam Jalan Lurus. Untuk hal yang tidak jelas, saya sering bertanya kepada teman teman. Saya juga sering menghadiri kuliah dan diskusi agama Islam.<br /><br />Dari sinilah, tanpa saya sadari, muncul ketertarikan terhadap Islam. Saya begitu kagum dan hormat kepada pribadi Nabi Muhammad saw yang telah membawa dan memperjuangkan agama agung dan mulia ini. Dari sini pula, saya dapat memperoleh jawaban dari berbagai persoalan yang selama ini menjadi ganjalan dalam agama saya. Saya mulai percaya, Islam adalah agama yang rasional, mengajarkan disiplin, bersifat sosial, dan menjunjung tinggi kesusilaan.<br /><br />Pengalaman seperti ini membuat keimanan saya goyah. Saya sering lupa pergi ke gereja. Saya sering terbangun jika mendengar azan subuh. Saya sering mendengar suara yang memanggil untuk beriman secara benar. Dalam hati, saya ingin meniatkan untuk masuk agama Islam. Tapi, saya belum beraru mengutarakannya kepada keluarga dan teman-teman seagama.<br /><br />Tahun 1971, keinginan untuk masuk Islam semakin kuat. Teman-teman kuliah dulu mendukung keinginan itu. Akhirnya pada bulan Ramadhan tahun itu juga, saya berikrar menjadi seorang muslim. Di bawah bimbingan cendekiawan muslim Doktor Nurcholish Madjid, saya mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat di rumah Bapak Syaaf di Kramat Kwitang.<br /><br />Rasa haru dan gembira pada saat itu tidak terlupakan. Teman-teman menyambut baik keislaman saya itu. Saya merasakan betapa sejuk dan nikmatnya persaudaraan Islam ini. Nama baptis dan sakremen, Yohanes Paulus, segera saya ganti dengan nama pemberian orang tua saya semula, yakni Bambang Sukamto.<br /><br />Keislaman saya ini mendapat tantangan dari keluarga dan teman-teman gereja. Mereka menyindir, mencela, dan bahkan menuduh saya sesat. Mereka juga berusaha untuk menarik saya kembali ke agama lama. Yang paling berat adalah tantangan dari ibu kandung saya. Saya dimarahi dan dicaci maki habis-habisan, karena dianggap telah berkhianat. Ibu juga mengancam akan bunuh diri jika saya tidak kembali ke agama Kristen. Tantangan ini saya hadapi dengan sabar dan tabah.<br /><br />Lama-kelamaan tantangan ibu saya itu reda juga. Akhirnya, saya dapat menjalankan ibadah ini dengan baik dan tenang. Saya banyak belajar tentang Islam. Alhamdulillah, pada tahun 1991, saya bersama istri dapat menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Dan untuk membantu para mualaf dalam mempelajari Islam, saya bersama teman-teman mendirikan sebuah pengajian/majelis taklim Al-Mantiq. (Maulana/Albaz) (dari Buku "Saya memilih Islam" Penyusun Abdul Baqir Zein, Penerbit Gema Insani Press website : http://www.gemainsani.co.id/ ).dr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-29836235417457291312010-05-22T05:55:00.000-07:002010-05-22T05:56:17.347-07:00KISAH MUALAF Abraham David Mandey :MANTAN PendetaAbraham David Mandey : Pendeta yang mendapat Hidayah Allah<br />Friday, 24 June 2005 17:00 <br />Barangkali tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa perjalanan hidupnya merupakan suatu kasus yang langka dan unik. Betapa tidak, Abraham David Mandey yang selama 12 tahun mengabdi di gereja sebagai "Pelayan Firman Tuhan ", istilah lain untuk sebutan pendeta, telah memilih Islam sebagai "jalan hidup" akhir dengan segala risiko dan konsekuensinya. Di samping itu, ia yang juga pernah menjadi perwira TNI-AD dengan pangkat mayor, harus mengikhlaskan diri melepas jabatan, dan memulai karir dari bawah lagi sebagai kepala keamanan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. <br />Cerita Beliau ini, - mohon maaf - tidak bermaksud untuk menjelek-jelekan Institusi tertentu karena apa yang telah terjadi Beliau terima dengan ikhlas dan tawakal, Beliau hanya ingin menceritakan proses bagaimana Beliau mendapat hidayah dan tantangannya sebagai mualaf - red.<br />Saya terlahir dengan nama Abraham David di Manado, 12 Februari 1942. Sedangkan, Mandey adalah nama fam (keluarga) kami sebagai orang Minahasa, Sulawesi Utara. Saya anak bungsu dan tiga bersaudara yang seluruhnya laki-laki. Keluarga kami termasuk keluarga terpandang, baik di lingkungan masyarakat maupun gereja. Maklum, ayah saya yang biasa kami panggil papi, adalah seorang pejabat Direktorat Agraria yang merangkap sebagai Bupati Sulawesi pada awal revolusi kemerdekaan Republik Indonesia yang berkedudukan di Makasar. Sedangkan, ibu yang biasa kami panggil mami, adalah seorang guru SMA di lingkungan sekolah milik gereja Minahasa.<br /><br />Sejak kecil saya kagum dengan pahlawan-pahlawan Perang Salib seperti Richard Lion Heart yang legendaris. Saya juga kagum kepada Jenderal Napoleon Bonaparte yang gagah perwira. Semua cerita tentang kepahlawanan, begitu membekas dalam batin saya sehingga saya sering berkhayal menjadi seorang tentara yang bertempur dengan gagah berani di medan laga.<br /><br />Singkatnya, saya berangkat ke Jakarta dan mendaftar ke Mabes ABRI. Tanpa menemui banyak kesulitan, saya dinyatakan lulus tes. Setelah itu, saya resmi mengikuti pendidikan dan tinggal di asrama. Tidak banyak yang dapat saya ceritakan dari pendidikan militer yang saya ikuti selama 2 tahun itu, kecuali bahwa disiplin ABRI dengan doktrin "Sapta Marga"-nya telah menempa jiwa saya sebagai perwira remaja yang tangguh, berdisiplin, dan siap melaksanakan tugas negara yang dibebankan kepada saya.<br /><br />Meskipun dipersiapkan sebagai perwira pada bagian pembinaan mental, tetapi dalam beberapa operasi tempur saya selalu dilibatkan. Pada saat-saat operasi pembersihan G-30S/PKI di Jakarta, saya ikut bergabung dalam komando yang dipimpin Kol. Sarwo Edhie Wibowo (almarhum).<br /><br />Setelah situasinegara pulih yang ditandai dengan lahirnya Orde Baru tahun 1966, oleh kesatuan saya ditugaskan belajar ke STT (Sekolah Tinggi Teologi) milik gereja Katolik yang terletak di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat. Di STI ini, selama 5 tahun (1966-1972) saya belajar, mendalami, mengkaji, dan diskusi tentang berbagai hal yang diperlukan sebagai seorang pendeta. Di samping belajar sejarah dan filsafat agama Kristen. STT juga memberikan kajian tentang sejarah dan filsafat agama-agama di dumia, termasuk studi tentang Islam.<br /><br /><br />Menjadi Pendeta.<br /><br />Sambil tetap aktif d TNI-AD, oleh Gereja Protestan Indonesia saya ditugaskan menjadi Pendeta II di Gereja P***** (edited) di Jakarta Pusat, bertetangga dengan Masjid Sunda Kelapa. Di gereja inilah, selama kurang lebih 12 tahun (1972-1984) saya memimpin sekitar 8000 jemaat yang hampir 80 persen adalah kaum intelektual atau masyarakat elit.<br /><br />Di Gereja P***** (edited) ini, saya tumpahkan seluruh pengabdian untuk pelayanan firman Tuhan. Tugas saya sebagai Pendeta II, selama memberikan khutbah, menyantuni jemaat yang perlu bantuan atau mendapat musibah, juga menikahkan pasangan muda-mudi yang akan berumah tangga.<br /><br />Kendati sebagai pendeta, saya juga anggota ABRI yang harus selalu siap ditugaskan di mana saja di wilayah Nusantara. Sebagai perwira ABRI saya sering bertugas ke seluruh pelosok tanah air Bahkan, ke luar negeri dalam rangka tugas belajar dari markas, seperti mengikuti kursus staf Royal Netherland Armed Forces di Negeri Belanda. Kemudian, pada tahun 1969 saya ditugaskan untuk mengikuti Orientasi Pendidikan Negara-negara Berkembang yang disponsoni oleh UNESCO di Paris, Prancis.<br /><br /><br />Dilema Rumah Tangga<br /><br />Kesibukkan saya sebagai anggota ABRI ditambah tugas tugas gereja, membuat saya sibuk luar biasa. Sebagaipendeta, saya lebih banyak memberikan perhatian kepada jemaat. Sementara,kepentingan pribadi dan keluarga nyaris tergeser. Istri saya, yang putri mantan Duta Besar RI di salah satu negara Eropa, sering mengeluh dan menuntut agar saya memberikan perhatian yang lebih banyak buat rumah tangga.<br /><br />Tetapi yang namanya wanita, umumnya lebih banyak berbicara atas dasar perasaan. Karena melihat kesibukan saya yang tidak juga berkurang, ia bahkan meminta agar saya mengundurkan diri dan tugas-tugas gereja, dengan alasan supaya lebih banyak waktu untuk keluarga. Tenth saja saya tidak dapat menerima usulannya itu. Sebagai seorang "Pelayan Firman Tuhan" saya telah bersumpah bahwa kepentingan umat di atas segalanya.<br /><br />Problem keluarga yang terjadi sekitar tahun 1980 ini kian memanas, sehingga bak api dalam sekam. Kehidupan rumah tangga saya, tidak lagi harmonis. Masalah-masalah yang kecil dan sepele dapat memicu pertengkaran. Tidak ada lagi kedamaian di rumah. Saya sangat mengkhawatirkan Angelique, putri saya satu-satunya. Saya khawatir perkembangan jiwanya akan terganggu dengan masalah yang ditimbulkan kedua orang tuanya. Oleh karenanya, saya bertekad harus merangkul anak saya itu agar ia mau mengerti dengan posisi ayahnya sebagai pendeta yang bertugas melayani umat. Syukur, ia mau mengerti. Hanya Angeliquelah satu-satunya orang di rumah yang menyambut hangat setiap kepulangan saya.<br /><br />Dalam kesunyian malam saat bebas dan tugas-tugas gereja, saya sering merenungkan kehidupan ramah tangga saya sendiri. Saya sering berpikir, buat apa saya menjadi pendeta kalau tidak mampu memberikan kedamaian dan kebahagiaan buat rumah tangganya sendiri. Saya sering memberikan khutbah pada setiap kebaktian dan menekankan hendaknya setiap umat Kristen mampu memberikan kasih kepada sesama umat manusia. Lalu, bagaimana dengan saya?<br /><br />Pertanyaan-pertanyaan seperti itu semakin membuat batin saya resah. Saya mencoba untuk memperbaiki keadaan. Tetapi, semuanya sudah terlambat. Istri saya bahkan terang terangan tidak mendukung tugas-tugas saya sebagai pendeta. Saya benar-benar dilecehkan. Saya sudah sampal pada kesimpulan bahwa antara kami berdua sudah tidak sejalan lagi.<br /><br />Lalu, untuk apa mempertahankan rumah tangga yang sudah tidak saling sejalan? Ketika niat saya untuk "melepas" istri, saya sampaikan kepada sahabat-sahabat dekat saya sesama pendeta, mereka umumnya menyarankan agar saya bertindak lebih bijak. Mereka mengingatkan saya, bagaimana mungkin seorang pendeta yang sering menikahkan seseorang, tetapi ia sendiri justru menceraikan istrinya? Bagaimana dengan citra pendeta di mata umat? Begitu mereka mengingatkan.<br /><br />Apa yang mereka katakan semuanya benar. Tetapi, saya sudah tidak mampu lagi mempertahankan bahtera rumah tangga. Bagi saya yang terpenting saat itu bukan lagi persoalan menjaga citra pendeta. Tetapi, bagaimana agar batin saya dapat damai. Singkatnya, dengan berat hati saya terpaksa menceraikan istri saya. Dan, Angelique, putri saya satu-satunya memilih ikut bersama saya.<br /><br /><br />Mencari Kedamaian<br /><br />Setelah kejadian itu, saya menjadi lebih banyak melakukan introspeksi. Saya menjadi lebih banyak membaca literatur tentang filsafat dan agama. Termasuk kajian tentang filsafat Islam, menjadi bahan yang paling saya sukai. Juga mengkaji pemikiran beberapa tokoh Islam yang banyak dilansir media massa. <br /><br />Salah satunya tentang komentar K.H. E.Z. Muttaqin (almarhum) terhadap krisis perang saudara di Timur Tengah, seperti diYerusalem dan Libanon. Waktu itu (tahun 1983), K.H.E.Z. Muttaqin mempertanyakan dalam khutbah Idul Fitrinya, mengapa Timur Tengah selalu menjadi ajang mesiu dan amarah, padahal di tempat itu diturunkan para nabi yang membawa agama wahyu dengan pesan kedamaian?<br /><br />Saya begitu tersentuh dengan ungkapan puitis kiai dan Jawa Barat itu. Sehingga, dalam salah satu khutbah saya di gereja, khutbah Idul Fitni K.H. E.Z. Muttaqin itu saya sampaikan kepada para jemaat kebaktian. Saya merasakan ada kekagetan di mata para jemaat. Saya maklum mereka terkejut karena baru pertama kali mereka mendengar khutbah dari seorang pendeta dengan menggunakan referensi seorang kiai Tetapi, bagi saya itu penting, karena pesan perdamaian yang disampaikan beliau amat manusiawi dan universal.<br /><br />Sejak khutbah yang kontroversial itu, saya banyak mendapat sorotan. Secara selentingan saya pemah mendengar "Pendeta Mandey telah miring." Maksudnya, saya dinilai telah memihak kepada salah satu pihak. Tetapi, saya tidak peduli karena yang saya sampaikan adalah nilai-nilai kebenaran.<br /><br />Kekaguman saya pada konsep perdamaian Islam yank diangkat oleh KH. E.Z. Muttaqin, semakin menarik saya lebih kuat untuk mendalami konsepsi-konsepsi Islam lainnya. Saya ibarat membuka pintu, lalu masuk ke dalamnya, dan setelah masuk, saya ingin masuk lagi ke pintu yang lebih dalam. Begitulah perumpamaannya. Saya semakin "terseret" untuk mendalami, konsepsi Islam tentang ketuhanan dan peribadahan<br /><br />Saya begitu tertarik dengan konsepsi ketuhanan Islam yang disebut "tauhid". Konsep itu begitu sederhana, lugas, dan tuntas dalam menjelaskan eksistensi Tuhan yang oleh orang Islam disebut Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sehingga, orang yang paling awam sekalipun akan mampu mencemanya. Berbeda dengan konsepsi ketuhanan Kristen yang disebut Trinitas. Konsepsi ini begitu rumit, sehingga diperlukan argumentasi ilmiah untuk memahaminya.<br /><br />Akan halnya konsepsi peribadatan Islam yang disebut syariat, saya melihatnya begitu teratur dan sistematis. Saya berpikir seandainya sistemper ibadatan yang seperti ini benar benar diterapkan, maka dunia yang sedang kacau ini akan mampu di selamatkan.<br /><br />Pada tahun 1982 itulah saya benar-benar mencoba mendekati Islam. Selama satu setengah tahun saya melakukar konsultasi dengan K.H. Kosim Nurzeha yang juga aktif di Bintal (Pembinaan Mental) TNI-AD. Saya memang tidak ingin gegabah dan tergesa-gesa, karena di samping saya seorang pendeta, saya juga seorang perwira Bintal Kristen dilingkungan TNI-AD. Saya sudah dapat menduga apa yang akan terjadi seandainya saya masuk Islam.<br /><br />Tetapi, suara batin saya yang sedang mencari kebenaran dan kedamaian tidak dapat diajak berlama-lama dalam kebimbangan. Batin saya mendesak kuat agar saya segera meraih kebenaran yang sudah saya temukan itu.<br /><br />Oh, ya, di samping Pak Kosim Nurzeha, saya juga sering berkonsultasi dengan kolega saya di TNI-AD. Yaitu, Dra. Nasikhah M., seorang perwira Kowad (Korps.Wanita Angkatan Darat) yang bertugas pada BAIS (Badan Intelijen dan Strategi) ABRI.<br /><br />Ia seorang muslimah lulusan UGM (Universilas Gajah Mada) Yogyakarta, jurusan filsafat. Kepadanya saya sering berkonsultasi tentang masalah-masalah pribadi dan keluarga. Ia sering memberi saya buku-buku bacaan tentang pembinaan pribadi dan keluarga dalam Islam. Saya seperti menemukan pegangan dalam kegundahan sebagai duda yang gagal dalam membina rumah tangganya.<br /><br />Akhirnya, saya semakin yakin akan hikmah dibalik drama rumah tangga saya. Saya yakin bahwa dengari jalan itu, Tuhan ingin membimbing saya ke jalan yang lurus dan benar. Saya bertekad, apa pun yang terjadi saya tidak akan melepas kebenaran yang telah saya raih ini.<br /><br />Akhimya, dengan kepasrahan yang total kepada Tuhan, pada tanggal 4 Mei 1984 saya mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat dengan bimbingan Bapak K.H. Kosim Nurzeha dan saksi Drs. Farouq Nasution di Masjid Istiqial. Allahu Akbar. Hari itu adalah hari yang amat bersejarah dalam hidup saya. Han saat saya menemukan diri saya yang sejati.<br /><br /><br />Menghadapi Teror<br /><br />Berita tentang keislaman saya ternyata amat mengejutkan kalangan gereja, termasuk di tempat kerja saya di TNI-AD. Wajar, karena saya adalah Kepala Bintal (Pembinaan Mental)Kristen TNI-AD dan di gereja, saya adalah pentolan.<br /><br />Sejak itu saya mulai memasuki pengalaman baru, yaitu menghadapi tenor dan berbagai pihak. Telepon yang bernada ancaman terus berdening. Bahkan, ada sekelompok pemuda gereja di Tanjung Priok yang bertekad menghabisi nyawa saya, karena dianggapnya telah murtad dan mempermalukan gereja.<br /><br />Akan halnya saya, di samping menghadapi teror, juga menghadapi persoalan yang menyangkut tugas saya di TNI AD. DGI (Dewan Gereja Indonesia), bahkan menginim surat ke Bintal TNT-AD, meminta agar saya dipecat dan kedinasan dijajaran ABRl dan agar saya mempertanggungjawabkan perbuatan saya itu di hadapan majelis gereja.<br /><br />Saya tidak penlu menjelaskan secara detail bagaimana proses selanjutnya, karena itu menyangkut rahasia Mabes ABRI. Yang jelas setelah itu, saya menerima surat ucapan tenima kasih atas tugas-tugas saya kepada negara, sekaligus pembebastugasan dan jabatan saya di jajaran TNT-AD dengan pangkat akhir Mayor. <br /><br />Tidak ada yang dapat saya ucapkan, kecuali tawakal dan ménerima dengan ikhlas semua yang tenjadi pada diri saya. Saya yakin ini ujian iman.<br /><br />Saya yang terlahir dengan nama Abraham David Mandey, setelah muslim menjadi Ahmad Dzulkiffi Mandey, mengalami ujian hidup yang cukup berat. Alhamdulillah, berkat kegigihan saya, akhirnya saya diterima bekerja di sebuab perusahaan swasta. Sedikit demi sedikit kanin saya terus menanjak. Setelah itu, beberapa kali saya pindah kerja dan menempati posisi yang cukup penting. Saya pennah menjadi Manajer Divisi Utama FT Putera Dharma. Pernah menjadi Personel/General Affairs Manager Hotel Horison, tahun 1986-1989, Dan, sejak tahun 1990 sampai sekarang saya bekerja di sebuah bank terama di Jakarta sebagai Safety & Security Coordinator.<br /><br />Kini, keadaan saya sudah relatif baik, dan saya sudah meraih semua kebahagiaan yang selama sekian tahun saya rindukan. Saya sudah tidak lagi sendiri, sebab Dra. Nasikhah M, perwira Kowad itu, kini menjadi pendamping saya yang setia, insya Allah selama hayat masih di kandung badan. Saya menikahinya tahun 1986. Dan, dan perikahan itu telah lahir seorarig gadis kedil yang manis dan lucu, namariya Achnasya. Sementara, Angelique, putri saya dari istri pertama, sampai hari ini tetap ikut bersama saya, meskipun ia masih tetap sebagai penganut Protestan yang taat.<br /><br />Kebahagiaan saya semakin bertambah lengkap, tatkala saya mendapat kesempatan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci bersama istri tercinta pada tahun 1989.dr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-73932086145751145232010-05-22T05:51:00.000-07:002010-05-22T05:54:55.671-07:00KISAH MUALAF Muhammad Syafii Antonio, MSc.Ekonom Islam : Muhammad Syafii Antonio, MSc.<br />Saturday, 04 June 2005 14:45 <br />Saya lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 12 mei 1965. Nama asli saya Nio Cwan Chung (sekarang M. Syafii Antonio) . Saya adalah WNI keturunan Tionghoa. Sejak kecil saya mengenal dan menganut ajaran Konghucu, karena ayah saya seorang pendeta Konghucu. <br />Selain mengenal ajaran Konghucu, saya juga mengenal ajaran Islam melalui pergaulan di lingkungan rumah dan sekolah. Saya sering memperhatikan cara-cara ibadah orang-orang muslim. Kerena terlalu sering memperhatikan tanpa sadar saya diam-diam suka melakukan shalat. Kegiatan ibadah orang lain ini saya lakukan walaupun saya belum mengikrarkan diri menjadi seorang muslim.<br />Kehidupan keluarga saya sangat memberikan kebebasan dalam memilih agama. Sehingga saya memilih agama Kristen Protestan menjadi agama saya. Setelah itu saya berganti nama menjadi Pilot Sagaran Antonio. Kepindahan saya ke agama Kristen Protestan tidak membuat ayah saya marah. Ayah akan sangat kecewa jika saya sekeluarga memilih Islam sebagai agama.<br />Sikap ayah saya ini berangkat dari image gambaran buruk terhadap pemeluk Islam. Ayah saya sebenarnya melihat ajaran Islam itu bagus. Apalagi dilihat dari sisi Al Qur'an dan hadits. Tapi, ayah saya sangat heran pada pemeluknya yang tidak mencerminkan kesempurnaan ajaran agamanya.<br />Gambaran buruk tentang kaum muslimin itu menurut ayah saya terlihat dari banyaknya umat Islam yang berada dalam kemiskinan,keterbelakangan,dan kebodohan. Bahkan, sampai mencuri sandal di mushola pun dilakukan oleh umat Islam sendiri. Jadi keindahan dan kebagusan ajaran Islam dinodai oleh prilaku umatnya yang kurang baik.<br />Kendati demikian buruknya citra kaum muslimin di mata ayah, tak membuat saya kendur untuk mengetahui lebih jauh tentang agama islam. Untuk mengetahui agama Islam, saya mencoba mengkaji Islam secara komparatif (perbandingan) dengan agama-agama lain. Dalam melakukan studi perbandingan ini saya menggunakan tiga pendekatan, yakni pendekatan sejarah, pendekatan alamiah, dan pendekatan nalar rasio biasa. Sengaja saya tidak menggunakan pendekatan kitab-kitab suci agar dapat secara obyektif mengetahui hasilnya.<br />Berdasarkan tiga pendekatan itu, saya melihat Islam benar-benar agama yang mudah dipahami ketimbang agama-agama lain. Dalam Islam saya temukan bahwa semua rasul yang diutus Tuhan ke muka bumi mengajarkan risalah yang satu, yaitu Tauhid. Selain itu, saya sangat tertarik pada kitab suci umat Islam, yaitu Al-Qur'an. Kitab suci ini penuh dengan kemukjizatan, baik ditinjau dari sisi bahasa, tatanan kata, isi, berita, keteraturan sastra, data-data ilmiah, dan berbagai aspek lainnya.<br />Ajaran Islam juga memiliki system nilai yang sangat lengkap dan komprehensif, meliputi system tatanan akidah, kepercayaan, dan tidak perlu perantara dalam beribadah. Dibanding agama lain, ibadah dalam islam diartikan secara universal. Artinya, semua yang dilakukan baik ritual, rumah tangga, ekonomi, sosial, maupun budaya, selama tidak menyimpang dan untuk meninggikan siar Allah, nilainya adalah ibadah. Selain itu,disbanding agama lain, terbukti tidak ada agama yang memiliki system selengkap agama Islam.Hasil dari studi banding inilah yang memantapkan hati saya untuk segera memutuskan bahwa Islam adalah agama yang dapat menjawab persoalan hidup.<br />Masuk Islam<br />Setelah melakukan perenungan untuk memantapkan hati, maka di saat saya berusia 17 tahun dan masih duduk di bangku SMA, saya putuskan untuk memeluk agama Islam. Oleh K.H.Abdullah bin Nuh al-Ghazali saya dibimbing untuk mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat pada tahun 1984. Nama saya kemudian diganti menjadi Syafii Antonio.<br />Keputusan yang saya ambil untuk menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. Ternyata mendapat tantangan dari pihak keluarga. Saya dikucilkan dan diusir dari rumah. Jika saya pulang, pintu selalu tertutup dan terkunci. Bahkan pada waktu shalat, kain sarung saya sering diludahi. Perlakuan keluarga terhadap diri saya tak saya hadapi dengan wajah marah, tapi dengan kesabaran dan perilaku yang santun. Ini sudah konsekuensi dari keputusan yang saya ambil.<br />Alhamdulillah,perlakuan dan sikap saya terhadap mereka membuahkan hasil. Tak lama kemudian mama menyusul jejak saya menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. Setelah mengikrarkan diri, saya terus mempelajari Islam, mulai dari membaca buku, diskusi, dan sebagainya. Kemudian saya mempelajari bahasa Arab di Pesantren an-Nidzom, Sukabumi, dibawah pimpinan K.H.Abdullah Muchtar.<br />Lulus SMA saya melanjutkan ke ITB dan IKIP, tapi kemudian pindah ke IAIN Syarif Hidayatullah. Itupun tidak lama, kemudian saya melanjutkan sekolah ke University of yourdan (Yordania). Selesai studi S1 saya melanjutkan program S2 di international Islamic University (IIU) di Malaysia, khusus mempelajari ekonomi Islam.<br />Selesai studi, saya bekerja dan mengajar pada beberapa universitas. Segala aktivitas saya sengaja saya arahkan pada bidang agama. Untuk membantu saudara-saudara muslim Tionghoa, Saya aktif pada Yayasan Haji Karim Oei. Di yayasan inilah para mualaf mendapat informasi dan pembinaan. Mulai dari bimbingan shalat, membaca Al-Qur'an, diskusi, ceramah, dan kajian Islam, hingga informasi mengenai agama Islam. (Hamzah, mualaf.com)<br /><br />Redaksi : Saat ini M Syafii Antonio aktif diberbagai Lembaga Keuangan Islam/Syariah baik Bank maupun Non Bank, dan membina berbagai pendidikan syariah <br /> <br />Dr. Muhammad Syafii Antonio, MSc<br />- Doktor Banking & Micro Finance, University of Melbourne, 2004<br />- Master of Economic, International Islamic University, Malayasia, 1992<br />- Sarjana Syariah, University of Jordan, 1990<br />- Komite Ahli Pengembangan Perbankan Syariah pada Bank Indonesia<br />- Dewan Komisaris Bank Syariah Mega Indonesia<br />- Dewan Syariah BSM<br />- Dewan Syariah Takaful<br />- Dewan Syariah PNM<br />- Dewan Syariah Nasional, MUI<br /> <br />Perbankan dan Syariah serta Pesantren.<br />Muhammad Syafii Antonio adalah seorang alumni pesantren yang tercebur ke dunia perbankan. Masuk pesantren dengan alasan ingin mendalami Islam sebagai agama yang baru dianutnya, Syafii menapak sukses hingga menjadi pakar ekonomi syariah nasional saat ini. <br /><br />Ia memulai pendidikan pesantrennya pada 1985, ketika lulus dari SMU. Ia masuk pesantren tradisional An-Nizham, Sukabumi. Alasannya ketika itu ingin mendalami ilmu keislaman secara utuh. "Jika ingin menjadi muslim yang komprehensif, pesantren adalah tempat yang ideal."<br /><br />Tiga tahun di pesantren, ia melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ia mendaftar ke ITB, IKIP, dan IAIN. Meski diterima, karena ia ingin lebih besar untuk mempelajari Islam, Syafii memilih belajar ke luar negeri. Lewat Muhammadiyah, ia mendapat kesempatan belajar di Yordania untuk studi Islam bidang syariah. <br /><br />Di saat yang sama ia juga mengambil kuliah ekonomi. Lalu ia melanjutkan ke Al-Azhar untuk memperdalam studi Islam. Perjalanan hidupnya berbelok ketika ia batal melanjutkan ke Manchester University karena Perang Teluk. Akhirnya, ia mendaftar ke International Islamic University Malaysia. Ia mengambil studi Banking and Finance dan selesai pada 1992.<br /><br />Syafii berkecimpung di perbankan syariah mulai tahun itu juga saat ia bertemu delegasi Indonesia yang akan mendirikan bank syariah setelah melihat contoh bank syariah di Malaysia. <br /><br />Kembali ke Indonesia, ia bergabung dengan Bank Muamalat, bank dengan sistem syariah pertama di Indonesia. Dua tahun setelah itu, ia mendirikan Asuransi Takaful, lalu berturut-turut reksa dana syariah. Empat tahun membesarkan Bank Muamalat, ia mundur dan mendirikan Tazkia Group yang memiliki beberapa unit usaha dengan mengembangkan bisnis dan ekonomi syariah. <br /><br />Sebagai alumni pesantren, Syafii mengungkapkan ketidakyakinannya bahwa kurikulum pesantren bisa menghasilkan seseorang dengan mental teroris. "Apalagi pesantren tradisional atau salafi," katanya. Pada pesantren ini, tuntutan untuk tasawufnya cukup tinggi sehingga mereka menekankan pada akhlak dan etika. "Bahkan saya melihat beberapa pesantren bisa terjerumus pada zuhud yang negatif dan sangat berseberangan dengan apa yang saya dorong sekarang," katanya.<br /><br />Begitu pula di beberapa pesantren modern dan progresif seperti Gontor, Darunnajah, dan lain-lain, pendekatan metode belajarnya sudah diperbarui. "Santrinya sudah menggunakan dua bahasa asing dan tidak terlalu terikat pada mazhab tertentu dari sisi fiqih dan akidah."<br /><br />Kemudian ada jenis pesantren lainnya, yaitu yang mencoba tidak hanya berkutat pada aspek teologi dan teori, tapi mungkin mereka mencoba untuk merespons tantangan modernisasi dan westernisasi sebagai realisasi amar ma'ruf nahi munkar. "Kalau yang terakhir ini yang dikembangkan beberapa pesantren di Indonesia, tanpa saya berhak menyebut nama, mungkin itu bisa jadi yang paling dekat pada pergerakan-pergerakan yang lebih progresif," katanya. Toh, kalau pun ada tersangka teroris, itu tak bisa disebut mewakili pesantren dan ajaran Islam. <br /><br />Sebagai alumni pesantren, Syafii juga memiliki kritik terhadap pendidikan pesantren saat ini. "Saya lihat kurikulumnya harus ditinjau ulang," katanya. Ia mencontohkan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren. "Konteks dan contohnya sudah sangat klasik dan belum tentu selesai dipelajari dalam dua-tiga tahun," katanya. Ia mengimbau agar kurikulum pesantren memadatkan apa saja yang harus dipelajari santri. "Ada target yang harus dirancang untuk santri," katanya.<br /><br />Selain itu, gaya belajar pesantren juga masih terpusat pada satu-dua kiai. "Tak ada regenerasi dan tentu sangat berat bagi para kiai itu untuk mengajar sekian banyak santri," katanya. Karenanya, tak heran jika terdapat jarak yang jauh dalam penguasaan ilmu antara kiai dan asistennya. <br /><br />Syafii melihat para kiai ilmunya sangat banyak dan ikhlas, tapi kurang responsnya terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi, dan kemasyarakatan. Dalam media apa pun, tulisan kiai sangat jarang sekali. Ketika muncul pemikiran frontal, mereka cenderung reaktif, bukan proaktif. "Seharusnya jika ada ide-ide jernih langsung dituliskan dan disampaikan ke masyarakat," katanya.dr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-70659385882920572712010-05-22T05:49:00.000-07:002010-05-22T05:50:39.400-07:00KISAH MUALAF YAHYA YOPIE MANTAN PENDETAYahya Yopie dan Keluarganya, Mantan Pendeta Yang Memeluk Islam <br /><br /><br />Warga di kota Tolitoli di penghujung bulan Ramadan 1427 Hijriah belum lama ini, dihebohkan dengan salah seorang pendeta bersama seluruh keluarganya memeluk Islam. Di mana-mana santer dibicarakan soal Pendeta Yahya Yopie Waloni dan keluarganya masuk Islam. Bahkan media internet pun sudah mengakses kabar ini. Bagaimana aktivitas eks pendeta itu setelah memeluk Islam. Berikut kisahnya: <br />PAGI menjelang siang hari itu, nuansa Idul Fitri 1427 Hijriah masih terasa di Tolitoli. Hari itu baru memasuki hari ke-9 lebaran. Kendati terik panas matahari masih mengitari Tolitoli dan sekitarnya, tetapi denyut aktivitas warga tetap seperti biasa. <br /><br />Begitupun di sekitar Jalan Bangau, Kelurahan Tuweley, Kelurahan Baru, Kabupaten Tolitoli. Aktivitas sehari-hari warga berjalan seperti biasa. Kecuali di salah satu rumah kost di jalan itu, pintunya tampak masih tertutup rapat. Di rumah kost inilah, Yahya Yopie Waloni (36), bersama istrinya Lusiana (33) dan tiga orang anaknya tinggal sementara. <br /><br />“Pak Yahya bersama istrinya baru saja keluar. Sebaiknya bapak tunggu saja di sini, sebelum banyak orang. Karena kalau pak Yahya ada di sini banyak sekali tamunya. Nanti bapak sulit ketemu beliau,” jelas ibu Ani, tetangga depan rumah Yahya kepada Radar Sulteng. <br /><br />Yahya bersama istrinya memeluk Islam secara sah pada hari Rabu, 11 Oktober 2006 pukul 12.00 Wita melalui tuntunan Komarudin Sofa, Sekretaris Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Tolitoli. Hari itulah Yahya dengan tulus mengucapkan dua kalimat syahadat. <br /><br />Setelah memeluk Islam, nama Yahya Yopie Waloni diganti dengan Muhammad Yahya, dan istrinya Lusiana diganti dengan Mutmainnah. Begitupun ketiga anaknya. Putri tertuanya Silvana (8 tahun) diganti dengan nama Nur Hidayah, Sarah (7 tahun) menjadi Siti Sarah, dan putra bungsunya Zakaria (4 tahun) tetap menggunakan nama itu. <br /><br />Mohammad Yahya sebelum memeluk Islam, pernah menjabat Ketua Sekolah Tinggi Theologia Calvinis di Sorong tahun 2000-2004. Saat itu juga ia sebagai pendeta dengan status sebagai pelayan umum dan terdaftar pada Badan Pengelola Am Sinode GKI di tanah Papua, Wilayah VI Sorong-Kaimana. Ia menetap di Sorong sejak tahun 1997. Tahun 2004 ia kemudian pindah ke Balikpapan. Di sana ia menjadi dosen di Universitas Balikpapan (Uniba) sampai tahun 2006. Yahya menginjakkan kaki di kota Cengkeh, Tolitoli, tanggal 16 Agustus 2006. <br /><br />Sambil menunggu kedatangan Yahya, ibu Ani mempersilakan Radar Sulteng masuk ke rumahnya. Sebagai tetangga, Ibu Ani tahu banyak aktivitas yang terjadi rumah kontrakan Yahya. “Pak Yahya pindah di sini kira-kira baru tiga minggu lalu. Sejak pindah, di sini rame terus. Orang-orang bergantian datang. Ada yang datang dengan keluarganya. Malah ada yang rombongan dengan truk dan Kijang pickup. Karena rame sekali terpaksa dibuat sabua (tenda, red) dan drop kursi dari kantor Lurah Tuweley,” cerita ibu Ani. <br /><br />Hari pertama Yahya pindah di Jalan Bangau itu, orang-orang berdatangan sambil membawa sumbangan. Ada menyumbang belanga, kompor, kasur, televisi, Alquran, gorden dan kursi. Mereka bersimpati karena Yahya sekeluarga saat pindah dari tempat tinggal pertamanya hanya pakaian di badan. Rumah yang mereka tempati sebelumnya di Tanah Abang, Kelurahan Panasakan adalah fasilitas yang diperoleh atas bantuan gereja. Sehingga barang yang bukan miliknya ia tanggalkan semuanya. <br /><br />Tidak lama menunggu di rumah Ibu Ani, datang dua orang ibu-ibu yang berpakaian dinas pegawai negeri sipil. Keduanya juga mampir di rumah Ibu Ani. Salah satu dari mereka adalah Hj Nurdiana, pegawai di Balitbang Diklat, Pemkab Tolitoli. Ibu berjilbab ini ternyata guru mengaji. Dia adalah guru mengaji yang khusus membimbing istri Yahya. <br /><br />“Saya baru tiga kali pertemuan dengan ibu Yahya. Supaya ibu Yahya mudah memahami huruf hijjaiyah, saya menggunakan metode albarqy. Alhamdulillah sekarang sedikit sudah bisa,” kata Nurdiana. <br /><br />Menurutnya, dia tidak kesulitan mengajari ibu Yahya. Malah, katanya, ibu Yahya cepat sekali memahami huruf-huruf hijaiyah yang diajarkan. Karena itu dia memperkirakan kemungkinan dalam waktu tidak lama ibu Yahya sudah bisa lancar mengaji. <br /><br />Hanya sekitar 20 menit menunggu di rumah ibu Ani, bunyi kendaraan sepeda motor butut milik Yahya terdengar memasuki halaman rumah kontrakannya. Radar Sulteng diterima dengan senang hati, lalu dipersilakan duduk di sofa. Sementara Yahya memilih duduk di lantai alas karpet. Badannya disandarkan ke kursi sofa. “Kita lebih senang duduk di bawah sini,” tuturnya dengan logat kental Manado. <br /><br />Cara duduk Yahya, tampak tidak tenang. Sesekali ia membuka kedua selangkangnya. Ternyata karena baru beberapa hari selesai disunat. “Setelah tiga hari saya masuk Islam, saya langsung minta disunat di rumah ini,” cerita Yahya, sesekali disertai canda. <br /><br />Penataan interior rumah kost Yahya tampak apik. Di dinding ruang tamu tampak terpampang kaligrafi ayat kursi yang dibingkai dengan warna keemasan. Di sisi lain, kaligrafi Allah-Muhammad juga terpampang. Di meja ruang tamu terdapat dua buah Alquran lengkap terjemahannya. Di tengah meja itu, juga masih ada tiga toples kue lebaran. “Rumah ini saya kontrak sementara. Saya sudah bayar Rp2,5 juta,” rinci Yahya. <br /><br />Di tengah asiknya bercerita, istri Yahya, Mutmainnah menyuguhkan beberapa cangkir teh panas. “Silakan diminum air panasnya,” kata ibu tiga anak ini yang saat itu mengenakan jilbab cokelat. <br /><br />Tidak lama kemudian, dia masuk di salah satu kamar dan mengajak guru mengajinya Hj Nurdiana bersama rekannya. Dari balik kamar itulah terdengar suara Mutmainnah yang sedang mengeja satu per satu huruf hijaiyah. Terdengar memang masih kaku, tetapi berulang-ulang satu per satu huruf-huruf Alquran itu dilafalkannya. <br /><br />Lain halnya dengan suaminya, Yahya. Pria kelahiran Manado ini mengaku sudah bisa melafalkan beberapa ayat setelah beberapa kali diajarkan mengaji oleh Komarudin Sofa. Selain Komarudin, selama ini ia juga mendapat bimbingan dari ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tolitoli, Yusuf Yamani. “Hanya lima menit saya diajarkan. Saya langsung paham. Surat Fatihah saya sudah hafal,” ujar Yahya. <br /><br />Selain belajar mengaji dan menerima tamu, aktivitas Yahya juga kerap menghadiri undangan di beberapa masjid. Tidak hanya dalam kota, tetapi sampai ke desa-desa di Kabupaten Tolitoli. “Saya ditemani beberapa orang. Ada juga dari Departemen Agama,” katanya. <br /><br />Yahya bersama istrinya memeluk Islam secara sah pada hari Rabu, 11 Oktober 2006 pukul 12.00 Wita melalui tuntunan Komarudin Sofa, sekretaris Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Tolitoli. “Hari itu saya sudah mengucapkan dua kalimat syahadat yang dituntun Pak Komarudin,” cerita Yahya. Apa yang melatari sampai Yahya dan keluarganya memeluk Islam. <br /><br /><br />PAK Yahya, begitu sapaan akrabnya. Pria kelahiran Manado tahun 1970 ini lahir dari kalangan terdidik dan disiplin. Ayahnya seorang pensiunan tentara. Sekarang menjabat anggota DPRD di salah satu kabupaten baru di Sulawesi Utara. Sebagai putra bungsu dari tujuh bersaudara, Yahya saat bujang termasuk salah seorang generasi yang nakal. “Saya tidak perlu cerita masa lalu saya. Yang pasti saya juga dulu pernah nakal,” tukasnya. <br /><br />Lantaran kenakalannya itulah mungkin, sehingga beberapa bagian badannya terdapat bekas tato. Di lengannya terdapat bekas luka setrika untuk menghilangkan tatonya. “Ini dulu bekas tato. Tapi semua sudah saya setrika,” katanya sambil menunjuk bekas-bekas tatonya itu. <br /><br />Postur tubuhnya memang tampak mendukung. Tinggi dan tegap. Meski ia pernah nakal, tetapi pendidikan formalnya sampai ke tingkat doktor. Ia menyandang gelar doktor teologi jurusan filsafat. Saat ditemui, Yahya memperlihatkan ijazah asli yang dikeluarkan Institut Theologia Oikumene Imanuel Manado tertanggal 10 Januari 2004. Sehingga titel yang didapatnya pun akhirnya lengkap menjadi Dr Yahya Yopie Waloni, S.TH, M.TH. <br /><br />Sebelum menyatakan dirinya masuk Islam, beberapa hari sebelumnya Yahya mengaku sempat bertemu dengan seorang penjual ikan, di rumah lamanya, kompleks Tanah Abang, Kelurahan Panasakan, Tolitoli. Pertemuannya dengan si penjual ikan berlangsung tiga kali berturut-turut. Dan anehnya lagi, jam pertemuannya dengan si penjual ikan itu, tidak pernah meleset dari pukul 09.45 Wita. <br /><br />“Kepada saya si penjual ikan itu mengaku namanya Sappo (dalam bahasa Bugis artinya sepupu). Dia juga panggil saya Sappo. Tapi dia baik sekali dengan saya,” cerita Yahya. <br /><br />Setiap kali ketemu dengan si penjual ikan itu, Yahya mengaku berdialog panjang soal Islam. Tapi Yahya mengaku aneh, karena si penjual ikan yang mengaku tidak lulus Sekolah Dasar (SD) tetapi begitu mahir dalam menceritakan soal Islam. <br /><br />Pertemuan ketiga kalinya, lanjut Yahya, si penjual ikan itu sudah tampak lelah. “Karena saya lihat sudah lelah, saya bilang, buka puasa saja. Tapi si penjual ikan itu tetap ngotot tidak mau buka puasanya,” cerita Yahya, yang ditemui di rumah kontrakannya. <br /><br />Sampai saat ini Yahya mengaku tidak pernah lagi bertemu dengan penjual ikan itu. Si penjual ikan mengaku dari dusun Doyan, desa Sandana (salah satu desa di sebelah utara kota Tolitoli). Meski sudah beberapa orang yang mencarinya hingga ke Doyan, dengan ciri-ciri yang dijelaskan Yahya, tapi si penjual ikan itu tetap tidak ditemukan. <br /><br />Sejak pertemuannya dengan si penjual ikan itulah katanya, konflik internal keluarga Yahya dengan istrinya meruncing. Istrinya, Lusiana (sekarang Mutmainnah, red), tetap ngotot untuk tidak memeluk Islam. Ia tetap bertahan pada agama yang dianut sebelumnya. “Malah saya dianggap sudah gila,” katanya. <br /><br />Tidak lama setelah itu, kata Yahya, tepatnya 17 Ramadan 1427 Hijriah atau tanggal 10 Oktober sekitar pukul 23.00 Wita. Ia antara sadar dengan tidak mengaku mimpi bertemu dengan seseorang yang berpakaian serba putih, duduk di atas kursi. Sementara Yahya di lantai dengan posisi duduk bersila dan berhadap-hadapan dengan seseorang yang berpakaian serba putih itu. “Saya dialog dengan bapak itu. Namanya, katanya Lailatulkadar,” ujar Yahya mengisahkan. <br /><br />Setelah dari itu, Yahya kemudian berada di satu tempat yang dia sendiri tidak pernah melihat tempat itu sebelumnya. Di tempat itulah, Yahya menengadah ke atas dan melihat ada pintu buka-tutup. Tidak lama berselang, dua perempuan masuk ke dalam. Perempuan yang pertama masuk, tanpa hambatan apa-apa. Namun perempuan yang kedua, tersengat api panas. <br /><br />“Setelah saya sadar dari mimpi itu, seluruh badan saya, mulai dari ujung kaki sampai kepala berkeringat. Saya seperti orang yang kena malaria. Saya sudah minum obat, tapi tidak ada perubahan. Tetap saja begitu,” cerita Yahya. <br /><br />Sekitar dua jam dari peristiwa itu, di sebelah kamar, dia mendengar suara tangisan. Orang itu menangis terus seperti layaknya anak kecil. Yahya yang masih dalam kondisi panas-dingin, menghampiri suara tangisan itu. Ternyata, yang menangis itu adalah istrinya, Mutmainnah. <br /><br />“Saya kaget. Kenapa istri saya tiba-tiba menangis. Saya tanya kenapa menangis. Dia tidak menjawab, malah langsung memeluk saya,” tutur Yahya. <br /><br />Ternyata tangisan istri Yahya itu mengandung arti yang luar biasa. Ia menangis karena mimpi yang diceritakan suaminya kepadanya, sama dengan apa yang dimimpikan Mutmainnah. “Tadinya saya sudah hampir cerai dengan istri, karena dia tetap bertahan pada agama yang ia anut. Tapi karena mimpi itulah, malah akhirnya istri saya yang mengajak,” tandasnya. <br /><br />Masuknya Yahya ke agama Islam, menimbulkan banyak interpretasi. Menurut Yahya, ada yang menyebut dirinya orang gila. Ada juga yang meragukannya, dan mungkin masih banyak interpretasi lain lagi tentang dirinya. “Tapi cukup saja sampai pada interpretasi, jangan lagi melebar ke yang lain,” pungkasnya.*** dari http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=Utama&id=40935dr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-62098328174470215072010-05-22T05:47:00.000-07:002010-05-22T05:49:03.865-07:00KiSAH MUALAF MELANIE GEORGIADESMelanie Georgiades, Islamnya Penyanyi Rap Prancis <br />Friday, 25 December 2009 08:16 <br />"Saya belum menemukan solusi untuk penyelesaian masalah yang selama ini dihadapi, baik dari psikiater maupun dokter jiwa. Namun, hanya saya dapatkan di agama Islam.'' Majalah Paris Match edisi 8 Oktober 2009 lalu, dalam salah satu artikelnya menurunkan tulisan mengenai keputusan penyanyi Rap asal Prancis, Diam's alias Melanie Georgiades untuk mengenakan jilbab. Semenjak mengenakan jilbab, Diam's tidak pernah meninggalkan rumah tanpa menutupi rambutnya.<br />Tak hanya itu, rapper Prancis ini juga menolak bersalaman dan berciuman dengan selain muhrimnya. Paris Match juga melaporkan perihal aktivitas Diam's yang tengah mengikuti shalat Jumat di Masjid Gennevilliers yang selama ini terkenal menyebarkan Islam secara toleran, sehingga dapat diterima oleh masyarakat setempat.<br /><br />Sebelumnya majalah berita mingguan di Prancis ini pernah memuat foto Diam's yang mengenakan jilbab dan keluar dari sebuah masjid di wilayah ibu kota Paris. Foto tersebut diambil secara sembunyi-sembunyi oleh fotografer majalah tersebut pada 8 September 2009 lalu, ketika Diam's baru keluar dari Masjid Gunfille di bilangan Timur Laut Paris, dengan ditemani suaminya. Dalam foto itu, Diam's berpenampilan sangat kontras dari penampilan-penampilannya di layar televisi sebagai penyanyi rap. Kali ini, Diam's sungguh terlihat sebagai seorang Muslimah tulen dengan mengenakan baju kurung (abaya) dan jilbab panjang berwarna hitam.<br /><br />Majalah dengan tiras yang sangat luas di Prancis ini pernah meminta konfirmasi sekitar alasan Diam's memeluk Islam, namun dia menolak untuk memberikan komentar sekitar kepindahan agamanya itu. Majalah itu mengatakan bahwa perubahan secara drastis dalam hidup Diam's terjadi setelah dua bulan pesohor Prancis itu menikah dengan pemuda Muslim bernama Aziz. Ditambahkan, kepindahan agama Diam's karena yang bersangkutan akhir-akhir ini tengah mengalami depresi besar seiring dengan ketenaran dan kesuksesan yang diraihnya.<br /><br />Kondisi tersebut, sebagaimana dikutip dari Paris Match, membuat Diam's mengisolasi diri dan melakukan pencarian alternatif yang tepat untuk hidupnya.<br /><br />''Saya belum menemukan solusi untuk penyelesaian masalah yang selama ini dihadapi, baik dari psikiater maupun dokter jiwa. Namun, hanya saya dapatkan di agama Islam.''<br /><br />Menurut kesaksian sebagian temannya, masuk Islamnya Diam's karena dia banyak berteman dengan para artis keturunan imigran. Terutama teman dekat perempuannya, artis Prancis berdarah Maroko, Amel Bent, dan artis gaek, Jamal Dabouz, yang banyak mendukung karier keartisannya selama ini.<br /><br />Paris Match juga menceritakan kondisi Diam's saat masih kecil, khususnya setelah kedua orang tuanya yang beragama Katolik bercerai, dan setelah upaya bunuh diri Diam's pada usia 15 tahun. Sebagaimana pengakuan Diam's, ''Kemasyhuran dan kekayaan tidak membuat saya tenteram sesuai yang diinginkan, dan saya hanya mendapatkan solusinya dari Allah SWT.''<br /><br />Karier musiknya<br />Dilahirkan di Siprus, Yunani, pada 25 Juli 1980, dari bapak dan ibu berkebangsaan Prancis. Setelah orang tuanya bercerai, Diam's yang masih balita diasuh dan tinggal bersama ibunya di salah satu distrik di Paris, yakni Essonne. Karier Diam's di dunia musik, khususnya jenis musik rap dan hip hop, dimulai bersama grup musik amatiran di sebuah distrik di Paris sejak 1994. Dan, dalam beberapa tahun berkat suaranya yang khas dan memiliki kekuatan karakter, lagu rap Diam's banyak diminati para penikmat musik rap di dalam dan luar Prancis.<br /><br />Pada 2005, Diam's memulai debutnya sebagai penulis lagu dengan karyanya yang berjudul ''Ma Philosophie''. Lagu ''Ma Philosophie'' ini dipopulerkan oleh bintang pop idola Prancis, Amel Bent. Pada tahun yang sama, ia juga diketahui pernah berkolaborasi dengan penyanyi berdarah Indonesia, Anggun C Sasmi, untuk lagunya ''Juste etre Une Femme (Just to be a Woman)'', yang sering dimunculkan dalam versi Prancis.<br /><br />Berbagai macam penghargaan pernah diraih Diam's, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Album Brut de Femme yang dirilis pada 2003 merupakan salah satu debutnya di indusrtri musik Prancis yang berhasil mendapatkan penghargaan emas atas prestasi penjualan album. Pada 2006, ia memenangkan penghargaan untuk Best French Act dalam ajang MTV Europe Music Awards.<br /><br />Album Dans Ma Bulle (Inside my Bubble) yang dirilis pada Februari 2006 mendapat penghargaan sebagai album terbaik dalam NRJ Music Awards 2006, yakni sebuah ajang penghargaan tertinggi bagi para insan musik Prancis. Dalam ajang yang sama, Diam's juga dinobatkan sebagai penyanyi terbaik, sementara lagu ''La Boulette (The Moron)'' yang merupakan single pertama dari album Dans Ma Bulle ditetapkan sebagai lagu terbaik.<br /><br />Di Prancis, Diam's juga terkenal karena aktivitas politiknya. Lirik-lirik lagu yang dibawakan Diam's kerap menyinggung mengenai isu-isu politik yang tengah hangat di negara mode tersebut. Isi bait lagunya, antara lain, berupa dukungan terhadap para warga imigran, dan perlawanan terhadap perlakuan diskriminasi dari kelompok garis kanan Prancis di bawah pimpinan Jean-Marie Le Pen. Bahkan, putri Le Pen, Marine, pernah mengajak berdialog langsung artis rap ini sekitar permasalahan imigran. Tetapi Diam's tidak mengindahkan ajakan tersebut.<br /><br />Tidak hanya Le Pen, Presiden Prancis saat ini, Nicolas Sarkozy, diketahui juga menjadi salah satu petinggi di negara tersebut yang mendapat kritikan dalam bait-bait lagu yang dinyanyikan Diam's. Lagu-lagu Diam's ini memang kerap diputar dalam propaganda amnesti internasional.<br /><br />Tetap bermusik<br />Sekalipun telah menjadi Muslimah dan mengenakan jilbab dalam arti yang sebenarnya, bukan berarti karier musik Diam's akan surut dan tenggelam. Diam's dikabarkan akan tetap bermusik, namun dia akan membawakan genre musik yang berbeda, tentunya. Sekarang pun, Diam's tengah menyiapkan album barunya yang bertema Anak-Anak Sahara, yang mengisahkan bencana kelaparan dan penderitaan yang dialami oleh anak-anak di alam Sahara, Benua Afrika.<br /><br />Dalam sebuah klip terbarunya, Diam's tetap membawakan lagu-lagu rap, namun dengan gaya dandanan yang tampak berbeda dari sebelumnya. Dalam setiap penampilan barunya kini ia selalu mengenakan tutup kepala, berbusana menutupi seluruh bagian auratnya, serta memakai syal (serban) khas Palestina yang sudah dimodis.<br /><br />Keislaman artis Diam terjadi setelah beberapa tahun ini media massa dan du nia politik terutama di Barat banyak menyoroti tentang Islam, terutama pascaperistiwa 11 September 2001 silam. Sorotan yang sama oleh media massa Prancis menimpa pe main sepak bola Franck Ribery yang memilih Islam sebagai aga ma barunya, dan menikah de ngan perempuan keturunan Maroko.<br /><br />Data statistik Prancis menyatakan, rata-rata orang yang memeluk Islam di Prancis per tahunnya berkisar 3.500 orang. Adapun jumlah keseluruhan yang masuk Islam di Prancis berdasarkan statistik resmi dan tepercaya berkisar 50 ribu orang. Namun, Ormas Islam di Prancis menyatakan bahwa jumlah muallaf berlipat ganda dari data statistik resmi yang diterbitkan oleh pemerintah. dia/berbagai sumber<br /><br />Biodata :<br />Nama : Melanie Georgiades<br />Nama Pop : Diam's<br />Lahir : Paris<br />Tanggal : 25 Juli 1980<br />Pekerjaan : Penyanyi Rap<br />Masuk Islam : 2009<br />Penghargaan :<br />- Best French Act dalam ajang MTV Europe Music Awards (2006);<br />- Album Terbaik untuk Inside My Bubble dalam ajang NRJ Music Award (2006);<br />- Penyanyi Terbaik NRJ Music Award;<br />- Lagu Terbaik (The Moron).dr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-40398508295462735152010-05-22T05:45:00.000-07:002010-05-22T05:46:50.631-07:00kisah mualaf Rahmat Purnomo (mantan Pendeta)Rahmat Purnomo mantan pendeta : Ujung Pencarian memperoleh Rahmat Islam <br />Friday, 14 September 2007 18:04 <br />Ia adalah seorang laki-laki keturunan, sang ayah Holandia dan ibu Indonesia dari Kota Ambon yang terletak di pulau kecil di ujung timur kepulauan Indonesia. Kristen adalah agama yang diwariskan keluarganya dari bapak dan kakeknya. Kakeknya adalah seorang yang punya kedudukan tinggi pada agama kristen yang bermadzhab protestan, bapaknya juga demikian, namun ia bermadzhab Pantikosta. Sedangkan ibunya sebagai pengajar injil untuk kaum wanita, adapun dia sendiri juga punya kedudukan dan sebagai ketua bidang dakwah di sebuah Gereja Bethel Injil Sabino. <br />Tidak terbetik dalam hatiku walau sedikit pun untuk menjadi seorang muslim, sebab sejak kecil aku mendapatkan pelajaran dari orang tuaku yang selalu mengatakan padaku bahwa Muhammad adalah seorang laki-laki badui, tidak punya ilmu, tak dapat membaca dan menulis.<br /><br />Bahkan lebih dari itu, aku telah membaca buku Profesor Doktor Ricolady, seorang nasrani dari Prancis bahwa Muhammad itu seorang dajjal yang tinggal di tempat kesembilan dari neraka. Demikianlah kedustaan itu dibuat untuk menjatuhkan pribadi Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, sejak itulah tertanam pada diriku pemikiran salah yang mendorongku untuk menolak Islam dan menjadikannya sebagai agama.<br /><br />Pada suatu hari pimpinan gereja mengutusku untuk berdakwah selama tiga hari tiga malam di Kecamatan Dairi, letaknya cukup jauh dari ibu kota Medan yang terletak di sebelah selatan pulau Sumatra Indonesia. Setelah selesai, aku hendak menemui penanggung jawab gereja di tempat itu. Tiba-tiba seorang laki-laki muncul di hadapanku, lalu bertanya dengan pertanyaan aneh, “Engkau telah mengatakan bahwa Isa Al-Masih adalah tuhan, mana dalilmu tentang ketuhanannya?” Aku menjawab, “Baik ada dalil ataupun tidak, perkara ini tidak penting bagimu, jika kamu mau beriman berimanlah, jika tidak kufurlah.”<br /><br />Namun, ketika aku pulang ke rumah, suara laki-laki itu mengganggu pikiranku dan selalu terngiang-ngiang di telingaku, mendorongku untuk melihat Kitab Injil mencari jawaban yang benar dari pertanyaannya. Telah diketahui bahwa di sana ada empat kitab Injil yang berbeda-beda, salah satunya MATHIUS, yang lainnya MARKUS, yang ketiga LUKAS, dan yang keempat YOHANNES, semuanya buatan manusia. Ini aneh sekali, aku bertanya-tanya pada diriku, “Apakah Al Qur’an dengan nuskhoh yang berbeda-beda juga buatan manusia?” Aku mendapatkan jawaban yang tak bisa lari darinya yakni dengan pasti, “Bukan!”<br /><br />Aku mempelajari keempat Injil tersebut, lalu apa yang kudapatkan? Injil MATHIUS berbicara apa tentang Al-Masih Isa ‘alaihis salam? Kami membaca di dalamnya sebagai berikut, “Sesungguhnya Isa Al-Masih bernasab kepada Ibrohim dan kepada Daud…” (1-1), lalu kalau begitu siapa Isa? Bukankah ia anak manusia? Ya, kalau begitu dia manusia. Injil LUKAS berkata, “Dialah yang merajai atas rumah Ya’kub untuk selama-lamanya. Kerajaannya tidak akan berakhir.” (1-33). Dan Injil MARKUS berkata, “Inilah silsilah yang menasabkan Isa Al Masih anak Allah.” (1). Dan yang terakhir injil YOHANNES berbicara apa tentang Isa Al Masih? Ia berkata, “Pada awalnya ia adalah kalimat, dan kalimat itu di sisi Allah, maka kalimat itu adalah Allah.” (1:1). Makna dari nash ini dia pada awalnya adalah Al-Masih dan Al-Masih di sisi Allah, maka Al-Masih adalah Allah.<br /><br />Aku bertanya pada diriku, “Berarti di sana ada perbedaan yang jelas pada empat kitab ini seputar dzat Isa ‘alaihis salam, apakah ia manusia ataukah anak Allah ataukah Raja ataukah Allah? Hal itu telah menyulitkanku dan aku belum menemukan jawabannya. Di sini aku ingin bertanya kepada teman-temanku orang-orang kristen, “Apakah didapatkan dalam Al-Qur’an pertentangan antara satu ayat dengan yang lainnya?” Pasti tidak! Kenapa? Karena Al-Qur’an datang dari sisi Allah subhanahu wa ta’ala, adapun Injil-injil ini hanyalah buatan manusia. Kalian tahu dan tidak ragu kalau Isa ‘alaihis salam sepanjang hidupnya berdakwah kepada Allah di sana-sini, kita patut bertanya: apa landasan awal yang dida’wahkan oleh Isa ‘alaihis salam?<br /><br />Ini Injil MARKUS berkata, “Seseorang datang dari Al Katbah, ia mendengar mereka berbincang-bincang, ketika terlihat bahwa ia adalah (Al-Masih) mereka menerimanya dengan baik, menanyainya tentang ayat wasiat pertama? Ia menjawab sambil berjalan: Sesungguhnya wasiat yang pertama ialah ‘Dengarkan wahai Bani Israil! Rabb Tuhan kita adalah Rabb yang Esa.’” (12: 28-29). Inilah pengakuan yang jelas dari Isa ‘alaihis salam, jadi kalau Isa telah mengaku bahwa Allah adalah Tuhan yang Esa/Satu, maka siapakah Isa kalau begitu? Jika Isa adalah Allah juga, maka takkan pernah ada keesaan bagi Allah. Bukankah begitu?<br /><br />Kemudian, aku lanjutkan pencarianku dan aku temukan pada Injil YOHANNES nash-nash yang menunjukkan doa dan ketundukan Isa Al-Masih ‘alaihis salam kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Aku bertanya pada diriku: Jika sekiranya Isa adalah Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, lalu apakah ia membutuhkan kepada ketundukan dan doa? Tentu tidak! Oleh karena itu, Isa bukan tuhan tetapi dia adalah makhluk seperti kita. Simaklah bersamaku doa yang terdapat dalam injil YOHANNES, inilah nash doanya: “Inilah kehidupan yang abadi agar mengetahui bahwa Engkaulah Tuhan yang hakiki, dan berjalanlah Al-Masih yang Engkau telah mengutusnya, aku pekerjamu di bumi, amal yang Engkau telah berikan padaku ialah amalan yang aku telah menyempurnakannya.” (17-3-4). Ini do’a yang panjang, yang akhirnya berkata, “Wahai Rabbul Baar, sesungguhnya alam tidak mengenalMu, adapun aku mengenalMu dan mereka telah mengetahui bahwa Engkau telah mengutusku dan Engkau telah mengenalkan mereka akan namaMu dan aku akan mengenalkan mereka agar pada mereka ada kecintaan seperti Engkau telah mencintaiku.” (17-25-26).<br /><br />Doa ini menggambarkan pengakuan Isa ‘alaihis salam bahwa Allah Dialah Yang Maha Esa dan Isa adalah utusan Allah yang diutus pada kaum tertentu, bukan pada seluruh manusia, siapakah kaumnya itu? Kita baca dalam Injil MATHIUS (15:24) di mana ia berkata, “Aku tidak diutus, melainkan pada kaum di rumah Isra’il yang sasar.” Kalau demikian, jika kita gabungkan pengakuan-pengakuannya ini dengan yang lainnya, sangat mungkin untuk kita katakan bahwa, “Allah adalah Tuhan Yang Esa dan Isa adalah utusan Allah kepada Bani Isroil.” Kemudian kulanjutkan pencarianku, maka aku teringat saat aku sholat aku selalu membaca kalimat berikut: (Allah Bapak, Allah Anak, Allah Roh Qudus, tiga dalam satu). Aku berkata pada diriku: Perkara yang sangat aneh! Kalau kita bertanya pada siswa kelas satu sekolah dasar “1 + 1 + 1 = 3 ?” Pasti akan menjawab “ya”. Kemudian, jika kita katakan padanya, “Akan tetapi 3 juga = 1?” Tentu dia takkan menyepakati hal itu, sebab di sana terdapat pertentangan yang jelas pada apa yang kami ucapkan, karena Isa ‘alaihis salam berkata dalam Injil seperti yang kami lihat bahwa Allah Esa tidak ada serikat baginya.<br /><br />Telah terjadi pertentangan kuat antara aqidah yang menancap di jiwaku sejak kecil, yakni: tiga dalam satu, dengan apa yang diakui Isa Al-Masih sendiri dalam kitab-kitab injil yang ada di tengah-tengah kita sekarang bahwa sesungguhnya Allah itu satu tidak ada serikat baginya. Mana dari keduanya yang paling benar? Belum ada usahaku untuk mengikrarkannya waktu itu, namun yang benar dikatakan bahwa sesungguhnya Allah itu Esa/satu. Kemudian, aku cari lagi dari kitab injil dari awal, barangkali aku temukan apa yang kuinginkan. Sungguh telah kutemukan dalam pencarianku nash berikut ini: “Ingatlah wali-wali sejak dulu, karena sesungguhnya Aku adalah Allah, sedang yang lainnya bukan tuhan dan tak ada yang menyerupaiku.” (46: 9).<br /><br />Sungguh perkara yang menakjubkan saat aku berpegang teguh dengan Islam, aku mendapatkan dalam surat Al-Ikhlash firman Allah Ta’ala, “Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Katakanlah Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung padaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” Ya, selama kalam itu adalah kalam Allah, maka tidak akan berbeda di manapun didapatkannya. Inilah pelajaran pertama pada agamaku masihiyyah yang dulu, dengan demikian “tiga dalam satu” tidak ada keberadaannya dalam jiwaku.<br /><br />Adapun pelajaran kedua dalam agama masihiyyah bahwa di sana ada yang disebut dengan warisan dosa atau kesalahan awal, maksudnya ialah bahwa dosa yang diperbuat Adam ‘alaihis salam ketika memakan buah yang diharamkan dari pohon yang berada di surga, pasti seluruh anak manusia akan mewarisi dosa ini. Sekalipun janin yang berada dalam rahim ibu akan menanggung dosa ini dan akan lahir dalam keadaan berdosa. Apakah ini benar atau salah? Aku cari tentang kebenaran hal tersebut. Aku merujuk pada Perjanjian Lama, di tengah pencarianku, aku menemukan pada hizqiyal sebagai berikut, “Seorang anak tidak menanggung dari dosa seorang bapak. Seorang bapak tidak menanggung dari dosa seorang anak …” (hizqiyal: 18: 20-21).<br /><br />Barangkali yang cocok untuk kami sebutkan di sini apa yang dikatakan Al-Qur’anul Karim pada masalah ini, “Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain …” Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Anak Adam dilahirkan dalam keadaan fitroh, kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi atau menjadikannya Nashrani atau menjadikannya Majusi.” Inilah dia kaidah dalam Islam dan menyepakatinya apa yang ada/datang dalam injil, lalu bagaimana bisa dikatakan bahwa kesalahan Adam akan berpindah dari satu generasi ke generasi lainnya, dan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan berdosa?<br /><br />Aku melanjutkan pencarianku tentang beberapa hal yang berkaitan dengan keyakinan, pada suatu hari kuletakkan Injil dan Al-Quran di depanku, kutujukan pertanyaan pada Injil, “Apa yang engkau ketahui tentang Muhammad?” Jawabannya: tidak ada, karena nama Muhammad tidak terdapat dalam Injil. Kemudian kutujukan pertanyaan berikutnya pada Isa seperti Al-Quran telah bercerita tentangnya, “Wahai Isa ibnu Maryam, apa yang engkau ketahui tentang Muhammad?” Jawabannya: sungguh Al Quran telah menyebutkan perkara yang tidak ada keraguan sedikit pun bahwa seorang Rasul yang pasti akan datang setelahku namanya adalah Ahmad. Allah berfirman atas lisan Isa ‘alaihis salam, “Dan ingatlah ketika Isa putra Maryam berkata: Hai bani Isroil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku yaitu Taurot dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku yang namanya Ahmad (Muhammad), maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: Ini adalah sihir yang nyata.” (QS Ash Shaff: 6). Lihatlah! Mana yang benar?!<br /><br />Di sana ada satu Injil, yakni Injil BARNABAS, berbeda dengan empat Injil yang telah kusebutkan sebelumnya, namun sayang para pemuka-pemuka agamanya (Nashrani) mengharamkan pengikutnya untuk mentelaahnya. Tahukah kenapa? Yang paling benar ialah karena inilah satu-satunya Injil yang memuat kabar gembira tentang Muhammad, di dalamnya terdapat beberapa tambahan dan penyimpangan yang sangat, seperti halnya tedapat pula kenyataan yang sesuai dengan apa yang ada dalam Al Quran Al Karim. Dalam Injil Barnabas (Ishaah: 163), “Waktu itu para murid bertanya kepada Al Masih: Wahai guru! Siapa yang akan datang sesudahmu? Al Masih menjawab dengan senang dan gembira: Muhammad utusan Allah pasti akan datang sesudahku bagaikan awan putih akan menaungi orang-orang yang beriman seluruhnya.”<br /><br />Kemudian, kubaca lagi ayat lainnya dari Injil Barnabas yakni ucapannya pada (Ishaah: 72), “Waktu itu seorang murid bertanya kepada Al-Masih: Wahai guru! Saat Muhammad datang apa tanda-tandanya hingga kami mengenalnya? Al-Masih menjawab: Muhammad tidak akan datang pada masa kita, tetapi akan datang setelah seratus tahun kemudian ketika Injil diubah (direkayasa) dan orang-orang yang beriman kala itu jumlah mereka tidak sampai tiga puluh orang, maka ketika itu Allah subhanahu wa ta’ala akan mengutus penutup para Nabi dan Rasul-rasul, yaitu Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”<br /><br />Telah disebutkan berulang-ulang yang demikian itu dalam Injil Barnabas, aku telah menghitungnya dan kudapatkan sebanyak empat puluh lima ayat menyebutkan tentang Muhammad. Aku sebutkan dua ayat di atas di antaranya sebagai satu bukti.<br /><br />Setelah ini semua, aku berazzam untuk keluar dari gereja dan tidak akan pernah pergi lagi padanya, saat ini tidak ada di hadapanku, kecuali Islam. (Lihat kitab ‘Uluwul Himmah, karya Muhammad Ahmad Ismail Al-Muqoddim).<br /><br />Para pembaca rahimakumullah demikianlah Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat bagi semesta alam, menuntut kita selaku para pemeluknya untuk bersyukur. Allah berfirman, “Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu, dan Dia tidak meridhoi kekafiran bagi hamba-Nya, dan jika kamu bersyukur niscaya Dia meridhoi kesyukuranmu itu, dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan di (dada)mu.” (QS Az Zumar: 7).<br /><br />Di sini ada beberapa hal yang perlu untuk kita perhatikan, wallahul haadi ila sabilir rosyad.<br /><br />Pertama: manusia itu satu umat, memeluk agama yang satu. Allah berfirman, “Manusia dahulunya hanyalah satu umat kemudian mereka berselisih, kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan itu.” (QS Yunus: 19).<br /><br />Kedua: Islam adalah agama tauhid. Allah berfirman, “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu) tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka, barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya. Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam) maka katakanlah: Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, ‘Apakah kamu (mau) masuk Islam?’ Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah) dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS Ali Imron: 18-20).<br /><br />Ketiga: Aqidah tauhid adalah fitrah manusia. Allah berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). Atau agar kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu.” (QS Al A’raaf: 172-173).<br /><br />Keempat: Petunjuk Allah mutlak harus diikuti. Allah berfirman, “… Katakanlah sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu. Katakanlah sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunianya kepada siapa yang dikehendakinya. Dan Allah maha luas karunianya lagi maha mengetahui.” (QS Ali Imron: 73).<br /><br />Kelima: Isa ‘alaihis salam adalah Nabi dan Rasul Allah. Allah berfirman, “Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan kalimat-Nya) yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan dengan (tiupan roh) dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, ‘(Tuhan itu) tiga’. Berhentilah (dari ucapan itu). Itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak. Segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya, cukuplah Allah sebagai pemelihara.” (QS An Nisaa: 171).<br /><br />Walhamdulillahi robbil alamin. Ditulis oleh Al Ustadz Abu Hamzah Al Atsari. Diambil dari Buletin Al-Wala’ wal-Bara’(swaramuslim.net) <br />"Setelah seorang keturunan Tionghoa menjadi muslim, maka keadaannya sungguh berlainan. Antara si pribumi (yang umumnya beragama Islam) dan nonpri keturunan Tionghoa yang masuk Islam, terjalin suatu hubungan batin yang luar biasa menakjubkan. Persamaan agama, dalam hal ini Islam, menciptakan hubungan mesra dan mengharukan sebagai saudara seagama. Berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits, arti dan nilai saudara sekandung tidak lebih besar dari saudara seagama. Bahkan, saudara sekandung bisa berbeda agama dengan segala konsekuensinya di akhirat. Sedangkan, saudara seagama sifatnya abadi di dunia maupun di akhirat." Junus Jahja<br /><br />Muallaf Center Online, Jakarta - Indonesia. 2005-2009<br />Silahkan menyebarluaskan segala artikel yang ada di website ini, untuk Syiar Islamdr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-22639247402799782852010-05-16T06:11:00.000-07:002010-05-16T06:13:21.318-07:00IKRIMAH SAHABAT NABI YANG TANGGUHAbu Ishaw As-Ayabi'i meriwayatkan, ketika Rasulullah SAW berhasil menaklukkan kota Makkah, maka Ikrimah berkata: Aku tidak akan tinggal di tempat ini!" Setelah berkata demikian, dia pun pergi berlayar dan memerintahkan supaya isterinya membantunya. Akan tetapi isterinya berkata: "Hendak kemana kamu wahai pemimpin pemuda Quraisy?" Apakah kamu akan pergi kesuatu tempat yang tidak kamu ketahui?" Ikrimah pun melangkahkan kakinya tanpa sedikitpun memperhatikan perkataan isterinya. <br /><br />Ketika Rasulullah SAW bersama para sahabat lainnya telah berhasil menaklukkan kota Makkah, maka kepada Rasulullah isteri Ikrimah berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Ikrimah telah melarikan diri ke negeri Yaman karena ia takut kalau-kalau kamu akan membunuhnya. Justeru itu aku memohon kepadamu supaya engkau berkenan menjamin keselamatannya." <br />Rasulullah SAW menjawab: "Dia akan berada dalam keadaan aman!" Mendengar jawapan itu, maka isteri Ikrimah memohon diri dan pergi untuk mencari suaminya. Akhirnya dia berhasil menemukannya di tepi pantai yang berada di Tihamah. Ketika Ikrimah menaiki kapal, maka orang yang mengemudikan kapal tersebut berkata kepadanya: "Wahai Ikrimah, ikhlaskanlah saja!" <br /><br />Ikrimah bertanya: "Apakah yang harus aku ikhlaskan?" <br />"Ikhlaskanlah bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan akuilah bahwa <br />Muhammad adalah utusan Allah!" Kata pengemudi kapal itu. <br />Ikrimah menjawab: "Tidak, jesteru aku melarikan diri adalah karena <br />ucapan itu." <br />Selepas itu datanglah isterinya dan berkata: "Wahai Ikrimah putera bapa saudaraku, aku datang menemuimu membawa pesan dari orang yang paling utama, dari manusia yang paling mulia dan manusia yang paling baik. Aku memohon supaya engkau jangan menghancurkan dirimu sendiri. Aku telah memohonkan jaminan keselamatan untukmu kepada Rasulullah SAW." <br /><br />Kepada isterinya Ikrimah bertanya: "Benarkah apa yang telah engkau lakukan itu?" <br />Isterinya menjawab: "Benar, aku telah berbicara dengan baginda dan baginda pun akan memberikan jaminan keselamatan atas dirimu." Begitu saja mendengar berita gembira dari isterinya itu, pada malam harinya Ikrimah bermaksud untuk melakukan persetubuhan dengan isterinya, akan tetapi isterinya menolaknya sambil berkata: "Engkau orang kafir, sedangkan aku orang Muslim." <br />Kepada isterinya Ikrimah berkata: "Penolakan kamu itu adalah merupakan suatu masalah besar bagi diriku." <br /><br />Tidak lama selepas Ikrimah bertemu dengan isterinya itu, mereka pun pulang kembali, setelah mendengar berita bahwa Ikrimah sudah pulang, maka Rasulullah SAW segera ingin menemuinya. Karena rasa kegembiraan yang tidak terkira, sehingga membuatkan Rasulullah SAW terlupa memakai serbannya. <br />Setelah bertemu dengan Ikrimah, baginda pun duduk. Ketika itu Ikrimah berserta dengan isterinya berada di hadapan Rasulullah SAW Ikrimah lalu berkata: "Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah." Mendengar ucapan Ikrimah itu, Rasulullah SAW sangat merasa gembira, selanjutnya Ikrimah kembali berkata: "Wahai Rasulullah, ajarkanlah sesuatu yang baik yang harus aku ucapkan." <br /><br />Rasulullah SAW menjawab: "Ucapkanlah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. <br />Ikrimah kembali bertanya: "Selepas itu apa lagi?" Rasulullah <br />menjawab: "Ucapkanlah sekali lagi, aku bersaksi bahwa sesungguhnya <br />tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya <br />Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya." Ikrimah pun mengucapkan apa <br />yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW selepas itu baginda <br />bersabda: "Jika sekiranya pada hari ini kamu meminta kepadaku sesuatu <br /><br />sebagaimana yang telah aku berikan kepada orang lain, niscaya aku <br />akan mengabulkannya." <br />Ikrimah berkata: "Aku memohon kepadamu ya Rasulullah, supaya engkau <br />berkenan memohonkan ampunan untukku kepada Allah atas setiap <br />permusuhan yang pernah aku lakukan terhadap dirimu, setiap perjalanan <br />yang aku lalui untuk menyerangmu, setiap yang aku gunakan untuk <br />melawanmu dan setiap perkataan kotor yang aku katakan di hadapan atau <br />di belakangmu." <br /><br />Maka Rasulullah SAW pun berdoa: "Ya Allah, ampunilah dosanya atas setiap permusuhan yang pernah dilakukannya untuk bermusuh denganku, setiap langkah perjalanan yang dilaluinya untuk menyerangku yang tujuannya untuk memadamkan cahaya-Mu dan ampunilah dosanya atas segala sesuatu yang pernah dilakukannya baik secara langsung berhadapan denganku mahupun tidak." <br /><br />Mendengar doa yang dimohon oleh Rasulullah SAW itu, alangkah senangnya hati Ikrimah, maka ketika itu juga ia berkata: "Ya Rasulullah! Aku bersumpah demi Allah, aku tidak akan membiarkan satu dinar pun biaya yang pernah aku gunakan untuk melawan agama Allah, melainkan akan aku ganti berlipat ganda demi membela agama-Nya. Begitu juga setiap perjuangan yang dahulu aku lakukan untuk melawan agama Allah, akan aku ganti dengan perjuangan yang berlipat ganda demi membela agama-Nya, aku akan ikut berperang dan berjuang sampai ke titisan darah yang terakhir." <br /><br />Demikianlah keadaan Ikrimah, setelah ia memeluk Islam, ia sentiasa ikut dalam peperangan hingga akhirnya ia terbunuh sebagai syahid. Semoga Allah berkenan melimpahkan kurnia dan rahmat-Nya kepada Ikrimah. Dalam riwayat yang lain pula diceritakan, bahwa ketika terjadinya Perang Yarmuk, Ikrimah juga ikut serta berperang sebagai pasukan perang yang berjalan kaki, pada waktu itu Khalid bin Walid mengatakan: "Jangan kamu lakukan hal itu, karena bahaya yang akan menimpamu adalah lebih besar!" Ikrimah menjawab: "Karena kamu wahai Khalid telah terlebih dahulu ikut berperang bersama Rasalullah SAW, maka biarlah hal ini aku lakukan!" <br /><br />Ikrimah tetap meneruskan niatnya itu, hingga akhirnya ia gugur di medan perang. Pada waktu Ikrimah gugur, ternyata di tubuhnya terdapat lebih kurang tujuh puluh luka bekas tikaman pedang, tombak dan anak panah. Abdullah bin Mas'ud pula berkata: Di antara orang-orang yang termasuk dalam barisan Perang Yarmuk adalah Haris bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amar. Di saat-saat kematian mereka, ada seorang sahabat yang memberinya air minum, akan tetapi mereka menolaknya. Setiap kali air itu akan diberikan kepada salah seorang dari mereka yang bertiga orang itu, maka masing-masing mereka berkata: "Berikan saja air itu kepada sahabat di sebelahku." Demikianlah keadaan mereka seterusnya, sehingga akhirnya mereka bertiga menghembuskan nafas yang terakhir dalam keadaan belum sempat meminum air itu. <br /><br />Dalam riwayat yang lain pula ditambahkan: "Sebenarnya Ikrimah bermaksud untuk meminum air tersebut, akan tetapi pada waktu ia akan meminumnya, ia melihat ke arah Suhail dan Suhail pun melihat ke arahnya pula, maka Ikrimah berkata: "Berikanlah saja air minum ini kepadanya, barangkali ia lebih memerlukannya daripadaku." Suhail pula melihat kepada Haris, begitu juga Haris melihat kepadanya. Akhirnya Suhail berkata: "Berikanlah air minum ini kepada siapa saja, barangkali sahabat-sahabatku itu lebih memerlukannya daripadaku." Begitulah keadaan mereka, sehingga air tersebut tidak seorangpun di antara mereka yang dapat meminumnya, sehingga mati syahid semuanya. Semoga Allah melimpahkan kurnia dan rahmat-Nya kepada mereka bertiga. <br /><br />Amin."dr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-6653498543903871082010-05-16T06:09:00.000-07:002010-05-16T06:10:15.105-07:00KISAH ISRA MI'RAJImam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya dari Anas Ibnu Malik bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Didatangkan untukku Buraq yang merupakan hewan putih, panjangnya diatas himar dan dibawah bagal, kukunya berada di akhir ujungnya. Beliau bersabda, `Aku segera menunggainya hingga tiba di Baitul Maqdis.' Beliau bersabda, `Lalu ia mengikatnya dengan tali (rantai) yang biasa dipakai oleh para nabi untuk mengikat.' Beliau melanjutkan, `Kemudian aku memasuki masjid (Baitul Maqdis) dan mendirikan shalat dua rakaat. Setelah itu, aku keluar. Lalu Malaikat Jibril a.s. mendatangiku dan menyodorkan dua buah gelas yang satu berisi khamar dan lainnya berisi susu. Aku memilih gelas yang berisi susu dan Jibril a.s. berkata, `Engkau telah memilih kesucian.'<br /><br />Kemudian ia naik bersamaku ke langit yang pertama. Jibril meminta dibukakan pintu. Lalu (malaikat penjaga langit pertama) bertanya, `Siapakah kamu.' Jibril a.s. menjawab, `Jibril.' Kemudian ia ditanya lagi, `Siapakah yang besertamu?' Jibril a.s. menjawab, `Muhammad.' Malaikat itu bertanya, `Apakah kamu diutus?' Jibril menjawab, `Ya, aku diutus.' Lalu pintu langit dibukakan untuk kami. Ternyata aku bertemu dengan Nabi Adam a.s. Ia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.<br /><br />Setelah itu Jibril a.s. naik bersamaku kelangit yang kedua dan meminta dibukakan pintu. Lalu pintu langit kedua dibukakan untuk kami. Di sana aku bertemu dengan dua putra paman Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria a.s., keduanya menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.<br /><br />Lalu Jibril a.s. naik bersamaku ke langit yang ketiga dan meminta dibukakan pintu langit ketiga. Lalu pintu langit ketiga dibukakan untuk kami. Di sana aku bertemu dengan Yusuf a.s. yang telah dianugerahi sebagian nikmat ketampanan. Ia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.<br /><br />Kemudian Jibril a.s. naik bersamaku kelangit keempat dan meminta dibukakan pintu langit keempat. Lalu pintu langit keempat dibukakan untuk kami. Di sana aku bertemu dengan Idris a.s. yang menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Allah SWT berfirman, `Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.'<br /><br />Setelah itu Jibril a.s. kembali naik bersamaku kelangit yang kelima dan meminta dibukakan pintu langit kelima. Lalu ia membukakan pintu langit yang kelima untuk kami, Di sana aku bertemu dengan Harun a.s. yang menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.<br /><br />Malaikat Jibril a.s. kembali naik bersamaku ke langit yang keenam dan meminta dibukakan pintu untuk kami. Lalu ia membukakan pintu keenam untuk kami. Di sana aku bertemu dengan Musa a.s. yang menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.<br /><br />Lalu Jibril a.s. naik lagi bersamaku ke langit yang ketujuh dan meminta dibukakan pintu langit ketujuh. Kemudian malaikat penjaga pintu langit ketujuh membukakan pintu untuk kami. Di sana aku bertemu dengan Ibrahim a.s. yang menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma'mur yang setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat dan tidak kembali kepadanya -sebelum menyelesaikan urusannya.<br /><br />Setelah itu, ia pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha. Ternyata, daun-daunnya sebesar kuping gajah dan buah-buahannya menyerupai buah anggur. Begitu perintah Allah SWT menyelubunginya dan menyelubungi apa-apa yang akan diselubungi, ia segera berubah. Tidak ada seorang makhluk Allah pun yang mampu menyifati keindahan dan keelokannya. Lalu Allah Maha Agung mewahyukan apa-apa yang akan diwahyukan-Nya kepadaku dan mewajibkanku untuk mendirikan shalat lima puluh kali setiap hari sehari semalam. Setelah itu, aku turun menemui Musa a.s.. Ia bertanya kepadaku, `Apakah gerangan yang telah diwajibkan Allah SWT atas umatmu.' Aku menjawab,' Mendirikan shalat sebanyak lima puluh kali.' Kemudian ia berkata, `Kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah kepada-Nya keringanan. Sesungguhnya umatmu tidak memiliki kemampuan untuk melakukan itu. Sesungguhnya aku telah berpengalaman mencobanya kepada Bani Israel.' Beliau melanjutkan sabdanya, `Kemudian aku kembali kepada Rabb-ku dan memohon, `Wahai Rabb, berikanlah keringan untuk umatku.' Dan Ia mengurangi menjadi lima kali. Setelah itu, aku kembali menemui Musa a.s. dan kukatakan kepadanya, `Ia telah mengurangi menjadi lima kali.' Namun Musa a.s. kembali berkata, `Sesungguhnya umatmu tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal itu. Karena itu kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah keringanan.' Lalu aku bolak-balik bertemu antara Rabb-ku Yang Maha Tinggi dengan Musa a.s.. Lalu Dia berfirman, `Wahai Muhammad, sesungguhnya kelima shalat itu dilaksanakan setiap sehari semalam. Setiap shalat dihitung sepuluh yang berarti berjumlah lima puluh shalat. Barang siapa yang ingin melakukan suatu kebaikan kemudian tidak melaksanakannya, maka Ku-tuliskan untuknya satu kebaikan. Dan jika ia mengerjakannya, maka Ku-tuliskan untuknya sepuluh kebaikan. Barangsiapa ingin melakukan kejelekan kemudian tidak melakukannya, maka Aku tidak menulis apa-apa padanya. Dan jika ia mengerjakannya, maka Aku menuliskannya satu kejelekan.' Beliau kembali melanjutkan sabdanya, `Lalu aku turun hingga sampai kepada Musa a.s. dan memberitahukan hal tersebut. Musa a.s. berkata, `Kembalilah kepada Rabb-mu dan memohonlah keringanan.' Saat itu Rasulullah saw. bersabda, `Aku katakan kepadanya, `Aku telah berulang kali kembali kepada Rabb-ku hingga aku merasa malu kepada-Nya.'"dr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-87634344791091613752010-05-16T06:08:00.000-07:002010-05-16T06:09:18.127-07:00HARUT DAN MARUTAl-Israa-iiliyaat dalam kisah "Harut dan Marut (Dinukil dari kitabal-israa-iiliyaat fit-Tafsiir, Dr. Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah)Diriwayatkan oleh as-Sayuthi dalam kitab ad-Durrul Mantsuur, ditafsirkandalam firman Allah SWT, "… Dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikatdi negeri Babil yaitu Harut dan Marut…." (al-Baqarah: 102).Terdapat riwayat yang sangat banyak dan kisah-kisah yang menakjubkan iniyang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, Ibnu Mas'ud, dan Ali. Juga oleh IbnuAbbas, Mujahid, Ka'ah, Rabi', dan as-Sady yang meriwayatkan dari Ibnu Jarirath-Thabari dalam tafsirnya, Ibnu Mardaweh, dan al-Hakim. Ibnu al-Mundzirdan Ibnu Abi ad-Dunya serta al-Baihaqi dan al-Khatib dalam tafsir-tafsir,kitab-kitab, dan khulashah-nya, "Ketika masyarakat dari anak-anak Adam a.s.terjerumus dalam perbuatan-perbuatan maksiat dan kafir kepada Allah SWT.Para malaikat di atas langit berkata, "Ya Rabb, alam raya ini Engkauciptakan sebagai tempat untuk beribadah dan taat kepada-Mu. Mereka telahberbuat maksiat, kafir, membunuh orang yang diharamkan, memakan harta haram,mencuri, berzina, dan meminum khamar (minuman keras). Mereka (para malaikat)selalu mengajukan tuntutan atas apa yeng diperbuat manusia tanpa bisamemakluminya. Lalu dikatakan kepada mereka, 'Manusia-manusia itu dalamkeadaan tidak sadar.' Namun mereka tetap saja tidak mau memakluminya. Didalam sebagian riwayat dikatakan bahwa Allah SWT berfirman kepada mereka,'Jika kalian menempati posisi mereka niscaya kalian juga akan melakukanseperti apa yang mereka lakukan.' Mereka berkata, 'Mahasuci Engkau, kamitidak akan pernah melakukan hal itu'" Didalam riwayat lain dikatakan kepadamereka, 'Tidak akan pernah.' Lalu dikatakan kepada mereka, 'Pilihlah duaorang malaikat diantara kalian, Aku akan memerintahkannya untuk melakukanapa-apa yang-Ku perintahkan dan melarangnya untuk berbuat maksiat kepada-Ku.<br /><br />'<br /><br />Lalu mereka memilih Harut dan Marut. Keduanya segera turun ke bumi setelahdilengkapi dengan perangkat syahwat, sebagaimana yang terdapat pada manusia.Keduanya diperintahkan untuk senantiasa menyembah Allah SWT dan tidakmempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dilarang membunuh manusia yangdiharamkan, memakan harta haram, mencuri, berzina, dan meminum khamar.Keduanya tinggal di bumi selama beberapa tahun dan tinggal diantara manusiadengan benar. Pada suatu zaman terdapat seorang wanita yang kecantikannya dikalangan manusia laksana kecantikan planet Venus diantara gugusan galaksi diangkasa. Kedua malaikat itu sama-sama ingin memiliki wanita tersebut. Namunwanita itu menolak kecuali jika keduanya mengikuti agamanya. Lalu keduanyamenanyakan agama yang dianut oleh wanita tersebut. Wanita cantik itu segeramengeluarkan dan memperlihatkan sebuah berhala. 'Kami tidak punya keinginanuntuk menyembah ini,' tolak kedua malaikat itu. Setelah itu, keduanyaberlalu dan mnyembah kepada Allah SWT.<br /><br />Kemudian kedua malaikat itu mendatangi wanita tersebut dan berusahamenaklukannya dengan kata-kata, dengan harapan bisa memilikinya. Namun,wanita itu tetap menolak kecuali jika keduanya menyembah berhala yangdisembahnya. Kedua malaikat itu tetap menolak. Ketika wanita itu melihat dualaki-laki itu tetap tidak mau menyerah dan menyembah berhala, ia berkata,'Jika kalian tetap menolak, pilihlah satu diantara tiga pilihan. Kalianmenyembah berhala ini, membunuh manusia atau minum khamar.' Keduanya segeraberkata, 'Yang paling mudah dari ketiga pilihan itu adalah meminum khamar.'<br /><br />Wanita itu segera meminumkan khamar kepada keduanya. Setelah minum khamarmereka menyetubuhi wanitu itu. Pada saat mereka melakukan perbuatan itu,seorang lelaki lewat dihdapannya. Karena keduanya merasa khawatir bahwaorang itu akan menyebarluaskan apa yang dilakukannya, mereka segeramembunuhnya.<br /><br />Begitu sadar dari mabuknya, keduanya segera menyadari kesalahan yang barusaja dilakukannya dan ingin segera kembali ke atas langit. Namun, merekatidak bisa melakukannya. Dengan demikian penutup tabir rahasia antarakeduanya dengan penghuni langit sudah terungkap. Pada saat itu, paramalaikat menyaksikan sendiri perbuatan dosa yang telah dilakukan oleh keduarekannya dan mengetahui dengan pasti bahwa orang yang kehilangan kesadaranmereka kadar rasa takutnya akan lebih sedikit. Sejak saat itu, mereka selalumemohonkan ampunan untuk penghuni bumi.<br /><br />Setelah kesalahan yang menimpa kedua malaikat itu terjadi, lalu dikatakankepadanya, 'Sekarang pilihlah, azab dunia atau azab akhirat.' Keduanyaberkata, 'Azab dunia akan berakhir sedangkan azab akhirat tidak akan pernahberakhir.' Keduanya memilih azab dunia. Kemudian keduanya ditempatkan dinegeri Babil dan diazab dengan kedua kaki terikat. Di dalam sebagian riwayatdikatakan, 'Bahwa keduanya mengajari wanita itu kalimat yang dapat membuatkeduanya naik kelangit. Lalu wanita itu naik ke atas langit, namun Allahmemutuskannya. Planet yang dikenal dengan nama Zahrah (Venus) adalahpenjelmaan wanita tersebut!'"<br /><br />Semua cerita diatas adalah khurafat-khurafat anak cucu Israel dan kebohonganmereka yang tidak masuk akal, tidak masuk dalam nukilan dan tidak masukdalam syariat. Dan, sebagian perawi kisah khurafat batil ini dalammeriwayatkannya tidak sampai kepada para sahabat dan tabi'in. Akan tetapi,mereka telah membuka pintu-pintu kejahatan dan memasukinya. Mereka telahmelekatkan dan mengangkat kebohongan ini kepada Rasulullah saw. MahasuciAllah Rabb-ku, ini adalah perbuatan keji yang sangat besar.<br /><br />Imam Abu al-Farj telah menghukumi kisah itu sebagai hadith palsu danas-Syihab al-Iraqi telah me-nash-kan bahwa orang percaya bahwa Harut danMarut adalah dua orang malaikat yang diazab, karena kesalahan yang telahdilakukannya, maka ia telah kafir kepada Allah Yang Maha Agung.<br /><br />Imam al-Qadhi 'Ayadh dalam kitab asy-Syifa berkata, "Bahwa apa yangdisebutkan oleh para perawi dan dinukil oleh para ahli tafsir tentang kisahHarut dan Marut tidak memiliki arti apa-apa dan tidak benar berasal darisabda Rasulullah saw. serta bukan sesuatu yang diambil dari qiyas."<br /><br />Kemudian jika ditinjau dari segi akal kisah ini tidak bisa diterima. Karenapara malaikat suci dan bersih dari dosa besar semacam ini yang tidakbersumber, kecuali dari akhlak yang buruk. Allah SWT telah memberitahukantentang mereka tidak pernah mengingkari apa-apa yang diperintahkan-Nya dansenantisa menjalankan apa-apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka.Sebagaimana yang telah disebutkan dalam sebagian riwayat yang telahdikemukankan yang menjwab firman Allah SWT. Di dalam riwayat lain dikatakanbahwa Allah SWT berfirman kepada mereka, "Jika kalian berdua diujisebagaiman ujian yang diterapkan kepada anak cucu Adam a.s., kalian jugaakan berbuat maksiat kepada-Ku." Kedua malaikat itu menjawab, "KalaupunEngkau juga menguji kami dengan ujian yang Kau terapkan kepada anak-anakAdam, kami sekali-kali tidak akan berbuat maksiat kepada-Mu." Menanggapifirman Allah SWT adalah suatu kekafiran, karena akan menjauhkan orang yangmemiliki pengetahuan tentang Allah dan sifat-sifat-Nya dari-Nya. Bagaimanmungkin seorang yang jahat dapat naik ke langit dan menjadi salah satugugusan galaksi yang berkilau. Lalu bintang apakah gerangan yang mereka berinama az-Zahrah dan mereka anggap sebagai penjelmaan dari wanita jahattersebut. Lalu Allah memutuskannya kecuali tetap berada di tempatnya sejakIa menciptakan lapisan langit dan bumi.<br /><br />Khurafat yang tidak ditemukan tersebut, sebenarnya cerita itu dinukil dantidak berdasarkan pada logika yang benar, sangat bertentangan dengankeyakinan yang dianut oleh para ilmuwan modern.dr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-68460630279842514142010-05-16T06:06:00.000-07:002010-05-16T06:07:22.488-07:00QARUN SI KIKIRQarun adalah kaum Nabi Musa, berkebangsaan Israel, dan bukan berasal dari suku Qibthi (Gypsy, bangsa Mesir). Allah mengutus Musa kepadanya seperti diutusnya Musa kepada Fir'aun dan Haman. Allah telah mengaruniai Qarun harta yang sangat banyak dan perbendaharaan yang melimpah ruah yang banyak memenuhi lemari simpanan. Perbendaharaan harta dan lemari-lemari ini sangat berat untuk diangkat karena beratnya isi kekayaan Qarun. Walaupun diangkat oleh beberapa orang lelaki kuat dan kekar pun, mereka masih kewalahan.<br /><br />Qarun mempergunakan harta ini dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan serta membuatnya sombong. Hal ini merupakan musibah dan bencana bagi kaum kafir dan lemah di kalangan Bani Israil.Dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani Israil terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang yang beriman kepada Allah dan lebih mengutmakan apa yang ada di sisi-Nya. Karena itu mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan ingin memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan kerusakannya serta berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memberikan kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain.Adapun kelompok kedua adalah yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun karena mereka telah kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan fondasi yang dapat digunakan untuk menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun merupakan bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya. Maka mereka berangan-angan ingin bernasib seperti itu.<br /><br />Qarun mabuk dan terlena oleh melimpahnya darta dan kekayaan. Semua itu membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas sedala nikmat harta kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang bermanfaat,kabaikan dan hal yang halal karena semua itu adalah harta Allah, ia justru menolak seraya mengatakan "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku"<br /><br />Suatu hari, keluarlah ia kepada kaumnya dengan kemegahan dan rasa bangga, sombong dan congkaknya. Maka hancurlah hati orang fakir dan silaulah penglihatan mereka seraya berkata, "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar."Akan tetapi orang-orang mukmin yang dianugerahi ilmu menasihati orang-orang yang tertipu seraya berkata, "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh…."<br /><br />Berlakulah sunnatullah atasnya dan murka Allah menimpanya. Hartanya menyebabkan Allah murka, menyebabkan dia hancur, dan datangnya siksa Allah. Maka Allah membenamkan harta dan rumahnya kedalam bumi, kemudian terbelah dan mengangalah bumi, maka tenggelamlah ia beserta harta yang dimilikinya dengan disaksikan oleh orang-orang Bani Israil. Tidak seorangpun yang dapat menolong dan menahannya dari bencana itu, tidak bermanfaat harta kekayaan dan perbendaharannya.<br /><br />Tatkala Bani Israil melihat bencana yang menimpa Qarun dan hartanya, bertambahlah keimanan orang-orang yang beriman dan sabar. Adapaun mereka yang telah tertipu dan pernah berangan-angan seperti Qarun, akhirnya mengetahui hakikat yang sebenarnya dan terbukalah tabir, lalu mereka memuji Allah karena tidak mengalami nasib seperti Qarun. Mereka berkata, "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)."<br /><br />PENYEBUTAN QARUN DALAM QURAN<br /><br />Nama Qarun diulang sebanyak empat kali dalam Al-Quran, dua kali dalam surah al-Qashash, satu kali dalam surah al-`Ankabut, dan satu kali dalam surah al-Mu'min.Penyebutan dalam surah al-`Ankabut pada pembahasan singkat tentang pendustaan oleh tiga orang oknum thagut, yaitu Qarun,Fir'aun, dan Haman, lalu Allah menghancurkan mereka.<br /><br />"Dan (juga) Qarun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi, mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).<br /><br />Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (al-`Ankabut: 39-40)<br /><br />Penyebutan dalam surah al-Mu'min (Ghafir) pada kisah pengutusan Musa a.s. kepada tiga orang thagut yang mendustakannya."Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, kepada Fir'aun, Haman, dan Qarun, maka mereka berkata, `(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.'" (al-Mu'min:23-24)dr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-74137940801775171532010-05-16T06:04:00.000-07:002010-05-16T06:05:09.457-07:00RasulullahRasul bersabda bahwa barangsiapa menghidupkan sunahnya, sesungguhnya dia mencintai Rasulnya, dan barangsiapa mencintai Rasul, sungguh dia akan bersama-sama dengan Rasul di dalam Surga. <br />Pernyataan Baginda Rasul ini sangat memotivasi jiwa umatnya untuk dapat bersama beliau di dalam Surga dengan segala kenikmatan yang tiada tara, Kita sering mendengar informasi ini dari Al Quran atau Hadist Nabi. Rasanya kita ingin lebih cepat meraih kenikmatan itu. Dan ujung-ujungnya muncul rasa rindu dan rasa cinta yang sangat mendalam kepada Baginda Rasulullah. Kemudian keinginan tadi, menanyakan kepada kalbu, Apakah sudah pantas diriku ini bersanding bersama Rasul ? <br /><br />Andaikata Rasulullah datang menjenguk kita. <br />Bayangkan andaikata Rasulullah tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita Apa yang akan kita lakukan? <br />Mestinya kita akan sangat berbahagia, memeluk beliau dan mempersilahkan beliau masuk ke ruang tamu kita untuk melepaskan rasa rindu yang sudah lama dipendam. Kemudian kita tentunya akan meminta dengan sangat agar beliau sudi menginap beberapa hari di rumah kita untuk bercerita dengan tuturkata yang lembut, mengajarkan kepada kita tentang sopan santun, ilmu dan hikmah. <br /><br />Tapi barangkali kita meminta beliau menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat video CD rated R18+ yang ada di ruang tengah dengan beraneka VD yang sebagian besar bergambarkan wanita terbuka setengah auratnya dan kita tergesa-gesa memindahkan dahulu video tersebut ke ruang dalam. <br />Atau barangkali kita teringat akan lukisan wanita setengah telanjang yang kita pajang di ruang tamu kita, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke gudang belakang. <br />Barangkali kita akan segera memindahkan lafal Allah dan Muhammad yang biasanya berada didekat dapur dalam keadan berdebu dan memindakannya ke ruang tamu. <br /><br />Bagaimana bila kemudian beliau sudi menginap di rumah kita, walaupun hanya satu malam? <br />Barangkali kita teringat bahwa anak kita lebih hapal lagu-lagu Spice girls, atau tembangnya Beattle atau Rollingstone dibanding hapalan Sholawat kepada Rasulullah. <br />Barangkali kita menjadi malu bahwa anak-anak kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah atau sirah nabi yang menceritakan perjalanan hidup beliau. <br />Barangkali kita menjadi malu bahwa anak kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah dan para sahabat beliau tetapi hapal di luar kepala mengenai anggota Power Ranger atau Doraemon . <br /><br />Barangkali kita terpaksa harus menyulap satu kamar menjadi ruang musalla, karena beliau sangat menyenangi sholat yang berjam-jam diwaktu malam. <br />Barangkali kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki koleksi pakaian muslimah yang pantas dipakai sewaktu berhadapan dengan beliau untuk mendengarkan petuah-petuah beliau. Belum lagi koleksi buku-buku kita dan anak-anak kita. Belum lagi koleksi kaset kita dan anak-anak kita. Belum lagi koleksi karaoke kita dan anak-anak kita. <br /><br />Kemana kita harus meyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita? Karena gudang-gudang di belakang sudah pada penuh. <br />Barangkali kita menjadi malu diketahui junjungan kita bahwa kita jarang ke masjid, mana tau nanti beliau menanyakan siapa nama morbot mesjid kampung kita, karena beliau sangat perhatian terhadap orang-orang seperti itu <br />Barangkali kita menjadi malu karena pada saat maghrib keluarga kita sibuk di depan TV, karena sinetronnya, sayang untuk diliwatkan. <br /><br />Barangkali kita menjadi malu karena kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita untuk mencari kesenangan duniawi. <br />Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tidak pernah menjalankan sholat sunnah. <br />Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita sangat jarang membaca AlQuran, hingga AlQuran terlihat rapi dan bersih diantara buku-buku di rak buku kita <br />Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengenal tetangga-tetangga kita. <br />Barangkali kita menjadi malu jika beliau menanyakan kepada kita siapa nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita. <br /><br />Bayangkan andaikata Rasulullah tiba-tiba muncul di depan pintu rumah kita. Apa yang akan kita lakukan? <br />Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilakan beliau masuk dan menginap di rumah kita? <br />Ataukah akhirnya dengan berat hati, kita akan menolak beliau berkunjung ke rumah karena hal itu akan sangat membuat kita repot dan malu. <br />Marilah kita memohon :<br />Maafkanlah kami ya Rasulullah .........<br />Karna kami tahu engkau seorang pemaaf dan murah hati .........<br />Kami tahu bahwa cintamu kepada umatmu melebihi cinta kami terhadap dunia.Hanya Allah yang tahu bahwa kami tetap cinta kepadamu sampai dengan hembusan nafas kami yang terakhir ya Rasulullah .......... Apakah umatmu yang rendah ini pantas berada disisimu ya Rasulullah ? Dengan segala kemurahan hati yang engkau miliki aku hambamu yang rendah ini ingin tetap disisimu ya Rasulullah .........dr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-10054424785110667582010-05-16T06:01:00.000-07:002010-05-16T06:03:12.628-07:00Syaikh Maulana Malik IbrahimTokoh Ulama ahli tata negera dari Turki yang terkenal dengan Syaikh Maghribi, salah seorang wali dari Walisongo. <br />Menurut beberapa sumber, Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang terkenal dengan sebutan Syaikh Maghribi, juga banyak orang mengatakan kakek bantal, adalah seorang tokoh ulama yang ahli tata negara bersal dari negeri Turki. <br />Dalam riwayat lain, beliau berasal dari Gujarat dan ada yang mengatakan dari Iran ada juga yang mengatakan dari Arab. Beliau masih keturunan Zainul Abidin bin Hasan bin Alibin Abi Thalib r.a. <br /><br />Pada tahun 1404 M. beliau menyiarkan agama Islam di Pulau Jawa, menetap di Gresik dan wafat pada hari Senin tanggal 12 Robi'ul Awwal tahun 822 H, atau bertepatan dengan tahun 1419 M, kemudian dimakamkan di Gresik pula. <br />Dalam syiar dan dakwahnya, beliau sangat berhati-hati dan sangat bijaksana, pada waktu itu juga mayoritas masyarakat jawa masih beragama Hindu dan Budha. Namun Agama dan adat-istiadat mereka tidak ditentang begitu saja. Beliau memperkenalkan keluhuran budi pekerti yang diajarkan Islam. Secara langsung beliau memberi contoh dalam masyarakat akan tutur kata yang sopan, lemah lembut, santun pada fakir miskin, menghormati kepada yang lebih tua, dan menyayangi yang muda. <br /><br />Dalam syiar dan dakwahnya, beliau berawal dari masyarakat biasa kemudian ke masyarakat yang mempunyai tahta. Tidak halnya dengan ajaran Hindu dan Budha yang kebanyakan dari kalangan Istana. Oleh karena itu ajaran Islam cepat berkembang, karena merasakan bahwa semua kalangan masyarakat diakui hak asasinya sebagai manusia. <br />Dikisahkan bahwa Syaikh Maulana Malik Ibrahim, tidak hanya seorang tokoh ulama saja, namun beliau adalah seorang tokoh yang sangat memikirkan keadaan perekonomian rakyatnya, karena Gresik adalah masyarakat petani, maka beliau memikirkan bagaimana pertanian Gresik menjadi subur makmur. Beliau membuat irigasi pertanian dan sebagainya sehingga, Gresik pun menjadi daerah yang makmur. <br /><br />Syaikh Maulana Malik Ibrahim juga memikirkan tentang masa depan umat muslim di Gresik, mengingat Gresik masih dalam kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Prabu Brawijaya, yang beragama Hindu, beliau khawatir akan terjadi konflik di kemudian hari, sehingga beliaupun ke Istana bersama Raja Cermain dan putrinya Dewi Sari, untuk mengajak Prbu Brawijaya masuk Islam. Prabu Brawijaya mau memeluk Islam asalkan boleh menikahi Dewi Sari yang cantik jelita itu. Keinginan sang Prabu ditolak karena seorang yang masuk suatu agam dengan dilatarbelakangi kepentingan duniawi, jelas akan mengakibatkan hal yang tidak baik. Rombongan Syaikh Maulana Malik Ibrahim dan Raja Cermain pun meninggalkan Majapahit. Namun di Gresik ada wabah penyakit, sehingga mengakibatkan banyak orang meninggal dunia termasuk Dewi Sari. Mendengar hal ini Prabu Brawijaya yang menaruh hati pada Dewi Sari berta'ziyah dan menyuruh kepada semua punggawa untuk diadakan upacara pemakaman besar-besaran. <br /><br />Syaikh Maulana Malik Ibrahim adalah seorang yang sangat bijaksana dan selalu memberi wejangan kepada pengikutnya untuk patuh dan taat kepada rajanya, selagi tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Sampai pada akhir kisah Prabu Brawijaya menyerahkan Gresik sepenuhnya kepada Syaikh Maulana Malik Ibrahim agar diperintahnya sendiri dibawah kedaulatan Majapahit. Syaikh Maulana Malik Ibrahim dengan tulus dan ikhlas menerima amanat raja, karena itu sesuai dengan ajaran Islam.dr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-47132939534951971592010-05-16T05:54:00.000-07:002010-05-16T05:58:29.221-07:00Kisah raja , Khidir dan SufiPada suatu malam seorang penguasa tiran Turkestan sedang<br />mendengarkan kisah-kisah yang disampaikan oleh seorang<br />darwis, ketika ia tiba-tiba bertanya tentang Kidir.<br /><br />"Kidir," kata darwis itu, "datang kalau diperlukan.<br />Tangkaplah, jubahkan kalau ia muncul, dan segala pengetahuan<br />menjadi milik Paduka,"<br /><br />"Apakah itu bisa terjadi atas siapapun?"<br /><br />"Siapa pun bisa," kata darwis itu.<br /><br />"Siapa pula lebih 'bisa' dariku?" pikir Sang Raja; dan ia<br /><br />pun mengedarkan pengumuman:<br /><br />"Siapa yang bisa menghadirkan Kidir Yang Gaib di hadapanku,<br />akan kujadikan orang kaya."<br /><br />Seorang lelaki miskin dan tua yang bernama Bakhtiar Baba,<br />setelah mendengar pengumuman itu, menyusun akal. Katanya<br />kepada istrinya,<br /><br />"Aku punya rencana. Kita akan segera kaya, tetapi beberapa<br />lama kemudian aku harus mati. Namun, itu tak apalah, sebab<br />kekayaan kita akan bisa menghidupimu seterusnya."<br /><br />Kemudian Bakhtiar menghadap raja dan mengatakan bahwa ia<br /><br />akan mencari Kidir dalam waktu empat puluh hari, kalau Raja<br />bersedia memberinya seribu keping uang emas. "Kalau kau bisa<br />menemukan Kidir," kata Raja, "kau akan mendapat sepuluh kali<br />seribu keping uang emas ini. Kalau gagal, kau akan mati,<br />dipancung ditempat ini sebagai peringatan kepada siapapun<br />yang akan mencoba mempermainkan rajanya."<br /><br />Bakhtiar menerima syarat itu. Ia pun pulang dan memberikan<br />uang itu kepada istrinya, sebagai jaminan hari tuanya. Sisa<br /><br />hidupnya yang tinggal empat puluh hari itu dipergunakannya<br />untuk merenung, mempersiapkan diri memasuki kehidupan lain.<br /><br />Pada hari keempat puluh ia menghadap raja. "Yang Mulia,"<br />katanya, "kerakusanmu telah menyebabkanmu berpikir bahwa<br />uang akan bisa mendatangkan Kidir. Tetapi Kidir, kata orang,<br />tidak akan muncul oleh panggilan yang berdasarkan<br />kerakusan."<br /><br />Sang Raja sangat marah. "Orang celaka, kalau telah<br />mengorbankan nyawamu; siapa pula kau ini berani mencampuri<br /><br />keinginan seorang raja?"<br /><br />Bakhtiar berkata, "Menurut dongeng, semua orang bisa bertemu<br />Kidir, tetapi pertemuan itu hanya akan ada manfaatnya<br />apabila maksud orang itu benar. Mereka bilang, Kidir akan<br />menemui orang selama ia bisa memanfaatkan saat kunjungan<br />itu. Itulah hal yang kita tidak menguasainya."<br /><br />"Cukup ocehan itu," kata Sang Raja, "sebab tak akan<br />memperpanjang hidupmu. Hanya tinggal meminta para menteri<br />yang berkumpul di sini agar memberikan nasehatnya tentang<br /><br />cara yang terbaik untuk menghukummu."<br /><br />Ia menoleh ke Menteri Pertama dan berkata, "Bagaimana cara<br />orang itu mati?"<br /><br />Menteri Pertama menjawab, "Panggang dia hidup-hidup, sebagai<br />peringatan."<br /><br />Menteri Kedua, yang berbicara sesuai urutannya berkata,<br />"Potong-potong tubuhnya, pisah-pisahkan anggota badannya."<br /><br />Menteri Ketiga berkata, "Sediakan kebutuhan hidup orang itu,<br />agar ia tidak lagi mau menipu demi kelangsungan hidup<br />keluarganya."<br /><br />Sementara pembicaraan itu berlangsung, seorang bijaksana<br /><br />yang sudah sangat tua memasuki ruang pertemuan. Segera orang<br />mengajukan pendapat sesuai dengan prasangka yang tersembunyi<br />dalam dirinya."<br /><br />"Apa maksudmu?" tanya Raja.<br /><br />"Maksudku, Menteri Pertama itu aslinya tukang roti, jadi ia<br />berbicara tentang panggang-memanggang. Menteri Kedua dulu<br />tukang daging, jadi ia bicara tentang potong-memotong<br />daging. Menteri Ketiga, yang telah mempelajari ilmu<br />kenegaraan, melihat sumber masalah yang kita bicarakan ini.<br /><br />Catat dua hal ini. Pertama, Kidir muncul melayani setiap<br />orang sesuai dengan kemampuan orang itu untuk memanfaatkan<br />kedatangannya. Kedua, Bakhtiar, orang ini--yang kuberi nama<br />Baba karena pengorbanannya-telah didesak oleh keputus-asaan<br />untuk melakukan tindakan tersebut. Keperluannya semakin<br />mendesak sehingga akupun muncul didepanmu."<br /><br />Ketika orang-orang itu memperhatikannya, orang tua yang<br />bijaksana itupun lenyap begitu saja. Sesuai dengan yang<br /><br />diperintahkan Kidir. Raja memberikan belanja teratur kepada<br />Bakhtiar. Menteri Pertama dan kedua dipecat, dan seribu<br />keping uang emas itu dikembalikan ke kas kerajaan oleh<br />Bakhtiar dan istrinya.<br /><br />Bagaimana Raja bisa bertemu Kidir lagi, dan apa yang terjadi<br />antara keduanya? Itu semua ada dalam dongeng di Dunia Gaib.<br /><br />Catatan<br /><br />Konon, Bakhtiar Baba adalah seorang Sufi bijaksana yang<br />hidupnya sangat sederhana dan tak dikenal orang di Korasan,<br />sampai peristiwa yang ada dalam kisah itu terjadi.<br /><br />Kisah ini, dikatakan juga terjadi atas sejumlah besar Syeh<br />Sufi lain, menggambarkan pengertian tentang terjalinnya<br />keinginan manusia dengan "makhluk" lain. Kidir merupakan<br />penghubung antara keduanya.<br /><br />Judul ini diambil dari sebuah sajak terkenal karya Jalaludin<br />Rumi:<br /><br />Peralatan baru bagi pemahaman akan ada apabila keperluan<br />menuntutnya.<br /><br />Karenanya, O manusia, jadikan keperluanmu makin mendesak,<br />sehingga kau bisa mendesakkan pemahamanmu lebih peka lagi.<br /><br />Versi ini diucapkan oleh seorang guru darwis dari<br />Afganistan.<br /><br />------------------------------------------------------------<br />K I S A H - K I S A H S U F I<br />Kumpulan kisah nasehat para guru sufi<br />selama seribu tahun yang lampau<br />oleh Idries Shahdr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-85829028254378175012010-05-16T05:53:00.000-07:002010-05-16T05:54:09.227-07:00Umar Bin Khattab - Amirul MukmininTidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju. <br />Kebijaksanaan dan keadilan Umar ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar sudah mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat keridloan Nabi SAW, ketika beliau akan wafat. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidilah, Azzubair ibnul Awwam, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan 'Abdurrahman bin Auf. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh nabimu. <br /><br />Karena ketinggian sikap hati-hati, maka Umar sengaja tidak menunjukkan anak paman dan adik iparnya sendiri, yaitu Said bin Zaid bin Amru bin Nufail. la khawatir orang lain menuduhnya karena dia masih keluarga Umar, meskipun Said bin Zaid adalah salah seorang dari kesepuluh orang yang memperoleh kabar gembira masuk surga. <br />Umar juga berpesan kepada sahabatnya yang enam orang itu, agar putranya Abdullah menghadiri musyawarah, tetapi ia tidak memiliki hak untuk dipilih. Kehadiran Abdullah untuk mengutarakan pendapat, menyumbang saran saja. la tidak boleh diserahi kekuasaan apapun. Disamping itu juga berpesan, agar selama sidang musyawarah, yang menjadi imam salat adalah Shuhaib bin Sannan Arrumi sampai musyawarah itu usai. <br /><br />Umar hanya mengangkat keenam orang itu dan tidak menyertakan Ubaidah ibnu Jarrah (orang ke sepuluh yang diberitakan masuk surga) karena ia telah wafat. la juga tidak mengangkat Said bin Zaid (orang ke sembilan yang diberitakan masuk.surga), karena ia adalah adik iparnya sendiri. Selain itu, Said tidak berminat memangku suatu jabatan apapun. Dia hanya ingin menjadi tentara yang terjun ke kancah perang dan perluasan dakwah. la bercita-cita gugur sebagai syahid di medan tempur dan Umar mengetahui hal itu. <br /><br />Itulah gaya suksesi Umar bin Khattab, seorang khalifah yang adil dan bijaksana. Kebijaksanaan Umar diakui masyarakat muslim, yang menyatakan setelah Umar wafat, "Wahai Umar, engkau selalu meluruskan segala sesuatu yang bengkok. Engkau memadamkan segala api fitnah dan menghidup-hidupkan sunnah Nabi. Engkau meninggalkan dunia dengan bersih dan engkau bebas dari segala aib dan cemar." <br />Bulletin Al-Maidah, 8 Jum Akhir 1418dr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-56871460326850844022010-05-16T05:52:00.001-07:002010-05-16T05:52:53.110-07:00Sa'ad Bin Abi Waqqash - Singa yang Menyembunyikan KukunyaBerita yang datang secara beruntun menyatakan serangan licik yang dilancarkan oleh angkatan bersenjata Persi terhadap Kaum Muslimin, amat menggelisahkan hati Amirul Mu'minin Umar bin Khatthab... Disusul kemudian dengan berita, tentang pertempuran Jembatan, di mana empat ribu orang pihak Kaum Muslimin gugur sebagai syuhada dalam waktu sehari, begitu pun pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh orang-orang Irak terhadap perjanjian-perjanjian, yang mereka perbuat, serta ikrar yang telah mereka akui..., menyebabkan khalifah mengambil keputusan untuk pergi dan memimpin sendiri tentara Islam dalam perjuangan bersenjata yang menentukan, melawan Persi. <br /><br />Bersama beberapa orang shahabat dan dengan menunggang kendaraan, berangkatlah ia dengan meninggalkan Ali Karamallahu Wajhah di Madinah sebagai wakilnya. Tetapi belum berapa jauh dari kota sebagian anggota rombongan berpendapat dan mengusulkan agar ia kembali dan memilih salah seorang di antara para shahabat untuk melakukan tugas tersebut. Usul ini diprakarsai oleh Abdurrahman bin 'Auf yang menyatakan bahwa menyia-nyiakan nyawa Amirul Mu'minin dengan cara seperti ini, sementara Islam sedang menghadapi hari-harinya yang menentukan, adalah perbuatan yang keliru. Umar pun menyuruh Kaum Muslimin berkumpul untuk bermusyawarah dan diserukanlah "Asshalata jami'ah"; sementara Ali dipanggil datang; yang bersama beberapa orang penduduk Madinah berangkat menuju tempat perhentian Amirul Mu'minin. Akhirnya tercapailah persetujuan sesuai dengan apa yang diusulkan oleh Abdurrahman bin 'Auf, dan peserta musyawarah memutuskan agar Umar kembali ke Madinah dan memilih seorang panglima lain yang akan memimpin peperangan menghadapi Persi. Amirul Mu'minin tunduk pada keputusan ini, lalu menanyakan kepada para shahabat, siapa kiranya orang yang akan dikirim ke Irak itu. Mereka sama tertegun dan berfikir. <br /><br />Tiba-tiba berserulah Abdurrahman bin 'Auf, "Saya telah menemukannya." "Siapa dia?" tnya Umar. Ujar Abdurrahman, "Singa yang menyembunyikan kukunya, yaitu Sa'ad bin Malik az Zuhri!" Pendapat ini disokong sepenuhnya oleh Kaum Muslimin, dan Amirul Mu'minin meminta datang Sa'ad bin Malik az-Zuhri yang tiada lain Sa'ad bin Abi Waqqash. Lalu diangkatnya sebagai Amir atau Gubernur Militer di Irak yang bertugas mengatur pemerintahan dan sebagai panglima tentara. <br />Nah, siapakah dia singa yang menyembunyikan kukunya itu? Dan siapakah dia yang bila datang kepada Rasulullah ketika berada di antara shahabat-shahabatnya; akan disambutnya dengan ucapan selamat datang sambil bergurau, sabdanya: "Ini dia pamanku...! Siapa orang yang punya paman seperti pamanku ini?" Itulah dia Sa'ad bin Abi Waqqash! Kakeknya ialah Uhaib, putera dari Manaf yang menjadi paman dari Aminah ibunda dari Rasulullah saw. <br /><br />Sa'ad masuk Islam selagi berusia l7 tahun, dan keislamannya termasuk yang terdahulu di antara para shahabat. Hal ini pernah diceritakannya sendiri, katanya, "Pada suatu saat saya beroleh kesempatan termasuk tiga orang pertama yang masuk Islam." Maksudnya bahwa ia adalah salah seorang di antara tiga orang yang paling dahulu masuk Islam. <br />Maka pada hari-hari pertama Rasulullah menjelaskan tentang Allah Yang Esa dan tentang Agama baru yang dibawanya, dan sebelum beliau mengambil rumah al-Arqam untuk tempat pertemuan dengan shahabat-shahabatnya yang telah mulai beriman, Sa'ad bin Abi Waqqash telah mengulurkan tangan kanannya untuk bai'at kepada Rasulullah saw. <br /><br />Sementara itu buku-buku tarikh dan riwayat menceritakan kepada kita bahwa ia termasuk salah seorang yang masuk Islam bersama dan atas hasil usaha Abu Bakar. Boleh jadi ia menyatakan keislamannya secara terang-terangan bersama orang-orang yang dapat diyakinkan oleh Abu Bakar, yaitu Utsman bin 'Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin 'Auf dan Thalhah bin 'Ubaidillah. Dan ini, tidak menutup kemungkinan bahwa ia lebih dulu masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. <br />Banyak sekali keistimewaan yang dimiliki oleh Sa'ad ini, yang dapat ditonjolkan dan dibanggakannya. Tetapi di antara semua itu dua hal penting yang selalu menjadi dendang dan senandungnya. Pertama, bahwa dialah yang mula-mula melepaskan anak panah dalam membela Agama Allah, dan juga orang yang mula-mula terkena anak panah. Dan kedua, bahwa dia merupakan satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah dengan jaminan kedua orang tua beliau. Bersabdalah Rasulullah saw di waktu perang Uhud, "Panahlah hai Sa'ad! Ibu bapakku menjadi jaminan bagimu." <br /><br />Memang! Kedua ni'mat besar ini selalu menjadi dendangan Sa'ad buah syukurnya kepada Allah. Katanya, "Demi Allah sayalah orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah..!" Dan berkata pula Ali bin Abi Thalib, "Tidak pernah saya dengar Rasulullah menyediakan ibu bapaknya sebagai jaminan seseorang, kecuali bagi Sa'ad. Saya dengar beliau bersabda waktu Perang Uhud, "Panahlah, hai Sa'ad Ibu bapakku menjadi jaminan bagimu." <br />Sa'ad termasuk seorang kesatria berkuda Arab dan Muslimin yang paling berani. Ia mempunyai dua macam senjata yang amat ampuh, yaitu panahnya dan do'anya. Jika ia memanah musuh dalam peperangan, pastilah akan mengenai sasarannya, dan jika ia menyampaikan suatu permohonan kepada Allah pastilah dikabulkan-Nya. Menurut Sa'ad sendiri dan juga para shahabat- nya, hal itu adalah disebabkan do'a Rasulullah juga bagi pribadinya. Pada suatu hari ketika Rasulullah menyaksikan dari Sa'ad sesuatu yang menyenangkan dan berkenan di hati beliau, diajukannyalah do'a yang maqbul ini, "Ya Allah, tepatkanlah bidikan panahnya, dan kabulkanlah do'anya." <br /><br />Demikianlah ia terkenal di kalangan saudara-saudara dan handai tolannya bahwa do'anya tak ubah bagai pedang yang tajam. Hal ini juga disadari sepenuhnya oleh Sa'ad sendiri, hingga ia tak hendak berdo'a bagi kerugian seseorang, kecuali dengan menyerahkan urusannya kepada Allah Ta'ala. Sebagai contoh ialah peristiwa yang diriwayatkan oleh 'Amir bin Sa'ad. <br />"Sa'ad mendengar seorang laki-laki memaki 'Ali, Thalhah dan Zubair. Ketika dilarangnya, orang itu tak hendak menurut. Maka katanya, 'Kalau begitu saya do'akan kamu kepada Allah' Ujar laki-laki itu, 'Rupanya kamu hendak menakut-nakuti aku, seolah-olah kamu seorang Nabi.' Maka Sa'ad pun pergi wudlu dan shalat dua raka'at. Lalu diangkatlah kedua tangannya, katanya, 'Ya Allah, kiranya menurut ilmu-Mu laki-laki ini telah memaki segolongan orang yang telah beroleh kebaikan dari-Mu, dan tindakan mereka itu mengundang amarah murka-Mu, maha mohon dijadikan hal itu sesuatu pertanda dan suatu pelajaran...!'" <br /><br />"Tidak lama kemudian, tiba-tiba dari salah satu pekarangan rumah, muncul seekor unta liar dan tanpa dapat dibendung masuk ke dalam lingkungan orang banyak seolah-olah ada yang dicarinya. Lalu diterjangnya laki-laki tadi dan dibawanya ke bawah kakinya, serta beberapa lama menjadi bulan-bulanan injakan dan sepakannya hingga akhirnya tewas menemui ajalnya..!" <br />Kenyataan ini pertama kali mengungkapkan kebeningan jiwa, kebenaran iman dan keikhlasannya yang mendalam. Begitu pula Sa'ad, jiwanya adalah jiwa merdeka, keyakinannya keras membaja serta keikhlasannya dalam dan tidak bernoda. Dan untuk menopang ketaqwaannya ia selalu memakan yang halal, dan menolak dengan keras setiap dirham yang mengandung syubhat. <br /><br />Dalam kehidupan akhirnya Sa'ad termasuk Kaum Muslimin yang kaya dan berharta. Waktu wafat, ia meninggalkan kekayaan yang tidak sedikit. Tapi kalau biasanya harta banyak dan harta halal jarang sekali dapat terhimpun; maka di tangan Sa'ad hal itu telah terjadi. Ia dilimpahi harta yang banyak, yang baik dan yang halal sekaligus. Di samping itu ia dapat dijadikan seorang mahaguru pula dalam soal membersihkan harta. Dan kemampuannya dalam mengumpulkan harta dari barang bersih lagi halal, diimbangi bahkan mungkin diatasi oleh kesanggupan menafqahkannya di jalan Allah. <br /><br />Ketika Hajji Wada', Sa'ad ikut bersama Raisulullah saw. Kebetulan ia jatuh sakit, maka Rasulullah datang menengoknya. Tanya Sa'ad, "Wahai Rasulullah, saya punya harta dan ahli warisku hanya seorang puteri saja. Bolehkah saya shadaqahkan dua pertiga hartaku?" "Tidak," jawab Nabi. "Kalau begitu, separohnya?" tanya Sa'ad pula. "Jangan," ujar Nabi. "Jadi, sepertiganya?" "Benar," ujar Nabi, "Dan sepertiga itupun sudah banyak. Lebih baik anda meninggalkan ahli waris dalam keadaan mampu daripada membiarkannya dalam keadaan miskin dan menadahkan tangannya kepada orang lain. Dan setiap nafqah yang anda keluarkan dengan mengharap keridlaan Allah, pastilah akan diberi ganjaran, bahkan walau sesuap makanan yang anda taruh di mulut isteri anda!" Beberapa lama Sa'ad hanya mempunyai seorang putri. Tetapi setelah peristiwa di atas, ia beroleh lagi beberapa orang putera. <br /><br />Karena takutnya kepada Allah, Sa'ad sering menangis. Jika didengarnya Rasulullah berpidato dan menasihati ummat, air matanya bercucuran hingga membasahi haribaannya. Ia adalah seorang shahabat yang diberi ni'mat taufiq dan diterima ibadahnya. Pada suatu hari ketika Rasulullah sedang duduk-duduk bersama para shahabat, tiba-tiba beliau menatap dan menajamkan pandangannya ke arah ufuk bagai seseorang yang sedang menunggu bisikan atau kata-kata rahasia. Kemudian beliau menoleh kepada para shahabat, sabdanya, "Sekarang akan muncul di hadapan tuan-tuan seorang laki-laki penduduk surga." <br /><br />Para shahabat pun nengok kiri kanan dan ke setiap arah untuk melihat siapakah kiranya orang berbahagia yang beruntung beroleh taufiq dan karunia itu? Dan tidak lama antaranya muncullah di hadapan mereka Sa'ad bin Abi Waqqash. Selang beberapa lama, Abdullah bin 'Amr bin 'Ash datang kepadanya meminta jasa baiknya dan mendesak agar menunjukkan kepadanya jenis ibadah dan amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang menyebabkannya berhak menerima ganjaran tersebut yang telah diberitakan sehingga menjadi daya tarik untuk mengerjakannya. Maka ujar Sa'ad, "Tak lebih dari amal ibadah yang biasa kita kerjakan, hanya saja saya tak pernah menaruh dendam atau niat jahat terhadap seorangpun di antara Kaum muslimin!" <br /><br />Nah, itulah dia Singa yang Selalu Menyembunyikan Kukunya yang diungkapkan oleh Abdurrahman bin 'Auf. Dan inilah tokoh yang dipilih Umar untuk memimpin pertempuran Qadisiyah yang dahsyat itu! Kenapa memilihnya untuk melaksanakan tugas yang paling rumit yang sedang dihadapi Islam dan Kaum Muslimin, karena keistimewaannya terpampang jelas di hadapan Amirul Mu'minin. <br /><br />· Ia adalah orang yang maqbul do'anya, jika ia memohon diberi kemenangan oleh Allah, pastilah akan dikabulkan-Nya. <br />· Ia seorang yang hati-hati dalam makan, terpelihara lisan dan suci hatinya. <br />· Salah seorang anggota pasukan berkuda di perang Badar, di perang Uhud, pendeknya di setiap perjuangan bersenjata yang diikutinya bersama Rasulullah saw. <br />· Dan satu lagi yang tak dapat dilupakan oleh Umar, suatu keistimewaan yang tak dapat diabaikan harga, nilai dan kepentingannya, serta harus dimiliki oleh orang yang hendak melakukan tugas penting, yaitu kekuatan dan ketebalan iman. <br /><br />Umar tidak lupa akan kisah Sa'ad dengan ibunya sewaktu ia masuk Islam dan mengikuti Rasulullah. Ketika itu segala usaha ibunya untuk membendung dan menghalangi puteranya dari Agama Allah mengalami kegagalan. Maka segala jalan yang tak dapat tidak, pasti akan melemahkan semangat Sa'ad dan akan membawanya kembali ke pangkuan agama berhala dan kepada kaum kerabatnya. Wanita itu menyatakan akan mogok makan dan minum sampai Sa'ad bersedia kembali ke agama nenek moyang dan kaumnya. Rencana itu dilaksanakannya dengan tekad yang luar biasa, ia tak hendak menjamah makanan atau minuman hingga hampir menemui ajalnya. Tetapi Sa'ad tidak terpengaruh oleh hal tersebut, bahkan ia tetap pada pendiriannya, ia tak hendak menjual Agama dan keimanannya dengan sesuatupun, bahkan walau dengan nyawa ibunya sekalipun. <br /><br />Ketika keadaan ibunya telah demikian gawat beberapa orang keluarganya membawa Sa'ad kepadanya untuk menyaksikannya kali yang terakhir, dengan harapan hatinya akan menjadi lunak jika melihat ibunya dalam sekarat. Sesampainya di sana, Sa'ad menyaksikan suatu pemandangan yang amat menghancurkan hatinya yang bagaikan dapat menghancurkan baja dan meluluhkan batu karang. Tapi keimanannya terhadap Allah dan Rasul mengatasi baja dan batu karang mana pun juga. Didekatkan wajahnya ke wajah ibunya dan dikatakannya dengan suara keras agar kedengaran olehnya. <br /><br />"Demi Allah ketahuilah wahai ibunda, seandainya bunda mempunyai seratus nyawa, lalu ia keluar satu per satu, tidaklah anak anda akan meninggalkan Agama ini walau ditebus dengan apa pun juga! Maka terserahlah kepada bunda, apakah bunda akan makan atau tidak!" <br />Akhirnya ibunya mundur teratur, dan turunlah wahyu menyokong pendirian Sa'ad serta mengucapkan selamat kepadanya, sebagai berikut, "Dan seandainya kedua orang tua memaksamu untuk mempersekutukan Aku, padahal itu tidak sesuai dengan pendapatmu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya!" (Luqman: l5) <br /><br />Nah, tidakkah ini betul-betul singa yang menyembunyikan kukunya? Jika demikian halnya, pantaslah Amirul Mukminin dengan hati tenang memancangkan panji-panji Qadisiyah ditangan kanannya, dan mengirimnya untuk menghalau pasukan Persi yang tidak kurang jumlahnya dari seratus ribu prajurit yang terlatih dan diperlengkapi dengan senjata dan alat pertahanan yang paling ditakuti dunia waktu itu, dipimpin oleh otak-otak perang yang paling jempol, dan ahli-ahli siasatnya yang paling cerdik dan licik. <br /><br />Memang, kepada tentara musuh yang menakutkan inilah Sa'ad datang dengan membawa tigapuluh ribu mujahid tidak lebih, di tangan masing-masing tergenggam panah dan tumbak. Hanya semata-mata panah dan tumbak, tetapi dalam dada menyala kemauan dari Agama baru, yang membuktikan keimanan, kehangatan, serta kerinduan yang luar biasa terhadap maut dan mati syahid! <br />Dan kedua pasukan itupun bertemulah. Tetapi belum, mereka belum lagi bertempur. Di sana Sa'ad masih menunggu bimbingan dan pengarahan dari Amirul Mu'minin Umar. Inilah surat Umar yang memerintahkannya segera berangkat ke Qadisiyah, yang merupakan pintu gerbang memasuki Persi, ditancapkannya dalam hatinya kalimat berharga yang semuanya merupakan petunjuk dan cahaya. <br /><br />"Wahai Sa'ad bin Wuhaib! Janganlah anda terpedaya di hadapan Allah, mentang-mentang dikatakan bahwa anda adalah paman dan shahabat Rasulullah! Sungguh, tak ada hubungan keluarga antara seseorang dengan Allah kecuali dengan mentaati-Nya! Semua manusia baik yang mulia maupun yang hina, pada pandangan Allah serupa tidak berbeda. Allah Tuhan mereka, sedang mereka hamba-Nya. Mereka berlebih berkurang dalam kesehatan, dan akan beroleh karunia yang tersedia di sisi Allah dengan ketaatan." <br /><br />"Maka perhatikanlah segala sesuatu yang pernah anda lihat pada Rasulullah saw. semenjak ia diutus sampai meninggalkan kita dan pegang teguhlah, karena itulah yang harus diikuti!" Kemudian katanya pula, "Tulislah kepadaku segala hal-ikhwal tuan-tuan, bagaimana kedudukan tuan-tuan, dan di mana pula posisi musuh terhadap tuan-tuan, terangkan sejelas-jelasnya, hingga seolah-olah aku menyaksikan sendiri keadaan tuan-tuan." Sa'ad pun menulis surat kepada Amirul Mu'minin dan menuliskan segala sesuatu, hingga hampir saja diterangkannya tempat dan posisi setiap prajurit secara terperinci. <br /><br />Sa'ad telah sampai di Qadisiyah, sementara seluruh tentara dan rakyat Persia berhimpun, sesuatu hal yang tak pernah mereka lakukan selama ini. Kendali pimpinannya dipegang oleh panglimanya yang ulung dan paling terkenal, yaitu Rustum. Sebagai balasan surat dari Sa'ad yang baru dikirimnya, Amirul Mukminin menulis. <br />"Sekali-kali janganlah anda gentar mendengar berita dan persiapan mereka! Bermohonlah kepada Allah dan tawakkallah kepada-Nya! Dan kirimlah sebagai utusan, orang-orang yang cerdas dan tabah untuk menyeru mereka ke jalan Allah. Dan tulislah surat kepadaku setiap hari." Kembali Sa'ad mengirim surat kepada Amirul Mu'minin, menyampaikan bahwa Rustum telah menduduki Sabath dengan mengerahkan pasukan gajah dan berkudanya dan mulai bergerak menuju Kaum Muslimin. Balasan dari Umar datang yang isinya memberi petunjuk dan menabahkan hati Sa'ad. <br /><br />Sa'ad bin Abi Waqqash seorang anggota pasukan berkuda yang ulung dan gagah berani, paman Rasulullah dan termasuk golongan yang mula pertama masuk Islam, pahlawan dari berbagai perjuangan bersenjata, pancungan dan panahnya yang tak pernah meleset, sekarang tampil mengepalai tentaranya dalam menghadapi salah satu peperangan terbesar dalam sejarah, tak ubahnya bagi seorang prajurit biasa! Baik kekuatan maupun kedudukannya sebagai pemimpin, tidak mampu mempengaruhi dan memperdayakan dirinya untuk mengandalkan pendapatnya semata. <br /><br />Tetapi ia selalu menghubungi Amirul Mukminin di Madinah yang jaraknya demikian jauh, dengan mengirimnya sepucuk surat tiap hari untuk bermusyawarah, dan bertukar pendapat, padahal pertempuran besar itu telah hampir berkecamuk. Sebabnya tidak lain, ialah karena Sa'ad ma'lum bahwa di Madinah, Umar tidaklah mengemukakan pendapatnya semata atau mengambil keputusan seorang diri, tetapi tentulah ia akan bermusyawarah dengan orang-orang di sekelilingnya dan dengan shahabat-shahabat utama Rasulullah. Dan bagaimana juga gawatnya suasana perang, Sa'ad tak hendak kehilangan baroqah dan manfa'atnya musyawarah, baik bagi dirinya maupun bagi tentaranya, apalagi ia tahu benar bahwa di pusat komando, itu pimpinannya langsung dipegang Umar al-Faruk, pembangkit ilham atau inspirasi agung. <br /><br />Pesan dari Umar dilaksanakan oleh Sa'ad. Dikirimnya serombongan di antara shahabat-shahabatnya sebagai utusan kepada Rustum panglima tentara Persia untuk menyerunya iman kepada Allah dan Agama Islam. Soal jawab di antara mereka dengan Panglima Persi itu berlangsung lama, dan akhirnya mereka tidak diperbolehkan lagi berbicara, karena salah seorang di antara mereka mengatakan. <br />"Sesungguhnya Allah telah memilih kami untuk membebaskan hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya dari pemujaan berhala kepada pengabdian terhadap Allah Yang Maha Esa, dari kesempitan dunia kepada keluasaannya, dan dari kedhaliman pihak penguasa kepada keadilan Islam. Maka siapa-siapa yang bersedia menerima itu dari kami, kami terima pula kesediaannya dan kami biarkan mereka. Tetapi siapa yang memerangi kami, kami perangi pula mereka hingga kami mencapai apa yang telah dijanjikan Allah." <br /><br />"Apa janji yang telah dijanjikan Allah itu?" tanya Rustum. Jawab pembicara, "Surga bagi kami yang mati syahid, dan kemenangan bagi yang masih hidup." Para utusan kembali kepada panglima pasukan Islam Sa'ad dan menyampaikan bahwa tak ada pilihan lain daripada perang. Dan airmata Sa'ad berlinang-linang. Ia berharap seandainya saat pertempuran itu dapat diundurkan atau dimajukan sedikit waktu. Ketika itu ia sedang sakit parah hingga ia sulit untuk bergerak. <br />Bisul-bisul bertonjolan di sekujur tubuhnya, hingga ia tak dapat duduk, apalagi akan menaiki punggung kudanya dan menerjuni pertempuran yang sengit berkuah darah! Seandainya saat pecah perang itu terjadi sebelum ia jatuh sakit, atau sesudah bisul-bisul itu meletus dan sembuh, pastilah ia akan menunjukkan prestasi tinggi. Tetapi tidak, Rasulullah saw telah mengajarkan kepada mereka supaya tidak mengatakan "seandainya", karena kata kata itu menunjukkan kelemahan, sedang orang Mukmin yang kuat tidak kehabisan akal dan tidak pernah lemah! <br /><br />Ketika itu bangkitlah singa yang menyembunyikan kukunya itu, lalu berdiri dihadapan tentara menyampaikan pidato dengan tak lupa mengutip ayat mulia berikut ini, "<br />Bismillahirrahmanirrahim. Telah Kami cantumkan dalam Zabur setelah sebelumnya Kami catat dalam (Lauh Mahfudh) peringatan bahwa Bumi itu diwarisi oleh hamba-hambaKu yang shalih." (Al-Anbiya: l05) <br /><br />Setelah menyampaikan pidatonya Sa'ad melakukan shalat dhuhur bersama tentaranya, kemudian sambil menghadap kepada mereka, ia mengucapkan takbir empat kali, "Allaahu Akbar.. Allaahu Akbar.. Allaahu Akbar.. Allaahu Akbar." Alampun gemuruh dan bergema dengan suara takbir, dan sambil mengulurkan tangannya kemuka bagai anak panah yang sedang melepas laju menunjuk ke arah musuh, Sa'ad berseru kepada anak buahnya, "Ayolah maju dengan barkat dari Allah!" <br />Dengan menabahkan diri menanggung sakit yang dideritanya, Sa'ad naik ke anjung rumah yang ditinggalinya dan yang diambilnya sebagai markas komandonya. Sambil telungkup di atas dadanya yang dialasi bantal sementara pintu anjung itu terbuka lebar. Sedikit saja serangan dari orang-orang Persi ke rumah itu, akan menyebabkan panglima Muslimin jatuh ke tangan mereka, hidup atau mati. Tetapi ia tidak gentar dan tidak merasa takut. Bisul-bisul pecah berletusan, tetapi ia tidak perduli, hanya terus berseru dan bertakbir serta mengeluarkan perintah kepada anak buahnya. <br /><br />"Majulah ke kanan..." dan kepada yang lain, "Tutup pertahanan sebelah kiri... Awas di depanmu hai Mughirah, ke belakang mereka hai Jarir.., pukul hai Nu'man..., serbu hai Asy'ats.., hantam hai Qa'qa'..., majulah semua hai shahabat-shahabat Muhammad saw...!" Suaranya yang berwibawa penuh dengan kemauan dan semangat baja, menyebabkan masing-masing prajurit itu berubah menjadi kesatuan yang utuh. <br />Maka berjatuhanlah tentara Persi, tak ubah bagai lalat-lalat yang berkaparan, dan rubuhlah bersama mereka keberhalaan dan pemujaan api! Dan setelah melihat tewasnya panglima besar dan prajurit-prajurit pilihan mereka, sisa-sisa musuh tunggang langgang melarikan diri. Mereka dikejar dan dihalau oleh tentara Islam sampai ke Nahawand lalu ke Mada-in. Ibu kota itu mereka masuki untuk merampas kursi singgasana dan mahkota Kisra yang menjadi ambang keberhalaan. <br /><br />Di pertempuran Mada-in Sa'ad mencapai prestasi tinggi. Pertempuran ini terjadi kira-kira dua setengah tahun setelah pertempuran Qadisiyah, sementara perang berlangsung secara kecil-kecilan antara Persi dan Kaum Muslimin. Akhirnya semua sisa tentara Persi ini berhimpun di kota-kota Mada-in saja, bersiap-siap untuk menghadapi pertempuran terakhir dan menentukan. <br />Sa'ad menyadari bahwa situasi medan dan musim menguntungkan pihak penentang Islam, karena antara pasukannya dan Mada-in terbentang sungai Tigris yang lebar, alirannya sangat deras karena sedang banjir meluap-luap. Walaupun demikian dengan teguh hati ia tetap memutuskan untuk memulai serangan umum itu pada waktu itu juga, dengan perhitungan bahwa mental pasukan musuh sedang menurun. <br /><br />Nah, di antaranya peristiwa inilah yang membuktikan bahwa, Sa'ad betul-betul sebagai dilukiskan oleh Abdurrahman bin 'Auf, singa yang menyembunyikan kukunya. Keimanan Sa'ad dan kepekatan hatinya akan tampak menonjol ketika menghadapi bahaya, hingga dapat mengatasi barang mustahil berkat keberanian yang luar biasa. <br />Demikianlah Sa'ad mengeluarkan perintah kepada pasukannya, untuk menyeberangi sungai Tigris, dan disuruhnya menyelidiki yang dangkal dari sungai yang dapat dijadikan tempat penyeberangan ini. Dan akhirnya mereka menemukan tempat tersebut, walaupun untuk menyeberanginya tidak luput dari bahaya yang mengancam. Sebelum tentara memulai penyeberangan, panglima besar Sa'ad menyadari pentingnya pengamanan pinggiran seberang sungai yang hendak dicapai, yakni daerah yang ada dalam kekuasaan dan pengawasan musuh. <br /><br />Ketika itu disiapkannya dua kompi tentara, Pertama yang dinamakannya Kompi Sapu Jagat, sebagai komandannya diangkatnya 'Ashim bin 'Amr. Dan yang kedua disebutnya Kompi Gerak Cepat, sebagai pemimpinnya diangkatnya Qa'qa bin Amr. Adapun tugas dari kedua kompi ini ialah menerjuni bahaya dan menetas jalan yang aman menuju pinggir sebelah musuh dan melindungi induk pasukan yang akan mengiringi mereka dari belakang. <br />Dan mereka telah menunaikan tugas itu dengan kemahiran yang mena'jubkan. Hingga siasat yang dilakukan Sa'ad ketika itu mencapai hasil yang mengagumkan bagi para ahli sejarah, bahkan bagi diri Sa'ad bin Abi Waqqash sendiri. Salman al-Farisi, yakni teman dan kawan seperjuangannya dalam pertempuran itu, juga hampir-hampir tak percaya akan hasil yang telah dicapai. Ia menepukkan kedua belah tangannya karena takjub dan bangga, katanya. <br /><br />"Agama Islam masih baru. Tetapi lautan telah dapat mereka taklukkan sebagai halnya daratan telah mereka kuasai. Demi Allah yang nyawa Salman berada dalam tangan-Nya, pastilah mereka akan dapat keluar dengan selamat daripadanya berbondong-bondong, sebagaimana mereka telah memasukinya berbondong-bondong!" <br />Dan benarlah apa yang dikatakannya itu. Sebagaimana mereka telah terjun ke dalam sungai gelombang demi gelombang, demikianlah pula mereka keluar dari dalamnya dan mencapai seberang sana gelombang demi gelombang pula. Tak seorang pun dari mereka kehilangan prajurit, bahkan tak sedikit pun tentara Persi yang mampu mengunjukkan giginya! Mangkok tempat minumannya seorang prajurit jatuh ke dalam air. Maka ia tak ingin jadi satu-satunya orang yang kehilangan barang waktu penyeberangan itu. <br /><br />Kepada teman-temannya diserukannya agar menolongnya untuk mendapatkan barang itu kembali. Kebetulan suatu ombak besar melemparkan mangkok itu ke dekat rombongan hingga dapat mereka pungut. Salah satu riwayat tentang sejarah melukiskan bagaimana dahsyatnya suasana ketika penyeberangan sungai Tigris itu, katanya. <br />"Sa'ad memerintahkan Kaum Muslimin agar membaca, 'Hasbunallaahu wa ni'mal wakiil - Cukuplah bagi kita Allah, dan Dia-lah sebaik-baik pemimpin.' Lalu dikerahkanlah kudanya menerjuni sungai yang diikuti oleh orang-orangnya, sehingga tak seorang pun di antara anggota pasukan yang tinggal di belakang. Maka berjalanlah mereka dalam air, tak ubah bagai berjalan di darat juga, hingga dari pinggir yang satu ke pinggir lainnya telah dipenuhi oleh prajurit, dan permukaan air tak keliatan lagi disebabkan amat banyaknya anggota angkatan berkuda serta pasukan pejalan kaki." <br /><br />Orang-orang bercakap-cakap sesamanya ketika berada dalam air, seolah-olah mereka sedang bercakap-cakap di darat. Sebabnya tidak lain karena mereka merasa aman tenteram, serta percaya akan ketentuan Allah dan pertolongan-Nya, akan janji dan bantuan-Nya. Tatkala Sa'ad diangkat Umar sebagai amir wilayah Irak, ia mulai melakukan pembangunan dan perluasan kota. Kota Kufah diperbesar, dan diumumkanlah hukum Islam serta dilaksanakan di daerah yang luas dan lebar itu. <br />Pada suatu hari rakyat Kufah mengadukan Sa'ad sebagai wali negerinya kepada Amirul Mukminin, rupanya mereka sedang dipengaruhi oleh tabi'at yang mudah dihasut, cepat resah, gelisah dan suka memberontak, hingga mereka mengemukakan tuduhan yang bukan-bukan dan mentertawakan. Kata mereka, "Sa'ad tidak baik shalatnya..." Mendengar itu Sa'ad hanya tertawa terbahak-bahak, ujarnya, "Demi Allah, yang saya lakukan hanyalah mengerjakan shalat bersama mereka sebagai shalat Rasulullah, yaitu memanjangkan dua raka'at yang mula-mula dan memendekkan dua raka'at yang akhir." <br /><br />Sa'ad dipanggil Umar ke Madinah untuk menghadap. Sa'ad tidak marah, bahkan segera dipenuhi panggilan itu secepatnya. Setelah beberapa lama, Umar bermaksud untuk mengembalikannya ke Kufah, tapi sambil tertawa Sa'ad menjawab, "Apakah anda hendak mengembalikan saya kepada kaum yang menuduh bahwa shalat saya tidak baik?" Demikianlah ia memilih tinggal di Madinah. <br />Ketika Amirul Mukminin dicederai orang, dipilihnyalah enam orang di antara shahabat-shahabat Rasulullah saw yang akan mengurus soal pemilihan khalifah baru, dengan mengemukakan alasan bahwa keenam orang yang dipilihnya itu adalah terdiri dari orang-orang yang diridlai Rasulullah saw sewaktu beliau hendak berpulang ke rahmatullah. <br /><br />Maka di antara shahabat yang berenam itu terdapatlah Sa'ad bin Abi Waqqash. Bahkan dari kalimat-kalimat Umar yang akhir terdapat kesan bahwa seandainya ia hendak memilih salah seorang di antara mereka, maka pilihannya akan jatuh pada Sa'ad. Sewaktu memberi wasiat dan mengucapkan selamat perpisahan dengan shahabat-shahabatnya, Umar berkata, "Jika khalifah dijabat oleh Sa'ad, demikianlah sebaiknya. Dan seandainya dijabat oleh lainnya, hendaklah ia menjadikan Sa'ad sebagai pendampingnya." <br /><br />Sa'ad mencapai usia lanjut dan tibalah saat terjadinya fitnah besar. Sa'ad tak hendak mencampurinya bahkan kepada keluarga dan putera-puteranya dipesankan agar tidak menyampaikan suatu berita pun mengenai hal itu kepadanya. Pada suatu ketika perhatian orang sama-sama tertuju kepadanya, dan anak saudaranya yang bernama Hasyim bin 'Utbah bin Abi Waqqash datang mendapatkannya, seraya berkata, "Paman, di sini telah siap seratus ribu bilah pedang, yang menganggap bahwa pamanlah yang lebih berhak mengenai urusan khilafah ini!" <br /><br />Ujar Sa'ad, "Dari seratus ribu bilah pedang itu saya inginkan sebilah pedang saja, jika saya tebaskan kepada orang Mu'min maka takkan mempan sedikit pun juga. Tetapi, bila saya pancungkan kepada orang kafir pastilah putus batang lehernya." Mendengar jawaban itu anak saudaranya maklum akan maksudnya dan membiarkannya dalam sikap damai dan tak hendak bercampur tangan. <br />Dan tatkala akhirnya khilafah itu jatuh ke tangan Mu'awiyah dan kendali kekuasaan tergenggam dalam tangannya, ditanya kepada Sa'ad, "Kenapa anda tidak ikut berperang di pihak kami?" Ujarnya, "Saya sedang lewat di suatu tempat yang dilanda taufan berkabut gelap. Maka kataku, 'Hai Saudara.., hai saudaraku!' Lalu saya hentikan kendaraan menunggu jalan terang kembali." <br /><br />Kata Mu'awiyah, "Bukankah dalam al-Quran tak ada, 'Hai saudara! hai saudara!' Hanya firman Allah Ta'ala, 'Jika di antara orang-orang Mukmin ada dua golongan yang berbunuhan, maka damaikanlah mereka! Seandainya salah satu di antara kedua golongan itu berbuat aniaya kepada yang lain, maka perangilah yang berbuat aniaya itu sampai mereka kembali kepada perintah Allah,' (Al-Hujurat: 9)" <br /><br />"Maka anda bukanlah di pihak yang aniaya terhadap pihak yang benar, dan bukan pula di pihak yang benar terhadap golongan yang aniaya." Sa'ad menjawab sebagai berikut, "Saya tak hendak memerangi seorang laki-laki (maksudnya Ali) yang mengenai dirinya Rasulullah pernah bersabda, "Engkau di sampingku, tak ubahnya seperti kedudukan Harun di samping Musa, tetapi (engkau bukan Nabi) tak ada lagi Nabi sesudahku!" <br />Suatu hari pada tahun 54 H, yakni ketika usia Sa'ad telah lebih dari 80 tahun, ia sedang berada di rumahnya di 'Aqiq, sedang bersiap-siap hendak menemui Allah Ta'ala. Saatnya yang akhir itu diceritakan puteranya kepada kita sebagai berikut, "Kepala bapakku berada di pangkuanku ketika ia hendak meninggal itu. Aku menangis, maka katanya, 'Kenapa kamu menangis wahai anakku? Sungguh Allah tiada akan menghukumku, dan sesungguhnya aku termasuk salah seorang penduduk surga...!'" <br /><br />Kekebalan imannya tak tergoyahkan oleh apapun juga, bahkan tidak oleh goncangan maut dan kengeriannya. Bukankah Rasulullah saw. telah menyampaikan kabar gembira kepadanya, sedang ia iman dan percaya penuh akan kebenaran Rasulullah saw itu. Jadi apa yang akan ditakutkannya lagi? "Sungguh, Allah tiada akan menyiksaku, dan sungguh aku termasuk penduduk surga...!" <br />Hanya ia hendak menemui Allah dengan membawa kenang-kenangan yang paling manis dan mengharukan, yang telah menghubungkan dengan Agamanya dan mempertemukan dengan Rasul-Nya. Itulah sebabnya ia memberi isyarat ke arah peti simpanannya, yang ketika mereka buka dan keluarkan isinya, ternyata sehelai kain tua yang telah usang dan lapuk. Disuruhlah keluarganya mengafani mayatnya nanti dengan kain itu, katanya. <br /><br />"Telah kuhadapi orang-orang musyrik waktu perang Badar dengan memakai kain itu dan telah kusimpan ia sekian lama untuk keperluan seperti pada hari ini." Memang, kain usang yang telah lapuk itu tak dapat dianggap sebagai kain biasa! Ia adalah panji-panji yang senantiasa berkibar di puncak kehidupan tinggi dan panjang yang dilalui pemiliknya dengan tulus dan beriman serta gagah berani. <br />Dan sosok tubuh dari salah seorang yang terakhir meninggal di antara orang-orang Muhajirin ini dipikul di atas pundak orang-orang yang membawanya ke Madinah, untuk ditempatkan dengan aman di dekat sekelompok tokoh-tokoh suci dari para shahabat yang telah mendahuluinya menemui Allah, dan jasad-jasad mereka yang dipenuhi rasa rindu itu mendapatkan tempatnya di bumi dan tanah Baqi'. <br /><br />Selamat jalan wahai Sa'ad...! Selamat jalan wahai pahlawan Qadisiyah, pembebas Mada-in dan pemadam api pujaan di Persi untuk selama-lamanya...!dr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-67643403169992013362010-05-16T05:50:00.000-07:002010-05-16T05:51:34.602-07:00Khalid Bin Walid - Ksatria Islam yang Tangguh"ORANG seperti dia, tidak dapat tanpa diketahui dibiarkan begitu saja. Dia harus diincar sebagai calon pemimpin Islam. Jika dia menggabungkan diri dengan kaum Muslimin dalam peperangan melawan orang-orang kafir, kita harus mengangkatnya kedalam golongan pemimpin" demikian keterangan Nabi ketika berbicara tentang Khalid sebelum calon pahlawan ini masuk Islam. <br />Khalid dilahirkan kira-kira 17 tahun sebelum masa pembangunan Islam. Dia anggota suku Banu Makhzum, suatu cabang dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Khalid termasuk diantara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi dari Khalid, adalah isteri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik. <br /><br />Ayah Khalid yang bernama Walid, adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa diantara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya. Dia menghormati Ka'bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun dialah yang menyediakan kain penutup Ka'bah. Pada masa ibadah Haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina. <br />Ketika orang Quraisy memperbaiki Ka'bah tidak seorang pun yang berani meruntuhkan dinding-dindingnya yang tua itu. Semua orang takut kalau-kalau jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid maju kedepan dengan bersenjatakan sekop sambil berteriak, "O, Tuhan jangan marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumahMu". <br /><br />Nabi mengharap-harap dengan sepenuh hati, agar Walid masuk Islam. Harapan ini timbul karena Walid seorang kesatria yang berani dimata rakyat. Karena itu dia dikagumi dan dihormati oleh orang banyak. Jika dia telah masuk Islam ratusan orang akan mengikutinya. <br />Dalam hati kecilnya Walid merasa, bahwa Al Qur-'an itu adalah kalimat-kalimat Allah. Dia pernah mengatakan secara jujur dan terang-terangan, bahwa dia tidak bisa berpisah dari keindahan dan kekuatan ayat-ayat suci itu. <br /><br />Ucapan yang terus terang ini memberikan harapan bagi Nabi, bahwa Walid akan segera masuk Islam. Tetapi impian dan harapan ini tak pernah menjadi kenyataan. Kebanggaan atas diri sendiri membendung bisikan-bisikan hati nuraninya. Dia takut kehilangan kedudukannya sebagai pemimpin bangsa Quraisy. Kesangsian ini menghalanginya untuk menurutkan rayuan-rayuan hati nuraninya. Sayang sekali orang yang begini baik, akhirnya mati sebagai orang yang bukan Islam. <br />Suku Banu Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, Banu Muhzum lah yang mengurus gudang senjata dan gudang tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata bagi prajurit-prajurit. <br /><br />Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang bisa lebih dibanggakan seperti Banu Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap orang-orang Islam dilembah Abu Thalib, orang-orang Banu Makhzumlah yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu. <br /><br />Latihan Pertama <br />Kita tidak banyak mengetahui mengenai Khalid pada masa kanak-kanaknya. Tetapi satu hal kita tahu dengan pasti, ayah Khalid orang berada. Dia mempunyai kebun buah-buahan yang membentang dari kota Mekah sampai ke Taif. Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid bebas dari kewajiban-kewajibannya. <br /><br />Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar berdagang. Dia tidak usah bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya. Kehidupan tanpa suatu ikatan memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti kegemarannya. Kegemarannya ialah adu tinju dan berkelahi. <br />Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap sebagai tanda seorang Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar. Kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat. <br />Ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang yang terpandang dimata rakyat. Hal ini memberikan dorongan keras kepada Khalid untuk mendapatkan kedudukan terhormat, seperti ayah dan paman-pamanya. Satu-satunya permintaan Khalid ialah agar menjadi orang yang dapat mengatasi teman-temannya didalam hal adu tenaga. Sebab itulah dia menceburkan dirinya kedalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya kedalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang. <br /><br />Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa dia akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran. <br />Dari masa kanak-kanaknya dia memberikan harapan untuk menjadi ahli militer yang luar biasa senialnya.<br /> <br />Menentang Islam <br />Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan menonjol diantara teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat istimewa dalam hati rakyat. Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan penganut-penganut Islam. Kepercayaan baru itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat ber-berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri digaris paling depan dalam penggempuran terhadap kepercayaan baru ini. Hal ini sudah wajardan seirama dengan kehendak alam. <br /><br />Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran. Dia harus memperlihatkan kepada sukunya kwalitasnya sebagai pekelahi. <br /><br />Peristiwa Uhud <br />Kekalahan kaum Quraisy didalam perang Badar membuat mereka jadi kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas hati. Mereka merasa terhina. Rasa sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy telah meluncur masuk lumpur kehinaan Arang telah tercoreng dimuka orang-orang Quraisy. Mereka seolah-olah tidak bisa lagi mengangkat dirinya dari lumpur kehinaan ini. Dengan segera mereka membuat persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang terjadi di Badar. <br /><br />Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut merasakan pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan Uhud. Khalid dengan pasukannya bergerak ke Uhud dengan satu tekad menang atau mati. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud. <br />Sungguhpun kedudukan pertahanan baik, masih terdapat suatu kekhawatiran. Dibukit Uhud masih ada suatu tanah genting, dimana tentara Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga tanah genting ini, Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana jua pun jangan sampai meninggalkan pos masing-masing. <br /><br />Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahant-kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena kekalahan ini hati mereka menjadi kecil menghadapi keberanian orang-orang Islam. <br />Sungguh pun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka injak. <br /><br />Kekuatannya menjadi terpecah-pecah. Mereka lari cerai-berai. Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan yang menentukan. <br />Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas ditanah genting tidak tahan hati. Pasukan Islam tertarik oleh harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan posnya dan menyerbu kelapangan. <br /><br />Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ketanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang. <br />Dengan kecepatan yang tak ada taranya Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur orang Islam dipusat pertahanannya. Melihat Khalid telah masuk melalui tanah genting, orang-orang Quraisy yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid menyerbu dari belakang. Pemenang-pemenang antara beberapa menit yang lalu, sekarang telah terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi mereka menjadi gawat. <br /><br />Khalid bin Walid telah merobah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan lobang-lobang kelemahan pertahanan orang Islam. <br />Hanya pahlawan Khalidlah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy. <br /><br />Ketika Khalid bin Walid memeluk Islam Rasulullah sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat digunakan untuk membela Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan peperangan Islam Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukan hasil gemilang atas segala upaya jihadnya. Betapapun hebatnya Khalid bin Walid di dalam medan pertempuran, dengan berbagai luka yang menyayat badannya, namun ternyata kematianya diatas ranjang. Betapa menyesalnya Khalid harapan untuk mati sahid dimedan perang ternyata tidak tercapai dan Allah menghendakinya mati di atas tempat tidur, sesudah perjuangan membela Islam yang luar biasa itu. Demikianlah kekuasaan Allah. Manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya sesuai dengan kemaua-Nya. <br /><br />Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesiadr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-41268970829131639782010-05-16T05:44:00.000-07:002010-05-16T05:47:07.624-07:00Hudhayfa Ibnul Yaman - Seteru Kemunafikan, Kawan KeterbukaanPenduduk kota Madain berduyun-duyun keluar untuk menyambut kedatangan wali negeri mereka yang baru diangkat serta dipilih oleh Amirul Mu'minin Umar ra. Mereka pergi menyambutnya, karena lamalah sudah hati mereka rindu untuk bertemu muka dengan shahabat Nabi yang mulia ini, yang telah banyak mereka dengar mengenai keshalihan dan ketaqwaannya, begitu pula tentang jasa-jasanya dalam membebaskan tanah Irak. <br />Ketika mereka sedang menunggu rombongan yang hendak datang, tiba-tiba muncullah di hadapan mereka seorang laki-laki dengan wajah berseri-seri. Ia mengendarai seekor keledai yang beralaskan kain usang, sedang kedua kakinya teruantai ke bawah, kedua tangannya memegang roti serta garam sedang mulutnya sedang mengunyah. <br /><br />Demi ia berada di tengah-tengah orang banyak dan mereka tahu bahwa orang itu tidak lain dari Hudhayfa Ibnul Yaman, maka mereka jadi bingung dan hampir-hampir tidak percaya. Tetapi apa yang akan diherankan? Corak kepemimpinan bagaimana yang mereka nantikan sebagai pilihan Umar? Hal itu dapat difahami, karena baik di masa kerajaan Persi yang terkenal itu atau sebelumnya, tak pernah diketahui adanya corak pemimpin semulia ini. <br />Hudhayfa meneruskan perjalanan sedang orang-orang berkerumun dan mengelilinginya. Dan ketika dilihat bahwa mereka menatapnya seolah-olah menunggu amanat, diperhatikannya air muka mereka, lalu katanya, "Jauhilah oleh kalian tempat-tempat fitnah!" Ujar mereka, "Di manakah tempat-tempat fitnah itu wahai Abu Abdillah?" Ujarnya, "Pintu rumah para pembesar!" Seorang di antara kalian masuk menemui mereka dan mengiakan ucapan palsu serta memuji perbuatan baik yang tak pernah mereka lakukan!" <br /><br />Suatu pernyataan yang luar biasa di samping sangat mena'jubkan! Dari ucapan yang mereka dengar dari wali negeri yang baru ini, orang-orang segera beroleh kesimpulan bahwa tak ada yang lebih dibencinya tentang apa saja yang terdapat di dunia ini, begitupun yang lebih hina dalam pandangan matanya daripada kemunafikan. Dan pernyataan ini sekaligus merupakan ungkapan yang paling tepat terhadap kepribadian wali negeri baru ini, serta sistem yang akan ditempuhnya dalam pemerintahan. <br /><br />Hudhayfa Ibnu Yaman memasuki arena kehidupan ini dengan bekal tabi'at istimewa. Di antara ciri-cirinya ialah anti kemunafikan dan mampu melihat jejak dan gejalanya walau tersembunyi di tempat-tempat yang jauh sekalipun. Semenjak ia bersama saudaranya, Shafwan, menemani bapaknya menghadap Rasulullah SAW dan ketiganya memeluk Islam, sementara Islam menyebabkan wataknya bertambah terang dan cemerlang, maka sungguh, ia menjaganya secara teguh dan suci, serta tulus dan gagah berani dan diapndangnya sifat pengecut, bohong dan kemunafikan sebagai sifat yang rendah dan hina. <br /><br />Ia terdidik ditangan Rasulullah SAW dengan kalbu terbuka tak ubah bagai cahaya shubuh, hingga tak suatupun dari persoalan hidupnya yang tersembunyi. Tak ada rahasia terpendam dalam lubuk hatinya, seorang yang benar dan jujur, mencintai orang-orang yng teguh membela kebenaran, sebaliknya mengutuk orang-orang yang berbelit-belit dan riya, orang-orang culas bermuka dua! <br />Ia bergaul dengan Rasulullah SAW dan sungguh, tak ada lagi tempat baik di mana bakat Hudhayfa ini tumbuh subur dan berkembang sebagai halnya di arena ini, yakni dalam pengkuan agama Islam, di hadapan Rasulullah SAW dan di tengah-tengah golongan besar kaum perintis dari shahabat-shahabat Rasulullah SAW. Bakatnya ini benar-benar tumbuh menurut kenyataan, hingga ia berhasil mencapai keahlian dalam membaca tabi'at dan airmuka seseorang. Dalam waktu selintas kilas, ia dapat menebak airmuka dan tanpa susah payah akan mampu menyelidiki rahasia-rahasia yang tersembunyi serta simpanan yang terpendam. <br /><br />Kemampuannya dalam hal ini telah sampai kepada apa yang diinginkannya, hingga Amirul Mu'minin Umar r.a. yang dikenal sebagai orang yang penuh dengan inspirasi, seorang yang cerdas dan ahli, sering juga mengandalkan pendapat Hudhayfa, begitu pula ketajaman pandangannya dalam memilih tokoh dan mengenali mereka. Sungguh Hudhayfa telah dikaruniai fikiran jernih, menyebabkannya sampai pada suatu kesimpulan, bahwa dalam kehidupan ini sesuatu yang biak itu adalah yang jelas dan gamblang, yakni bagi orang yang betul-betul menginginkannya. Sebaliknya yang jelek ialah yang gelap atau samar-samar, dan karena itu orang yang bijaksana hendaklah mempelajari sumber-sumber kejahatan ini dan kemungkinan-kemungkinannya. <br /><br />Demikianlah Hudhayfa r.a terus menerus mempelajari kejahatan dan orang-orang jahat, kemunafikan dan orang-orang munafiq. Berkata ia, "Orang-orang menanyakan kepada Rasulullah SAW tentang kebaikan, tetapi saya menanyakan kepadanya tentang kejahatan, karena takut akan terlibat di dalamnya. Pernah kubertanya, 'Wahai Rasulullah, dulu kita berada dalam kejahiliyahan dan diliputi kejahatan, lalu Allah mendatangkan kepada kita kebaikan ini, apakah dibalik kebaikan ini ada kejahatan?' 'Ada', ujarnya. 'Kemudian apakah setelah kejahatan masih ada lagi kebaikan?' tanyaku pula. 'Memang, tetapi kabur dan bahaya.' 'Apakah bahaya itu?' 'Yaitu segolongan ummat mengikuti sunnah bukan sunnahku, dan mengikuti petunjuk bukan petunjukku. Kenalilah mereka olehmu dan laranglah.' " <br /><br />'Kemudian setelah kebaikan tersebut masihkan ada lagi kejahatan?' tanyaku pula. 'Masih,' ujar Nabi, 'Yakni para tukang seru di pintu neraka. Barangsiapa menyambut seruan mereka, akan mereka lemparkan ke dalam neraka!' Lalu kutanyakan kepada Rasulullah, 'Ya Rasulullah, apa yang harus saya perbuat bila saya menghadapi hal demikian?' Ujar Rasulullah, 'Senantiasa mengikuti jama'ah kaum muslimin dan pemimpin mereka!' 'Bagaimana kalau mereka tidak punya jama'ah dan tidak pula pemimpin?' 'Hendaklah kamu tinggalkan golongan itu semua, walau kamu akan tinggal dirumpun kayu sampai kamu menemui ajal dalam keadaan demikian!' <br /><br />Nah, tidakkah anda perhatikan ucapannya, "Orang-orang menanyakan kepada Rasulullah SAW tentang kebaikan, tetapi saya menanyakan kepadanya tentang kejahatan, karena takut akan terlibat di dalamnya." Hudhayfa Ibnu Yaman menempuh kehidupan ini dengan mata terbuka dan hati waspada terhadap sumber-sumber fitnah dan liku-likunya demi menjaga diri dan memperingatkan manusia terhadap bahayanya. Dengan demikian ia menganalisa kehidupan dunia ini dan mengkaji pribadi orang serta meraba situasi. Semua masalah itu diolah dan digodok dalam akan fikirannya lalu dituangkan dalam ungkapan seorang filosof yang 'arif dan bijaksana. <br /><br />Berkatalah ia, "Sesungguhnya Allah Ta'ala telah membangkitkan Muhammad SAW, maka diserunya manusia dari kesesatan kepada kebenaran, dari kekafiran kepada keimanan. Lalu yang menerima mengamalkannyalah, hingga dengan kebenaran itu yang mati menjadi hidup, dan dengan kebatilan yang hidup menjadi mati! Kemudian masa kenabian berlalu, dan datang masa kekhalifahan menurut jejak beliau, dan setelah itu tiba zaman kerajaan durjana." <br />Di antara manusia ada yang menerima, baik dengan hati maupun dengan tangan serta lisannya, maka merekalah yang benar-benar menerima yang haq. Dan di antara mereka ada yang menentang, baik dengan hati maupun dengan tangan serta lisannya, maka merekalah yang benar-benar menentang yang haq. Dan di antara mereka ada yang menentang dengan hati dan lisannya tanpa mengikut sertakan tangannya, maka golongan ini telah meninggalkan suatu cabang dari yang haq. <br /><br />Dan apapula yang menentang dengan hatinya semata, tanpa mengikut sertakan tangan dan lisannya, maka golongan ini telah meninggalkan dua cabang dari yang haq. Dan adapula yang tidak menentang, baik dengan hati maupun dengan tangan serta lisannya, maka golongan ini adalah mayat-mayat bernyawa. <br />Ia juga berbicara tentang hati, dan mengenai kehidupannya yang beroleh petunjuk dan yang sesat, katanya, "Hati itu ada empat macam: Hati yang tertutup, itulah dia hati orang kafir. Hati yang dua muka, itulah dia hati orang munafiq. Hati yang suci bersih, di sana ada pelita yang menyala, itulah dia hati orang yang beriman. Dan hati yang berisi keimanan dan kemunafikan. Tamsil keimanan itu adalah laksana sebatang kayu yang dihidupi air yang bersih, sedang kemunafikan itu tak ubahnya bagai bisul yang diairi darah dan nanah. Maka mana di antara keduanya yang lebih kuat, itulah yang menang." <br /><br />Pengalaman Hudhayfa yang luas tentang kejahatan dan ketekunannya untuk melawan dan menentangnya, menyebabkan lidah dan kata-katanya menjadi tajam dan pedas. Hal ini diakuinya kepada kita secara ksatria, katanya, "Saya datang menemui Rasulullah SAW, kataku padanya, 'Wahai Rasulullah, lidahku agak tajam terhadap keluargaku, dan saya khawatir kalau-kalau hal itu akan menyebabkan saya masuk neraka.' Maka ujar Rasulullah SAW, 'Kenapa kamu tidak beristighfar?' 'Sungguh, saya beristighfar kepada Allah tiap hari seratus kali.' " Nah inilah dia Hudhayfa musuh kemunafikan dan shahabat keterbukaan. Dan tokoh semacam ini pastilah imannya teguh dan kecintaannya mendalam. Demikianlah pula halnya Hudhayfa, dalam keimanan dan kecintaannya. Disaksikannya bapaknya yang telah beragama Islam tewas di perang Uhud, dan ditangan srikandi Islam sendiri yang melakukan kekhilafan karena menyangkanya sebagai orang musyrik. <br /><br />Hudhayfa melihat dari jauh pedang sedang dihujamkan kepada ayahnya, ia berteriak, "Ayahku.. ayahku... Jangan ia ayahku.." Tetapi qadla Allah telah tiba. Dan ketika kaum muslimin mengetahui hal itu, merekapun diliputi suasana duka dan sama-sama membisu. Tetapi sambil memandangi mereka dengan sikap kasih sayang dan penuh pengampunan, katanya, "Semoga Allah mengampuni tuan-tuan, Ia adalah sebaik-baik Penyayang." <br />Kemudian dengan pedang terhunus ia maju ke daerah tempat berkecamuknya pertempuran dan membaktikan tenaga serta menunaikan tugas kewajibannya. Akhirnya peperanganpun usailah dan berita tersebut sampai ke telinga Rasulullah SAW. Maka disuruhnya membayar diyat atas terbunuhnya ayahanda Hudhayfa (Husail bin Yabir) yang ternyata ditolak oleh Hudhayfa ini dan disuruh membagikannya kepada kaum muslimin. Hal itu menambah sayang dan tingginya penilaian Rasulullah terhadap dirinya. <br /><br />Keimanan dan kecintaan Hudhayfa tidak kenal lelah dan lemah, bahkan juga tidak kenal mustahil. Sewaktu perang Khandaq, yakni setelah merayapnya kegelisahan dalam barisan kafir Quraisy dan sekutu-sekutu mereka dari golongan Yahudi, Rasulullah SAW bermaksud hendak mengentahui perkembangan terakhir di lingkungan perkemahan musuh-musuhnya. <br />Ketika itu malam gelap gulita dan menakutkan, sementara angin topan dan badai meraung dan menderu-deru, seolah-olah hendak mencabut dan menggulingkan gunung-gunung sahara yang berdiri tegak ditempatnya. Dan suasana di kala itu mencekam hingga menimbulkan kebimbangan dan kegelisahan, mengundang kekecewaan dan kecemasan, sementara kelaparan telah mencapai saat-saat yang gawat di kalangan para shahabat Rasulullah SAW. <br /><br />Maka siapakah ketika itu yang memiliki kekuatan apapun kekuatan itu yang berani berjalan ke tengah-tengah perkemahan musuh di tengah-tengah bahaya besar yang sedang mengancam, menghantui dan memburunya, untuk secara diam-diam menyelinap ke dalam, yakni untuk menyelidiki dan mengetahui keadaan mereka? Maka Rasulullah yang memilih di antara para shahabatnya, orang yang akan melaksanakan tugas yang amat sulit ini, dan tahukah anda, siapa kiranya pahlawan yang dipilihnya itu? Itulah Hudhayfa Ibnu Yaman. <br /><br />Ia dipanggil oleh Rasulullah SAW untuk melakukan tugas, dan dengan patuh dipenuhinya. Dan sebagai bukti kejujurannya, ketika ia mengisahkan peristiwa tersebut dinyatakannya bahwa ia mau tak mau harus menerimanya. Hal itu menjadi petunjuk, bahwa sebenarnya ia takut menghadapi tugas yang dipikulkan atas pundaknya serta khawatir akan akibatnya. Apalagi bila diingat bahwa ia harus melakukannya dalam keadaan lapar dan timpaan hujan es, serta keadaan jasmaniah yang amat lemah, sebagai akibat pengepungan orang-orang musyrik selama satu bulan atau lebih. <br /><br />Dan sungguh, peristiwa yang dialami oleh Hudhayfa malam itu, amat mena'jubkan sekali. Ia telah menempuh jarak yang terbentang di antara kedua perkemahan dan berhasil menembus kepungan, lalu secara diam-diam menyelinap ke perkemahan musuh. Ketika itu angin kencang telah memadamkan alat-alat penerangan fihak lawan hingga mereka berada dalam gelap gulita, sementara Hudhayfa ra telah mengambil tempat di tengah-tengah prajurit musuh itu. <br />Abu Sufyan, yakni panglima besar Quraisy, takut kalau-kalau kegelapan malam itu dimanfaatkan oleh mata-mata kaum muslimin untuk menyusup ke perkemahan mereka. Maka iapun berdirilah untuk memperingatkan anak buahnya. Seruan yang diucapkan dengan keras kedengaran oleh Hudhayfa dan bunyinya sebagai berikut, "Hai segenap golongan Quraisy, hendaklah masing-masing kalian memperhatikan kawan duduknya dan memegang tangan serta mengetahui siapa namanya." <br /><br />Kata Hudhayfa, "Maka segeralah saya menjabat tangan laki-laki yang duduk di dekatku, kataku kepadanya, 'Siapa kamu ini?' Ujarnya, 'Si Anu anak si Anu.' Demikianlah Hudhayfa mengamankan kehadirannya di kalangan tentara musuh itu hingga selamat. Abu Sufyan mengulangi lagi seruan kepada tentaranya, katanya, "Hai orang-orang Quraisy, kekuatan kalian sudah tidak utuh lagi, kuda-kuda kita telah binasa, demikian juga halnya unta." <br />"Bani Quraidhah telah pula mengkhianati kita hingga kita mengalami akibat yang tidak kita inginkan. Dan sebagaimana kalian saksikan sendiri, kita telah mengalami bencana angin badai, periuk-periuk berpelantingan, api menjadi padam dan kemah-kemah berantakan. Maka berangkatlah kalian sayapun akan berangkat." Lalu ia naik ke punggung untanya dan mulai berangkat, diikuti dari belakang oleh tentaranya. Kata Hudhayfa, "Kalau tidaklah pesan Rasulullah SAW kepada saya agar saya tidak mengambil sesuatu tindakan sebelum menemuinya lebih dulu, tentulah saya bunuh Abu Sufyan itu dengan anak panah." <br /><br />Hudhayfa kembali kepada Rasulullah SAW dan menceritakan keadaan musuh, serta menyampaikan berita gembira itu. Barangsiapa yang pernah bertemu muka dengan Hudhayfa dan merenungkan buah fikiran dan hasil filsafatnya serta tekunnya untuk mencapai ma'rifat, tak mungkin akan mengharapkan daripadanya sesuatu kepahlawanan di medan perang atau pertempuran. <br />Tetapi anehnya dalam bidang inipun Hudhayfa melenyapkan segala dugaan itu. Laki-laki santri yang teguh beribadat dan pemikir ini, akan menunjukkan kepahlawanan yang luar biasa di kala ia menggenggam pedang menghadapi tentara berhala dan pembela kesesatan. Cukuplah sebagai bukti bahwa ia merupakan orang ketiga atau kelima dalam deretan tokoh-tokoh terpenting pada pembebasan seluruh wilayah Irak. Kota-kota Hamdan, Rai dan Dainawar, selesai pembebasannya di bawah komando Hudhayfa. <br /><br />Dan dalam pertempuran besar Nahawand, di mana orang-orang Persi berhasil menghimpun 150 ribu tentara, Amirul Mu'minin Umar memilih sebagai panglima Islam Nu'man bin Muqarrin, sedang kepada Hudhayfa dikirimnya surat agar ia menuju tempat itu sebagai komandan dari tentara Kufah. Kepada para pejuang itu Umar mengirimkan surat, katanya, "Jika kaum muslimin telah berkumpul, maka masing-masing panglima hendaklah mengepalai anak buahnya, sedang yang akan menjadi panglima besar ialah Nu'man bin Muqarrin. Dan seandainya Nu'man tewas, maka panji-panji komando hendaklah dipegang oleh Hudhayfa, dan kalau ia tewas pula maka oleh Jarir bin Abdillah." <br /><br />Amirul Mu'minin masih menyebutkan beberapa nama lagi, ada tujuh orang banyaknya yang akan memegang pimpinan tentara secara berurutan. Dan kedua pasukanpun berhadapanlah. Pasukan Persi dengan 150 ribu tentara, sedang Kaum Muslimin dengan 30 ribu orang pejuang, tidak lebih. Perang berkobar, suatu pertempuran yang tak ada tolak bandingnya, perang terdasyat dan paling sengit dikenal oleh sejarah. <br />Panglima besar kaum muslimin gugur sebagai syahid, Nu'man bin Muqarrin tewaslah sudah. Tetapi sebelum bendera kaum muslimin menyentuh tanah, panglima yang baru telah menyambutnya dengan tangan kanannya, dan angin kemenanganpun meniup dan menggiring tentara maju ke muka dengan semangat penuh dan keberanian luar biasa. Dan panglima yang bru itu tiada lain dari Hudhayfa Ibnul Yaman. Bendera segera disambutnya, dan dipesankannya agar kematian Nu'man tidak disiarkan, sebelum peperangan berketentuan. Lalu dipanggilnya Na'im bin Muqarrin dan ditempatkan pada kedudukan saudaranya Nu'man, sebagai penghormatan kepadanya. <br /><br />Dan semua itu dilaksanakannya dengan kecekatan, bertindak dalam waktu hanya beberapa saat, sedang roda peperangan berputar cepat, kemudian bagai angin puting beliung ia maju menerjang barisan Persi sambil menyerukan, "Allahu Akbar, Ia telah menepati janji-Nya, Allahu Akbar, telah dibela-Nya tentara-Nya". Lalu diputarlah kekang kudanya ke arah anak buahnya, dan berseru, "Hai ummat Muhammad SAW, pintu-pintu surga telah terbuka lebar, siap sedia menyambut kedatangan tuan-tuan, jangan biarkan ia menunggu lebih lama, Ayolah wahai pahlawan-pahlawan Badar, Majulah pejuang-pejuang Uhud, Khandaq dan Tabuk." Dengan ucapan-ucapannya itu Hudhayfa telah memelihara semangat tempur dan ketahanan anak buahnya, jika tak dapat dikatakan telah menambah dan melipat gandakannya. Dan kesudahannya perang berakhir dengan kekalahan pahit bagi orang-orang Persi, suatu kekalahan yang jarang ditemukan bandingannya.dr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-91567504329418001672010-05-16T05:41:00.000-07:002010-05-16T05:43:14.915-07:00Hafshah Binti Umar - Profil Seorang Shahabiah yang Teguh dan SabarBeliau adalah ummul mukminin yang gemar berpuasa dan shalat. Ibunya adalah Zainab binti Madh'un binti Hasib. Hafshah adalah istri dari sahabat Khunais bin Khudzafah Al Sahmi yang ikut hijrah ke Habsyah dan Madinah. Khunais syahid pada perang Uhud. Ketika itu Hafshah berusia 18 tahun. Meski hidup dirundung duka, namun keimanan dan keteguhan hati Hafshah dapat meredam segala yang terjadi dan menerpa pada dirinya. Ia menyadari benar bahwa semua adalah takdir dari-Nya. Kesabaran, ketabahan, sikap hidup qanaah dan wara' Hafshah selalu menyelimuti pribadinya. Umar sebagai ayah dari sahabiah yang dijuluki shawwamah (selalu puasa) dan qawwamah (selalu bangun malam) ini, beliau berusaha mencarikan teman hidupnya yang cocok. Beliau berangan jika Hafshah dipertemukan oleh Allah dengan sahabat Utsman bin Affan ra. Karena Utsman juga senasib dengan Hafshah. Utsman telah ditinggal oleh istrinya yang tercinta Ruqayyah binti Rasulullah SAW. <br /><br />Selain itu Ustman adalah sahabat Rasulullah yang terdekat. Beliau terkenal dengan julukan Al Faruq. Akan tetapi Allah menghendaki lain, meski Umar, Sang Ayah, berkeinginan keras agar Hafshah dapat dipertemukan dengan Utsman ra. namun ternyata Utsman menyatakan ketidaksanggupannya dengan halus. Selain Utsman, Abu Bakar juga diberi tawaran untuk mempersunting sahabiah Hafshah ini. Namun, ternyata belum juga dikehendaki oleh Allah. Barangkali, disinilah hikmah-Nya yang sangat agung. Bahwa di setiap kesusahan pasti akan datang kemudahan. Dan apa yang belum digenggam di tangan manusia di saat ini, barangkali akan diganti oleh Allah dengan yang lebih baik di hari depan. <br /><br />Sebagai seorang ayah, sahabat Umar tetap berusaha mencarikan pasangan hidup yang serasi untuk shahabiah Hafshah. Setelah beberapa langkah ia tempuh dan Allah belum membukakan jalan, akhirnya semua diadukan kepada Rasulullah SAW. Dari Rasulullah inilah hati Umar merasa tenteram. Dahaga yang diresahkan Umar, disiram dengan kesejukan kata mulia dari makhluk Allah yang paling mulia, Rasulullah SAW. Rasulullah berkata, bahwa Hafshah akan menikah dengan yang lebih baik dari Utsman. Dan Utsman akan menikah dengan yang lebih baik dari Hafshah. <br /><br />Dan benar, akhirnya Allah mempertemukan sahabiah Hafshah dengan manusia teragung di dunia ini, Rasulullah SAW. Hal ini belum pernah terbayangkan oleh Hafshah, bahkan Umar sendiri sebagai ayahnya. Itulah buktinya lagi bahwa kesabaran dapat menjanjikan sejuta kesenangan di hari depan, yang tidak pernah terlintas di benak manusia. Semua barangkali karena manusia hanya mampu melihat segala yang kasat mata, sementara kaca mata Ilahi lebih tajam dari apa yang ada di sisi manusia. Disitulah juga letak 'ibrah (pelajaran) bagi kita semua. Kita tentunya ingat pada suatu kaidah yang mengatakan bahwa al 'ibratu bi 'umum al lafdzi la bikhushush al sababi; pelajaran dilihat dari generalisasi lafadznya, bukan dari spesifikasi sebab yang terjadi. <br /><br />Ya, ini adalah sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua kaum muslimin. Bahkan bagi semua lapisan nilai-nilai fitrah kemanusiaan (humanisme) umumnya, yang kerap kali didengung-dengungkan oleh komunitas moderen. Lihatlah, bagaiamana masyarakat Islam merasa bertanggungjawab sekali terhadap kondisi masyarakat dalam strata sosial apapun, sampai kondisi ditinggalnya sang istri oleh sang suami atau sebaliknya. Barangkali, kondisi semacam ini dalam jangkauan undang-undang masyarakat moderen, tanggung jawab sepenuhnya dilimpahkan kepada modin atau kantor urusan agama. Lihatlah masyarakat Islam percontohan generasi pertama ini. Lihatlah bagaimana Rasulullah juga ikut campur dalam permasalahan ini. Bahkan berusaha mencarikan solusi yang tepat terhadap permasalahan ini. <br /><br />Semua berangkat dari kesadaran bahwa bangunan masyarakat tidak akan terjalin kokoh kalau tidak dimulai dari bangunan keluarga yang shalih. Dan manusia yang paling bertanggung jawab terhadap kecemerlangan generasi pertama ini adalah Rasulullah SAW. Maka apapun yang terjadi, beliaulah yang pertama kali berani mengorbankan segala kepentingan pribadinya. Pesan Rasulullah senantiasa terngiang di telinga sayyidah Aisyah ketika beliau berkata, "Telah lewat masa tidur kita wahai Aisyah." Ini menunjukkan sikap Rasulullah yang sangat agung, dengan mendahulukan kepentingan ummat dari kepentingan pribadi. Itulah makanya, berdasar perintah Allah, akhirnya Rasulullah memperistri Hafshah ra. Dari sinilah Hafshah mendapat semangat hidup yang prima, karena didampingi oleh manusia yang paling mulia; Rasulullah SAW. <br /><br />Semangat hidup tersebut sangat nampak sekali setelah beliau hidup di tengah-tengah rumah Rasulullah SAW. yang dibuktikan dengan potensi iman, akhlak dan akal yang sangat dibanggakan. Sebagaimana yang makruf, bahwa rumah Rasulullah adalah rumah kenabian. Rumah Rasulullah adalah rumah ilmu. Rumah Rasulullah adalah rumah Al Quran. Maka istri-istri nabi senantiasa menghidupkan karakter kehidupan rumah Rasulullah dengan semangat ilmu, semangat ibadah dan semangat amal yang tinggi tersebut. <br /><br />Bahkan diantara istri-istri nabi mempunyai kelebihan-kelebihan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Hafsah sendiri terkenal sebagai sahabiah yang terkenal banyak meriwayatkan hadits Rasulullah SAW, hingga wafatnya. Bahkan diriwayatkan bahwa Abdullah bin Umar sendiri yang selalu meniru segala jejak dan amal Rasululllah, selalu menjadikan Hafshah sebagai rujukan, tempat bertanya tentang hadits yang beliau tidak ketahui. Dari segi ibadahnya sahabiah Hafshah ini terkenal dengan julukan al shawwamah al qawwamah (yang senantiasa puasa dan bangun malam). (Lihat al Ishabah fi al Tamyiz al Shahabah:4/265). <br /><br />Ketika Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, pada awal kekhalifahan beliau terjadi fenomena kemurtadan yang cukup riskan, terutama mereka yang belum kuat imannya.. Bahkan mengganggu stabilitas masyarakat Islam yang baru ditinggal oleh Rasulullah SAW. Di daerah Nejed dan Yaman banyak kaum muslimin yang melepaskan diri dari keislamannya dan menolak membayar jizyah. Maka diutuslah pasukan untuk menyelesaikan permasalahan ini oleh Abu Bakar . Dan terjadilah peperangan yang cukup hebat, setelah beberapa peringatan yang disampaikan kepada mereka agar kembali kepada Islam. <br /><br />Tentara Islam yang ikut dalam operasi ini mereka banyak dari para penghafal Al Quran. Dalam peperangan ini telah gugur sebanyak 70 sahabat penghafal Al-Quran. Bahkan dalam suatu riwayat diceritakan bahwa sebelum peperangan itu terjadi, telah gugur para penghafal Al Quran dengan jumlah yang sama ketika di Bi'ru Ma'unah, dekat kota Madinah. Maka dari itu Umar ra. khawatir kalau sahabat para penghafal Al Quran yang lain, yang masih hidup, juga akan gugur. Kemudian beliau datang kepada Abu Bakar ra. memusyawarahkan hal ini. Umar mengusulkan agar Al Quran yang ada dikumpulkan, demi menjaga kemusnahan. <br /><br />Dalam pengumpulan Al Quran ini sahabat yang bertanggung jawab adalah Zaid bin Tsabit. Ia bekerja sangat teliti dan hati-hati. Dan, terkumpullah Al Quran tersebut dalam satu mushaf. Mushaf tersebut akhirnya dipercayakan pemeliharaannya kepada sahabiah Hafshah ra., yang akhirnya dikenal dengan nama mushaf Hafshah. Beliaulah sang pemelihara Al Quran, selama 10 tahun hingga datang masa Utsman ra menjabat sebagai khalifah. Pada masa Utsman mushaf Hafshah diperbanyak kembali dan disebarkan ke seluruh wilayah kekuasaan kaum muslimin untuk menyatukan bacaan. <br /><br />Begitu besarnya peran Hafshah terhadap ummat Islam. Dan begitu agungnya nilai kesabaran dan keteguhannya, hingga membawa beliau kepada kedudukan yang sungguh sangat mulia; sebagai pendamping Rasululullah (tergolong dari istri nabi yang kelima selain Ummi Habibah, Ummi Salmah, Aisyah dan Saudah binti Zam'ah), sebagai sumber rujukan ilmu dan sebagai pemelihara Al Quran. Dan benar, bahwa hasil dari kesabaran lebih manis dari madu (ahla min al'asal) meskipun rasa awalnya lebih pahit dari bratawali. Wallahu yahdi ila sawa al sabil. wahuwa ahkam wa 'alam. <br /><br />Ade Isnaena, Lc. - Sabiluna Onlinedr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-17342973963588418802010-05-16T05:39:00.000-07:002010-05-16T05:40:41.436-07:00Abu Ubaidah Bin Jarrah - Pemegang Amanat Umat Dan RasulullahRasulullah saw pernah bersabda yang maksudnya, "Setiap umat mempunyai sumber kepercayaan, sumber kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah." Itulah penghargaan bintang mahaputra yang diterima oleh Abu Ubaidah dari Rasulullah saw. Penghargaan yang tidak diberikan Rasulullah kepada sahabat yang lainnya. Tapi ini bukan berarti, bahwa Rasulullah saw tidak percaya kepada sahabat yang lainnya. Memang kalau dilihat dari kenyataan yang ada Abu Ubaidah layak mendapatkan gelar seperti itu. Sekalipun ia tidak mengharapkannya. Dari sosok tubuhnya yang tinggi, kurus tapi bersih, tampak disana tersimpan sifat-sifat mulia yang tidak dimiliki orang lain. Jujur, tawadu', pemalu itulah diantara sifat yang paling menonjol dari Abu 'Ubaidah bin Jarrah r.a. Muhammad bin Ja'far pernah bercerita, suatu ketika datang rombongan Nasrani Najran menemui Rasulullah saw. "Ya Abalqasim," kata utusan itu, "Datangkanlah utusanmu ke negeri kami untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang kami hadapi. Kami betul-betul ridha dan yakin terhadap kaum muslimin." Rasulullah menyanggupinya dan menjanjikan kepada mereka seraya berkata, "Esok hari aku akan mengutus bersama kalian seorang yang benar-benar terpercaya, benar-benar terpercaya, benar-benar terpercaya." Rasululah menyebut "amin" (terpercaya) sampai diulanginya tiga kali.<br />Tak lama kemudian beritapun tersebar ditengah-tengah para sahabat ra. Masing-masing ingin ditunjuk oleh Rasulullah saw menjadi utusan. <br /><br />Umar ra mengungkapkan, "Aku benar-benar mengharap agar aku ditunjuk Rasulullah saw untuk menduduki jabatan itu. Aku sengaja mengangkat kepalaku agar beliau bisa melihatku dan mengutusku untuk menduduki jabatan yang diamanatkannya. Rasul masih tetap mencari seseorang, sehingga beliau melihat Abu Ubaidah dan berkata, "Wahai Abu Ubaidah, pergilah engkau bersama-sama dengan penduduk Najran. Jalankan hukum-hukum dengan penuh kebenaran terhadap segala apa yang mereka perselisihkan." Itulah mulianya ahklak Abu Ubaidah bin Jarrah. <br /><br />Masuk kedalam shaff da'wah Islamiyah. <br />Setelah Abu Bakar masuk Islam, dia senantiasa mengajak kawan-kawan dekatnya untuk mengikuti jejaknya. Keislaman beliau adalah atas ajakan Abu Bakar. Suatu ketika ia sadar dan memahami apa yang dimaksudkan Abu Bakar terhadap dirinya. Akhirnya dia berangkat bersama Abdurrahman bin 'Auf, Ustman bin Maz'un dan Arqam bin Abi Arqam untuk menemui Rasulullah saw. Di depan Rasulullah saw mereka sama-sama mengucapkan kalimat syahadah. <br /><br />Pengorbanan <br />Setelah masuknya Abu Ubaidah dalam Islam. Ia sadar betul bahwa seluruh apa yang dia miliki harus sepenuhnya diberikan untuk Islam. Bukan setengah atau pun sebahagiannya. Harta, tenaga dan raga beliau persembahkan untuk Islam. Kalau Islam meminta hartanya akan dia infakkan, kalau tenaganya yang dibutuhkan, akan diberikan, bahkan kalaupun nyawa yang akan di minta itupun akan dikorbankan. Dia adalah seorang pemuda yang gagah berani yang sangat ditakuti oleh musuh-musuhnya dan sulit sekali untuk di kalahkan. <br /><br />Setiap musuh mendekatinya pasti lehernya dipenggal. Itulah keistimewaan sahabat yang satu ini, hasil dari binaan madrasah Rasulullah saw. Ini bisa terlihat di dalam perjuangannya membela Islam. Dimana saat terjadinya perang Badar, Abu Ubaidah tampil kedepan, memerangi tentara musyrikin. Tatkala Abu Ubaidah lagi berhadapan dengan musuh, tiba-tiba ia dikejutkan oleh seorang lelaki yang mengasuhnya sejak kecil. Ayah kandungnya yang masih musyrik. Sebelumnya dia sudah berusaha agar jangan ketemu bapaknya ditengah-tengah kancah peperangan. <br /><br />Tapi apa hendak dikata, peperangan saat itu bukanlah peperangan antara Qabilah atau peperangan yang hanya untuk mempertahankan status quo. Akan tetapi adalah peperangan antara hizbullah(tentara Allah) dengan hizb syaithan (tentara musuh), peperangan antara yang haq dengan bathil, yang tidak mungkin disatukan selama matahari masih terbit dari sebelah timur. Akhirnya? dengan keimanan yang menyala-nyala terjadilah perlawanan antara sang anak dengan ayah, yang berakhir dengan gugurnya ayah kandung di depan matanya sendiri. <br /><br />Setelah peristiwa tersebut Allah menurunkan firmannya: <br />"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung." (QS Al Mujadilah: 22). <br /><br />Itulah Abu Ubaidah bin Jarrah, yang betul-betul menyerahkan hidup beliau sepenuhnya untuk Islam. Dia tidak menghiraukan sanak famili ataupun kaum kerabat, kalau Islam yang berbicara tidak bisa ditawar-tawar lagi, yang bathil tidak mungkin didirikan diatas yang haq ataupun sebaliknya, semuanya harus tunduk pada aturan yang satu sekalipun itu tidak sesuai dengan kehendak hatinya. Waktu terjadinya perang Uhud, dimana pihak tentara muslimin ketika itu mengalami kekalahan. Datang diantara tentara musyrikin diikuti dengan teriakan, "Mana yang namanya Muhammad?! Mana yang namanya Muhammad? Biar saya bunuh dia." Suara itu di dengar Abu Ubaidah bin Jarrah dan sahabat-sahabat lainnya, akhirnya mereka mencari Rasulullah saw dan mengelilinginya. Bila musuh datang merekalah sebagai bentengnya. <br /><br />Di saat peperangan lagi berkecamuk, Rasulullah saw sempat terjatuh sehingga gigi depannya retak, keningnya luka, pipinya kena dua mata rantai perisai. Melihat keadaan seperti itu, Abu Bakar kasihan dan ingin mencabutnya, tapi ia dicegah Abu Ubaidah bin Jarrah. "Biarkan itu bagian saya," pintanya. Abu Ubaidah tahu kalau ini di cabut dengan tangan Rasulullah pasti kesakitan, akhirnya dia mencoba mencabutnya dengan gigi depannya. Disaat mata rantai pertama tercabut, giginya masih utuh dan kuat, namun ketika mencabut mata rantai kedua giginya pun ikut tercabut juga. Subhanallah. Saat itu Abu Bakar berkata, "Sebaik-baik gigi yang terputus, itulah gigi Abu Ubaidah bin Jarrah." <br /><br />Perjuangan <br />Jabir bin Abdullah pernah bercerita, "Suatu ketika Rasullah saw.mengutus kami dalam suatu peperangan yang dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Kami hanya dibekali sekarung korma untuk tiga ratus orang. Padahal perjalanan sungguh jauh dan melewati padang pasir yang luas dan tandus. Di tengah-tengah perjalanan, disaat tentara sudah mulai lapar, Abu Ubaidah membagi-bagikan makanan untuk satu orang satu genggam korma. Namun disaat bekal sudah mulai habis Abu Ubaidah membagi-baginya dengan satu korma untuk satu orang. <br /><br />Korma yang satu itulah diisap-isap airnya sehingga menambah semangat kami dalam melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian bekalpun habis, badan terasa letih, capek dan lapar. Namun perjalanan masih jauh. Akhirnya kamipun memilih jalan dekat pantai. Tiba-tiba disaat kami betul-betul lapar, kami memperdapati ikan besar yang sudah mati, mula-mula Abu Ubaidah melarang kami untuk memakannya. Akan tetapi, karena keadaan sudah memaksa akhirnya kamipun memakannya, setelah itu kami melanjutkan perjalanan." <br /><br />Perjuangan Abu Ubaidah bin Jarrah nampak juga kita lihat dari perkataan Umar bin Khattab. Pada suatu kesempatan Umar bin Khattab mengajukan pertanyaan kepada para sahabat, "Tunjukkan kepada saya cita-cita tertinggi kalian." Salah seorang dari mereka mengacungkan tangan dan berkata, "Wahai Amirulmukminin sekiranya rumah ini penuh dengan emas, akan saya infakkan seluruhnya untuk jalan Allah." <br />Umarpun mengulangi pertanyaannya, "Apa masih ada yang lebih baik dari itu?", lantas sahabat yang lainpun menjawab, "Wahai Amirulmukminin sekiranya rumah ini dipenuhi dengan intan, emas dan permata, niscaya akan saya infakkan seluruhnya untuk Allah." Umar bin Khattab kembali bertanya dengan lafadh yang sama. Merekapun serentak menjawab, "Wahai Amirulmukminin kami tidak tahu lagi apa yang terbaik dari itu." Umar bin Khathab kemudian menjelaskan, "Cita-cita yang terbaik adalah, seandainya ruangan ini Allah penuhi dengan pejuang muslim seperti Abu Ubaidah bin Jarrah yang jujur, adil dan bijaksana." <br /><br />Menjelang wafatnya, Khalifah Umar pernah berkata, "Kalau Abu Ubaidah masih hidup maka aku akan menunjuknya sebagai khalifah penggantiku. Dan bila kelak Allah swt bertanya tentang apa sebabnya, maka aku akan menjawabnya, 'Aku memilih dia karena dia seorang pemegang amanat umat dan pemegang amanat Rasulullah.'" <br />Demikianlah sosok kepribadian sahabat kita yang satu ini. Ia tidak pernah mundur dalam memperjuangkan kesucian Islam. Tenaga, harta, waktu, dan jiwanya ia korbankan demi Islam dan kejayaan umatnya. Radhiyallahu 'anhu wardhahu. <br /><br />Dikutip dari : <br /><br />· Wahidin Rambe - Sabiluna Online <br />· Bulletin Al-Maidah, 29 Shaffar 1418dr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-90999309537239752322010-05-16T05:38:00.001-07:002010-05-16T05:38:52.894-07:00Abu Hurairah yang kerap kelaparanAkrab Dengan Kelaparan<br />Tokoh kita ini biasa berpuasa sunah tiga hari setiap awal bulan Qamariah (bulan Arab dalam penanggalan Hijri), mengisi malam harinya dengan membaca Al-Quran dan salat tahajud. Akrab dengan kemiskinan, dia sering mengikatkan batu ke perutnya, guna menahan lapar. Dalam sejarah ia dikenal paling banyak meriwayatkan hadis. Dialah Bapak Kucing Kecil (Abu Hurairah), begitu orang mengenalnya. <br />"Aku sudah dengar pergunjingan kalian. Kata kalian, Abu Hurairah terlalu banyak meriwayatkan hadis Nabi. Padahal, para sahabat muhajirin dan anshar sendiri tak ada yang meriwayatkan hadis Nabi sebanyak yang dituturkan Abu Hurairah. Ketahuilah, saudara-saudaraku dari kaum muhajirin disibukkan dengan perniagaan mereka di pasar. Sementara saudara-saudaraku dari anshar disibukkan dengan kegiatan pertanian mereka. Dan aku seorang papa, termasuk golongan kaum miskin shuffah (yang tinggal di pondokan masjid). Aku tinggal dekat Nabi untuk mengisi perutku. Aku hadir (di samping Nabi) ketika mereka tidak ada, dan aku selalu mengingat-ingat ketika mereka melupakan." <br /><br />Abu Hurairah adalah sahabat yang sangat dekat dengan Nabi. Ia dikenal sebagai salah seorang ahli shuffah, yaitu orang-orang papa yang tinggal di pondokan masjid (pondokan ini juga diperuntukkan buat para musafir yang kemalaman). Begitu dekatnya dengan Nabi, sehingga beliau selalu memanggil Abu Hurairah untuk mengumpulkan ahli shuffah, jika ada makanan yang hendak dibagikan. <br />Karena kedekatannya itu, Nabi pernah mempercayainya menjaga gudang penyimpan hasil zakat. Suatu malam seseorang mengendap-endap hendak mencuri, tertangkap basah oleh Abu Hurairah. Orang itu sudah hendak dibawa ke Rasulullah. "Ampun tuan, kasihani saya," pencuri itu memelas. "Saya mencuri ini untuk menghidupi keluarga saya yang kelaparan." <br /><br />Abu Hurairah tersentuh hatinya, maka dilepasnya pencuri itu. "Baik, tapi jangan kamu ulangi perbuatanmu ini." <br />Esoknya hal ini dilaporkan kepada Nabi. Nabi tersenyum. "Lihat saja, nanti malam pasti ia kembali." <br />Benar pula, malam harinya pencuri itu datang lagi. "Nah, sekarang kamu tidak akan kulepas lagi." Sekali lagi, orang itu memelas, hingga Abu Hurairah tersentuh hatinya. Tapi, ketika hal itu dilaporkan kepada Nabi, kembali beliau mengatakan hal yang sama. "Lihat saja, orang itu akan kembali nanti malam." <br /><br />Ternyata pencuri sialan itu benar-benar kembali. "Apa pun yang kamu katakan, jangan harap kamu bisa bebas. Sudah dua kali kulepas, kamu tak kapok-kapok juga." <br />Eh, pencuri itu malah menggurui. "Abu Hurairah, sebelum kamu tidur, bacalah ayat kursi agar setan tidak menyatroni kamu." <br />Merasa mendapat pelajaran berharga, Abu Hurairah terharu. Ah, ternyata orang baik-baik, pikirnya. <br />"Apa yang dikatakan orang itu memang benar," sabda Nabi ketika dilapori pagi harinya. "Tapi orang itu bukan orang baik-baik. Dia adalah setan. Dia katakan itu supaya dia kamu bebaskan." <br /><br />Mengikatkan Batu ke perut<br />Abu Hurairah adalah salah seorang tokoh kaum fakir miskin. Abu Hurairah sering lapar ketimbang kenyang. Ia sosok yang teguh berpegang pada sunah Nabi. Ia kerap menasihati orang agar jangan larut dengan kehidupan dunia dan hawa nafsu. Ia tak membedakan antara kaum kaya dan kaum miskin, petinggi negeri atau rakyat jelata dalam menyampaikan kebenaran. Ia pun selalu bersyukur kepada Allah dalam keadaan susah dan senang. <br />Orang yang nama lengkapnya Abdur Rahman (versi lain: Abdu Syams) ibn Shakhr Ad-Dausi ini adalah sosok humoris. Banyak anekdot yang berasal darinya. Ia pun suka menghibur anak-anak kecil. Ia pecinta kucing kecil. Ke mana-mana dibawanya binatang ini, sehingga julukan Abu Hurairah (bapak kucing kecil) pun melekat padanya. <br /><br />Dibanding Nabi, umurnya lebih muda sekitar 30 tahun. Dia lahir di Daus, sebuah desa miskin di padang pasir Yaman. Hidup di tengah kabilah Azad, ia sudah yatim sejak kecil, yang membantu ibunya menjadi penggembala kambing. <br />Dia masuk Islam tak lama setelah pindah ke Madinah pada tahun ketujuh hijriah, bersamaan dengan rencana keberangkatan Nabi ke Perang Khaibar. Tapi ibundanya belum mau masuk Islam. Malah sang ibu pernah menghina Nabi. Ini membuatnya sedih. Untuk itu, ia memohon Nabi berdoa agar ibunya masuk Islam. Kemudian Abu Hurairah kembali menemui ibunya, mengajaknya masuk Islam. Ternyata sang ibu telah berubah, bersedia mengucapkan dua kalimat syahadat. <br /><br />Buruh Kasar<br />Akan halnya kepindahannya ke Madinah adalah untuk mengadu nasib. Di sana ia bekerja serabutan, menjadi buruh kasar bagi siapa pun yang membutuhkan tenaganya. Acap kali dia harus mengikatkan batu ke perutnya, guna menahan lapar yang amat sangat. <br />Menurut shahibul hikayat, ia pernah kedapatan berbaring di dekat mimbar masjid. Gara-gara perbuatan aneh itu, orang mengiranya agak kurang waras. Mendengar kasak-kusuk di kalangan sahabat ini, Nabi segera menemui Abu Hurairah. Abu Hurairah bilang, ia tidak gila, hanya ia lapar. Nabi pun segera memberinya makanan. <br /><br />Suatu kali, dengan masih mengikatkan batu ke perutnya, dia duduk di pinggir jalan, tempat orang biasanya berlalu lalang. Dilihatnya Abu Bakr melintas. Lalu dia minta dibacakan satu ayat Al-Quran. "Aku bertanya begitu supaya dia mengajakku ikut, memberiku pekerjaan," tutur Abu Hurairah. Tapi Abu Bakr cuma membacakan ayat, lantas berlalu. <br />Dilihatnya Umar ibn Khattab. "Tolong ajari aku ayat Al-Quran," kata Abu Hurairah. Kembali ia harus menelan ludah kekecewaan karena Umar berbuat hal yang sama. <br /><br />Tak lama kemudian Nabi lewat. Nabi tersenyum. "Beliau tahu apa isi hati saya. Beliau bisa membaca raut muka saya secara tepat," tutur Abu Hurairah. <br />"Ya Aba Hurairah!" panggil Nabi. <br />"Labbaik, ya Rasulullah!" <br />"Ikutlah aku!" <br />Beliau mengajak Abu Hurairah ke rumahnya. Di dalam rumah didapati sebaskom susu. "Dari mana susu ini?" tanya Rasulullah. Beliau diberi tahu bahwa seseorang telah memberikan susu itu. <br />"Ya Aba Hurairah!" <br />"Labbaik, Ya Rasulullah!" <br />"Tolong panggilkan ahli shuffah," kata Nabi. Susu tadi lalu dibagikan kepada ahli shuffah, termasuk Abu Hurairah. Sejak itulah, Abu Hurairah mengabdi kepada Rasulullah, bergabung dengan ahli shuffah di pondokan masjid. <br /><br />Sepulang dari Perang Khaibar, Nabi melakukan perluasan terhadap Masjid Nabawi, yaitu ke arah barat dengan menambah tiga pilar lagi. Abu Hurairah terlibat pula dalam renovasi ini. Ketika dilihatnya Nabi turut mengangkat batu, ia meminta agar beliau menyerahkan batu itu kepadanya. Nabi menolak seraya bersabda, "Tiada kehidupan sebenarnya, melainkan kehidupan akhirat." <br />Abu Hurairah sangat mencintai Nabi. Sampai-sampai dia memilih dipukul Nabi karena melakukan kekeliruan ketimbang mendapatkan makanan yang enak. "Karena Nabi menjanjikan akan memberi syafaat kepada orang yang pernah merasa disakitinya secara sengaja atau tidak," katanya. <br /><br />Begitu cintanya kepada Rasulullah sehingga siapa pun yang dicintai Nabi, ia ikut mencintainya. Misalnya, ia suka mencium Hasan dan Husain, karena melihat Rasulullah mencium kedua cucunya itu. <br />Ada cerita menarik menyangkut kehidupan Abu Hurairah dan masyarakat Islam zaman itu. Meski Abu Hurairah seorang papa, boleh dibilang tuna wisma, salah seorang majikannya yang lumayan kaya menikahkan putrinya, Bisrah binti Gazwan, dengan lelaki itu. Ini menunjukkan betapa Islam telah mengubah persepsi orang dari membedakan kelas kepada persamaan. Abu Hurairah dipandang mulia karena kealiman dan kesalihannya. Perilaku islami telah memuliakannya, lebih dari kemuliaan pada masa jahiliah yang memandang kebangsawanan dan kekayaan sebagai ukuran kemuliaan. <br /><br />Sejak menikah, Abu Hurairah membagi malamnya atas tiga bagian: untuk membaca Al-Quran, untuk tidur dan keluarga, dan untuk mengulang-ulang hadis. Ia dan keluarganya meskipun kemudian menjadi orang berada tetap hidup sederhana. Ia suka bersedekah, menjamu tamu, bahkan menyedekahkan rumahnya di Madinah untuk pembantu-pembantunya. <br />Tugas penting pernah diembannya dari Rasulullah. Yaitu ketika ia bersama Al-Ala ibn Abdillah Al-Hadrami diutus berdakwah ke Bahrain. Belakangan, ia juga bersama Quddamah diutus menarik jizyah (pajak) ke Bahrain, sambil membawa surat ke Amir Al-Munzir ibn Sawa At-Tamimi. <br /><br />Menolak Jabatan<br />Ketika Umar menjadi amirul mukminin, Abu Hurairah diangkat menjadi gubernur Bahrain. Tapi pada 23 Hijri Umar memecatnya gara-gara sang gubernur kedapatan menyimpan banyak uang (menurut satu versi, sampai 10.000 dinar). Dalam proses pengusutan, ia mengemukakan upaya pembuktian terbalik, bahwa harta itu diperolehnya dari beternak kuda dan pemberian orang. Khalifah menerima penjelasan itu dan memaafkannya. Lalu ia diminta menduduki jabatan gubernur lagi, tapi ia menolak. <br /><br />Penolakan itu diiringi lima alasan. "Aku takut berkata tanpa pengetahuan; aku takut memutuskan perkara bertentangan dengan hukum (agama); aku ogah dicambuk; aku tak mau harta benda hasil jerih payahku disita; dan aku takut nama baikku tercemar," kilahnya. Ia memilih tinggal di Madinah, menjadi warga biasa yang memperlihatkan kesetiaan kepada Umar, dan para pemimpin sesudahnya. <br />Tatkala kediaman Amirul Mukminin Ustman ibn Affan dikepung pemberontak, dalam peristiwa yang dikenal sebagai al-fitnatul kubra (bencana besar), Abu Hurairah bersama 700 orang Muhajirin dan Anshar tampil mengawal rumah tersebut. Meski dalam posisi siap tempur, Khalifah melarang pengikut setianya itu memerangi kaum pemberontak. <br /><br />Pada masa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah ditawari menjadi gubernur di Madinah. Ia menolak. Ketika terjadi pertemuan antara Khalifah Ali dan lawannya, Muawiyah ibn Abi Sufyan, ia bersikap netral dan menghindari fitnah. Sampai kemudian Muawiyah berkuasa, Abu Hurairah bersedia menjadi gubernur di Madinah. Tapi versi lain mengatakan, Marwan ibn Hakamlah yang menunjuk Abu Hurairah sebagai pembantunya di kantor gebernuran Madinah. Di Kota Penuh Cahaya (Al-Madinatul Munawwarah) ini pula ia mengembuskan nafas terakhir pada 57 atau 58 H. (676-678 M.) dalam usia 78 tahun. Meninggalkan warisan yang sangat berharga, yakni hadis-hadis Nabi, bak butiran-butiran ratna mutu manikam, yang jumlahnya 5.374 hadis.dr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8451792114415071519.post-46118332808030220112010-05-16T05:36:00.000-07:002010-05-16T05:37:49.172-07:00Abu Hanifah - Pribadi yang SeimbangAbu Hanifah an Nu'man lahir pada tahun 80 H (660 M) dan tinggal di Kufah. Selama hidupnya beliau berhasil melaksanakan tawazzun (keseimbangan). Di samping sebagai seorang faqih dengan kemampuan intelektual yang cemerlang, beliau juga mengkhususkan waktu untuk mencari nafkah dengan berdagang, dan beliau juga ahli ibadah. Beliau dikenal amat pemurah, berbudi pekerti luhur dan suka memuliakan orang lain, tanpa pandang bulu siapa orang tersebut. Disamping itu beliau lebih suka memberi daripada menerima. <br /><br />Suatu kali Khalifah Abu Ja'far al Manshur, yang terkenal jarang memberi sedekah kepada orang lain, menawarkan harta sebanyak 30.000 dirham kepada Abu Hanifah, namun beliau menolaknya sembari mengatakan, "Wahai Khalifah, aku orang asing di Baghdad, aku tak memiliki tempat yang aman untuk menyimpan harta tersebut. Simpanlah harta itu di Baitul Maal, sehingga jika kelak aku membutuhkannya aku dapat memintanya darimu." Di Kufah, Abu Hanifah dikenal sebagai pedagang yang sangat dipercaya karena sikap amanahnya, kemurahan hati dan kejujuran yang beliau miliki. <br /><br />Sikap-sikap inilah yang senantiasa menjadikan dagangan beliau laku keras. Dan lewat usahanya ini, Allah menganugerahkan rizki yang melimpah kepada Abu Hanifah. Setiap akhir tahun disisihkannya sebagian dari keuntungannya untuk dizakatkan, dan disumbangkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. <br />Abu Hanifah punya mitra dagang bernama Hafs Abdurrahman. Dia inilah yang menjalankan dagangan Abu Hanifah ke para konsumen. Suatu ketika Abu Hanifah menyiapkan dagangan untuknya dengan memberikan wanti-wanti bahwa pada barang dagangannya yang tertentu ada cacatnya. "Jika engkau ingin menjualnya, jangan lupa jelaskan pada para pembeli tentang cacat yang ada pada barang tersebut", pesan Abu Hanifah. <br /><br />Semua barang tersebut akhirnya terjual habis, namun Hafs lupa memberikan penjelasan kepada para pembeli tentang cacat yang ada pada beberapa barang seperti yang dipesankan Abu Hanifah. Setelah menyadari kesalahannya, Hafs berusaha untuk mencari para pembeli barang tersebut, tapi usahanya itu sia-sia. <br />Akhirnya masalah tersebut diketahui Abu Hanifah, sehingga beliau juga berusaha mencari para pembelinya. Namun usaha tersebut juga tidak membawa hasiI. Sejak saat itu Abu Hanifah selalu gelisah dan murung. Akhimya untuk menebus kesalahannya tersebut, beliau sedekahkan seluruh hasil penjualan tersebut. Dan karena kekecewaannya terhadap Hats Abdurrahman, sejak saat itu ia memutuskan untuk tidak berhubungan bisnis lagi dengan Hafs. <br /><br />Demikian mulia sifat dan sikap Abu Hanifah, namun ia selalu merasa masih kurang baik. Sebab ia menganggap sebaik-baik manusia yang patut untuk dijadikan suri teladan adalah Nabi Muhammad, karena itu beliau selalu ingin menyamai dengan akhlak Rasulullah yang sangat agung itu. Dan setiap saat beliau tidak pemah lupa beristightar memohon ampun kepada Allah setiap pagi. Karena ia merasa yakin bahwa tingkah lakunya dan amal perbuatannya masih banyak yang keliru. <br /><br />Bulletin Al-Maidah, 13 Syawal 1417dr. Hj. Liza 4121969http://www.blogger.com/profile/04865769703659526517noreply@blogger.com0